Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Pesta Pernikahan Putra Ke-3

Presiden Soeharto, mantu putranya yang ke-3, Bambang Trihatmojo, 28, dengan Halimah Augustina Kamil, 24, putri dubes RI untuk PBB Abdullah Kamil. Upacara perkawinan Minang Melayu & Jawa.

31 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA adat mewarnai upacara perkawinan Bambang Trihatmodjo, 28 tahun, putra ketiga Presiden Soeharto, dan Halimah Augustina Kamil, 24 tahun, putri bungsu Dubes RI untuk PB Abdullah Kamil. Akad nikah 24 Oktober di Balai Kartini diwarnai dengan adat Minang, karena orangtua pengantin putri berasal dari Sum-Bar. Bahkan Bambang dan Baby (panggilan sehari-hari pengantin putri) juga mengenakan pakaian Minang. Tidak kurang dari Gubernur Sum-Bar Azwar Anas memberi petuah kepada kedua mempelai. Kemudian, kecuali hiasan dan tarian bercorak Minang yang mengiringi upacara, orangtua kedua pengantin (termasuk Presiden Soeharto, bahkan Wakil Presiden Adam Malik sebagai saksi), saudara dan para pengiring semua mengenakan pakaian teluk belanga. Pakaian Melayu ini dipakai karena ayah pengantin putri lebih lama bermukim di Sum-Ut dibanding daerah asalnya. Abdullah Kamil, diplomat karir itu, kecuali sibuk mencari tempat resepsi yang besar, juga repot mengumpulkan kerabatnya yang telah "lama ditinggalkan" untuk memeriahkan upacara adat itu. Upacara selanjutnya ialah ngundhuh (penerimaan) pengantin dalam adat Jawa, dengan tuan rumah Presiden Soeharto sendiri--di Pendopo Agung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah. Kedua pengantin mengenakan pakaian kebesaran kerajaan Surakarta. Memakai kain batik kuning bersulam emas, mahkota raja, tanpa baju, Bambang yang berkumis tipis dan tinggi tegap itu kelihatan gagah. Sedang Baby yang beribu asal Muangthai tampak semampai dan anggun. Presiden Soeharto, Wakil Presiden Adam Malik, pernbantu dekat sampai pengawal pribadinya, mengenakan beskap (baju) bitam, batik Sidomukti, keris dan blangkon model Solo. Dengan Iringan gending Ketawang Puspowarno, Presiden dan Ny. Tien Soeharto menerima penyerahan sepasang pengantin yang telah dinikahkan besannya, Abdullah Kamil. Di hadapan sekitar 5.000 undangan terdiri dari pejabat tinggi, korps diplomatik dan kerabat dekat orangtua pengantin, Bambang dan Baby disandingkan di pelaminan berukir warna kuning keemasan. Kecuali didampingi keluarganya, selama bersanding di Pendopo Agung 25 Oktober lalu mereka juga ditunggui Sultan Hamengkubuwono IX, Susuhunan Pakubuwono XII, Mangkunegara VIII dan Pakualam VIII. Bambang dan Baby sudah cukup lama saling mengenal--sejak keduanya sama-sama sekolah di Business Administration, Inggris. Cinta mereka berlanjut di New York. Bambang, lulusan SMA IX Jakarta, melanjutkan sekolahnya pada Mixed Farming Management. Sedang Baby, lulusan SMP dan SMA Tarakanita Jakarta, mengikuti orangtuanya yang bertugas di PBB. - Petuah Presiden Soeharto bagi anak dan menantunya sederhana. Ia menunjuk hiasan tradisional berupa pisang raja, kelapa gading dan tebu hitam yang membuat semarak seantero Pendopo Agung Sasono Utomo--di antara beberapa rangkaian bunga berhias huruf BB (Bambang-Baby). "Banyak tumbuhan dirangkai menyambut kalian berdua ketika masuk ke gedung ini," kata Presiden. "Itu semua hendaknya menjadi bekal hidupmu." Presiden lantas menerangkan makna lambang hiasan itu. Pisang raja, lengkap dergan batang, daun dan tandan yang menguning, melambangkan cita-cita luhur bagai cita-cita seorang raja. Tebu ireng (hitam) menjadi simbol kebulatan tekad. "Tebu artinya anteping kalbu, kemantapan hati. Kalian berdua harus mempunyai kebulatan tekad sehati dan tidak mudah dipisahkan siapa pun," katanya. Sedang cengkirgading (kelapa gading) diartikan kencenging pikir (kemantapan dalam berpikir). "Artinya, kamu berdua harus menggunakan pikiran dan bisa bertindak secara rasional, tidak emosional." Ditambah satu petuah lagi. Sehabis diserahkan besannya, kedua pengantin diarak setelah Ny. Tien mengalungkan "sindur", selendang merah putih di pundak pengantin. "Sindur artinya isin mundur. Dalam menghadapi tantangan, kalian harus maju terus, pantang mundur," kata Presiden tersenyum lebar. Kecuali kertas undangan dan buku petunjuk upacara, gelas dan piring--buatan PT Kedaung milik pamah pengantin pria Probosutedjo untuk santap siang yang mewah itu, juga dihiasi gambar Bambang dan Baby. Tamu pun bisa pulang mengantungi kenangan: sebuah kipas dan tali kunci "mohon doa restu", kuning seperti emas dari BB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus