Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RUANG sempit tersaji dengan dinding-dinding yang berjarak tak lebih dari satu rentang lengan. Seorang penari, kemudian dua, lalu tiga, bernavigasi dalam kesesakan itu. Bergelayut, berguling, terbentur, memanjat, melekat. Dan kita sebagai penonton mengamati situasi itu lewat mata-mata kamera yang terpasang di berbagai titik berbeda.Terkadang seperti sedang melongok ke bawah, lain waktu dari sudut pandang sejajar lantai, tak jarang begitu dekat—terlalu dekat—dengan tubuh dan wajah para penari.
Tentu saja akan langsung tertangkap bahwa tarian berjudul Another Body–Another Space–Another Time dari koreografer Densiel Lebang ini berbicara tentang situasi terkungkung yang umat manusia alami saat ini. Bagaimana tubuh-tubuh bereaksi dan bertahan di dalam penjara—baik secara sungguhan maupun metafora. Level tantangan ditingkatkan dengan menambahkan properti seperti tiang yang masuk dari lubang-lubang di dinding atau saat penari dapat keluar ruangan sempit itu untuk memanjat sisi luarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo