Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RADEN Muhamad Samsudin Dajat Hardjakusumah alias Sam Bimbo, 79 tahun, memiliki gelar baru. Sam mengatakan almamaternya memberinya gelar kehormatan doctor honoris causa dalam bidang seni dan religiositas di Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Sabtu, 3 Juli lalu. “Jujur saja saya malu. Semoga amanah, tidak jadi sombong dan takabur,” kata Sam, Rabu, 30 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alumnus Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa ITB 1968 itu mengetahui ihwal penghargaan tersebut tahun lalu. Dia tidak mengetahui persis proses seleksinya. Prestasi itu membuat saudara Sam, Acil Bimbo, meledeknya. “Pemain band meunang (dapat) gelar, euy.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sam bersama dua saudaranya, Acil dan Jaka, membentuk Bimbo pada 1967 saat pertama kali diundang tampil di TVRI. Sam mendirikan band di tengah kejayaan musik seriosa dan keroncong saat di sekolah menengah atas. Namun awalnya Bimbo memainkan musik Latin, kebanyakan lagu-lagu Spanyol. “Sebelum 1970 di TVRI kami biasa nyanyi segala macam. Ada perubahan setelah menyanyikan lagu Islam,” ujar Sam.
Corak lagu keagamaan itu terinspirasi dari tembang-tembang Natal yang mereka dengar saat melintasi pertokoan di Singapura pada 1971. Sepulang ke Indonesia, Sam menggarap idenya hingga muncul lagu Tuhan. Lirik tembang religi perdana Bimbo itu melintas di kepala Sam ketika ia sambil mendengarkan khotbah salat Jumat di Masjid Salman ITB. Sambutan baik dari pendengar membuat Bimbo menggaet sastrawan Taufiq Ismail untuk menggarap lirik lagu musiknya yang disebut kasidah.
Bimbo juga mengusung beragam tema lain dalam karyanya, seperti lingkungan hidup, kritik sosial, dan perang. Di luar pentas, Sam Bimbo aktif memperjuangkan royalti hak cipta pemusik.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo