Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seumur hidup baru sekali- Rachlan Nashidik, 37 tahun, mengurus Kartu Keluarga. Hal begini bukan saja merepotkan. Bagi Direktur Imparsial ini, urusan administrasi itu semata-mata ikon Orde Baru. Tapi kali ini ia tak bisa menghindari aparat. Ia membutuhkannya sebagai prasyarat untuk mencicil rumah.
Separuh hati meng-urus, Rachlan dibuat le-bih ke-sal lagi ketika- Ketua Rukun Te-tang-ga tempatnya ting-gal- di wilayah Pe-sang-grahan, Binta-ro, Tangerang, meno-lak- ka-rena Rachlan- tak- membawa su-rat- pin-dah-. Rachlan- men-desak. Ia ju-ga- me-nyebut bahwa KK adalah warisan- zaman Jepang dan alat pe-ngintai mantan- tahanan- politik- 1965. Mendengar itu, Ketua RT pun meng-hardik, "Jangan kira saya tidak tahu. Saya juga tahu Anda siapa."
Dengan masygul, Rachlan pulang dengan tangan hampa dari rumah Ketua RT. Kemampuan melobi parlemen hingga Presiden rupanya tak membawa keberuntungan saat melobi Ketua RT. Urusannya baru selesai ketika mertua-nya sendiri, yang juga bekas Ke-tua RT, turun tangan. Sang mertu-a, Balkan- Kaplale-, ke-tua- tim Ran-cangan Un-dang-Un-dang Antipornografi dan Pornoaksi, menelepon Ketua RT. Urusan pun beres.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo