Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Kanal untuk Bersuara

Bagi Refly Harun, Marissa Anita, dan Ayu Kartika Dewi, YouTube menjadi media untuk berbagi dan mengedukasi.

1 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Marissa Anita/Dok. Marissa Anita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sejak membuat akun YouTube pada Maret lalu, ahli hukum tata negara Refly Harun sudah meraup pendapatan Rp 58 juta dari iklan.

  • Aktris Marissa Anita menggunakan YouTube untuk membahas kesehatan mental.

  • Anggota staf khusus milenial Presiden Joko Widodo, Ayu Kartika Dewi, memanfaatkan kanalnya untuk berbagi tentang kegagalan.

AHLI hukum tata negara Refly Harun punya kesibukan baru. Ia rutin memproduksi video dengan konten bertema politik dan diunggah di kanal YouTube pribadinya, yang mengudara mulai 22 Maret lalu. “Konsep awalnya adalah saya punya media sendiri untuk bersuara,” kata Refly saat dihubungi, Selasa, 28 Juli lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain menampilkan video monolog dirinya mengomentari isu yang sedang hangat, Refly mengisi kanalnya dengan wawancara sederet narasumber. Ia antara lain pernah mewawancarai Said Didu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Rizal Ramli, Ustad Abdul Somad, hingga musikus dan politikus Partai Gerindra, Ahmad Dhani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Refly Harun. Dok. Pribadi

Kanalnya cepat melejit. Dengan memuat sedikitnya 179 konten video, kanal tersebut telah sukses menggaet lebih dari 335 ribu pelanggan. "Sudah ditonton lebih dari 25 juta," ucap Refly, 50 tahun. Konten paling populer adalah video berjudul "MA Batalkan Kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin??? Ini Penjelasannya!", yang ditonton lebih dari 1,5 juta kali.

Dibantu tiga anggota staf, Refly setiap hari bisa syuting hingga dua kali. Ia menayangkan konten videonya pada pukul 05.00 dan 19.00. "Mayoritas penontonnya berusia 25-34 tahun," ujarnya. Meski belum balik modal, yang ditaksir lebih dari Rp 100 juta, Refly telah meraup Rp 58 juta dari pendapatan iklan di kanal YouTube-nya dalam tiga bulan terakhir.

Marissa Anita, 37 tahun, punya ritual serupa sejak November 2018. Hampir tiap bulan, aktris dan jurnalis ini mengunggah video di akun YouTube Greatmind, media tempatnya menjadi lead editor. Hampir semua video yang ia unggah punya tema seragam: tentang kesehatan mental. “Aku mau menggabungkan dua ilmu yang aku cintai, yakni bercerita atau media dan psikologi," katanya, Selasa, 28 Juli lalu.

Dengan tajuk On Marissa’s Mind, ia membahas berbagai topik, seperti people pleaser, tenang menghadapi pandemi, bertengkar sehat, dan menyembuhkan luka masa kecil. Sebagian masalah yang dibahas itu pernah ia alami sendiri, sisanya ia jumpai pada orang sekitar. Cerita tersebut kemudian diperdalam dengan riset yang matang.

Marissa dibantu suaminya, Andrew Trigg, yang seorang pembuat film, membikin video tersebut. Ia terpikir mengangkat tema-tema itu setelah mengalami depresi, tiga tahun lalu. Peristiwa itu membuat ia berusaha mengenal dirinya sendiri lebih dalam. Apa yang ia pelajari dan amati kemudian ia bagikan lewat video-video tersebut. "Sebagai pengingat untuk diriku dan semoga bisa bermanfaat untuk orang lain," ujarnya. Tiap unggahan tersebut sudah ditonton oleh lebih dari 25 ribu orang.

Anggota staf khusus milenial Presiden Joko Widodo, Ayu Kartika Dewi, juga rutin membuat video tentang kesehatan mental yang ia unggah di YouTube. Lewat akun Perempuan Gagal, ia membahas kegagalan yang dialami perempuan, juga laki-laki. “Tujuan saya membuat Perempuan Gagal adalah untuk mengajak kita semua menormalisasi kegagalan,” ucap Ayu, Senin, 20 Juli lalu.

Ayu Kartika (foto: Dok. Pribadi)

Ayu membuat video-video tersebut sejak Februari 2019 bersama tiga kawannya, yakni Kevin Samsi, Yulius Damyan, dan Fibriyani Elastria. Dalam sebulan ia bisa mengunggah beberapa video. Ayu tertarik membahas kegagalan karena ia menganggap kemampuan mengelola kegagalan adalah hal penting. Namun kegagalan lebih sering ditutupi karena dianggap memalukan dan tabu untuk dibicarakan.

Cerita yang ditampilkan dalam media massa ataupun media sosial pun, kata Ayu, lebih banyak tentang kesuksesan. Kalaupun ada kisah kegagalan, biasanya diakhiri dengan cerita keberhasilan sehingga lebih terdengar seperti stori kegigihan. “Cerita kesuksesan mungkin bisa memberikan inspirasi, tapi kisah-kisah kegagalan bisa membuat kita menemukan kekuatan untuk bangkit lagi,” ujarnya.

Dalam unggahan pertama, Ayu buka-bukaan tentang kegagalannya sendiri. Di video berikutnya, ia mengundang beberapa kawan yang bersedia menceritakan kegagalan mereka. Ada yang berkisah tentang gagal menikah, gagal memperoleh beasiswa ke luar negeri berkali-kali, sampai gagal mencintai diri sendiri. Video-video tersebut rata-rata sudah ditonton lebih dari seribu kali. “Banyak sekali yang bercerita bahwa mereka menangis ketika menonton video kami karena merasa tidak sendirian,” tuturnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus