Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Mundardjito mengajarkan dan mengembangkan metode lapangan arkeologi.
Mundardjito naik pitam akibat hancurnya lahan Pusat Informasi Majapahit di situs Trowulan, berdirinya industri kelapa sawit dan batu bara di kawasan percandian Muarojambi, serta rusaknya situs megalitik punden berundak Gunung Padang di Cianjur.
Menurut Mundardjito, seorang arkeolog harus mampu menjaga etika dan moral.
PROFESOR Mundardjito mengirimkan pesan WhatsApp kepada saya pada 7 dan 8 Juni lalu. Ketika itu saya sedang bersiap mengikuti pengukuhan guru besar tetap ilmu arkeologi di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI). Pak Otti—demikian beliau akrab disapa—diminta Ketua Departemen Arkeologi FIB UI membuat testimoni untuk pengukuhan saya itu karena dia promotor saya dan kami sering bersama dalam penelitian lapangan. "Saya diminta bikin testimoni buat kamu. Prof Cecep Eka Permana dikenal sebagai seorang arkeolog lapangan (field archaeologist) dan multidisipliner dalam pemikirannya…," demikian isi pesannya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo