SETELAH empat tahun bertugas di Indonesia? Dato' H. Muhammad Khatib terbang ke Jepang. Jabatannya sama, Dubes Kerajaan Malaysia, cuma penempatannya yang pindah. "Saya merasa seperti meninggalkan rumah dan negara sendiri," katanya Kamis pekan lalu. Ia termasuk dubes yang merakyat dan suka berkelakar. "Yang paling saya senangi pada suatu negara adalah rakyatnya. Banyak bergaul dengan rakyatnya kita jadi tahu aspirasi negara itu," kata Khatib. Dua hal bisa dijadikan contoh kecil: salat Jumat dan belanja ke pasar. "Kalau mau salat, saya lebih suka jalan kaki sambil menyandang sajadah ke Masjid Sunda Kelapa," katanya. "Saya salat di bawah pohon. Santai." Padahal, katanya, kalau mau gengsi, sebagai dubes ia diberi kapling salat di Masjid Istiqlal. "Dan bisa datang dari pintu muka," ujarnya sambil tersenyum . Soal belanja, Khatib gemar ke Pasar Tanah Abang. "Kalau ada waktu, saya dan istri lebih senang beli kain dan sarung di situ. Ada barang yang lebih bagus dan murah di Tanah Abang," ujarnya. Beberapa pedagang di pasar ini sudah mengenal Pak Dubes. Karena itu, ia sering mendapatkan korting . Khatib ingin melakukan banyak hal. Menonton drama, menemui para seniman, pengusaha, dan berbagai lapisan masyarakat. Tak semuanya bisa dipenuhi. Kalaupun waktu ada, hambatan lain adalah menyangkut tugas. "Bisa-bisa Pak Mahathir (maksudnya Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad) bilang, 'Kamu ke Indonesia untuk kepentingan sendiri atau kepentingan negara'," kata Khatib. Beragamnya sahabat Khatib bisa dilihat dari acara perpisahan di ruang pameran Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin pekan lalu. Dato' itu pun, seperti yang lain, lantas ikut berjoget.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini