Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Cara Reza Rahadian Menjaga Api Demokrasi

Aktor Reza Rahadian ikut aksi unjuk rasa dan berorasi di hadapan ribuan demonstran di gedung DPR. Terinspirasi sang nenek.

1 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKTOR Reza Rahadian bersyukur Dewan Perwakilan Rakyat dan Komisi Pemilihan Umum sepakat menjalankan putusan Mahkamah Konstitusi perihal ambang batas parlemen dan syarat batas usia calon kepala daerah. Tuntutan mahasiswa dan masyarakat sipil yang berunjuk rasa mengawal putusan MK tersebut di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2024, akhirnya dipenuhi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Reza, yang turut berdemonstrasi dan berkesempatan melakukan orasi, menyampaikan terima kasih kepada masyarakat dan mahasiswa. Menurut dia, kesepakatan itu membuktikan bahwa bersatunya rakyat dari segala lapisan memiliki pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan. “Aspirasi masyarakat didengarkan,” kata Reza kepada Tempo via sambungan telepon, Senin, 26 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria 37 tahun ini sempat viral setelah tampil berorasi di hadapan ribuan demonstran di gedung DPR. Reza mengungkapkan, keberaniannya mengikuti aksi tersebut antara lain terinspirasi dari neneknya, Francisca Casparina Fanggidaej. Sang nenek adalah tokoh perempuan pejuang Indonesia yang kemudian menjadi eksil di Cina dan Belanda pasca geger politik 1965.

“Beliau memiliki rekam jejaknya sendiri dan tentu kecintaan yang amat tinggi kepada Tanah Air sehingga menginspirasi saya,” ujar peraih penghargaan Piala Citra kategori Pemeran Utama Pria Terbaik lewat film My Stupid Boss pada 2016 tersebut.

Dorongan terbesar Reza ikut turun ke jalan juga lahir dari keresahannya terhadap kondisi politik yang sudah tidak bisa ditahan dan dianulir lagi. Karena itu, pria yang lahir pada 5 Maret 1987 ini mengaku tidak punya kekhawatiran apa-apa. “Saya tetap kembali berkesenian,” ucap pemeran dalam film Habibie & Ainun ini.

Bagi Reza, politik dan demokrasi itu dinamis, seperti menjalani kehidupan sehari-hari yang kerap muncul kejutan. “Tentu tidak ada yang sempurna. Namun perlu dilihat juga bahwa ada aspek-aspek lain yang mempersempit nilai demokrasi, setidaknya lima tahun terakhir indeks demokrasi kita mengalami penurunan,” tuturnya.

Demokrasi, kata Reza, adalah sistem yang layak untuk terus kita hidupi. “Semoga kita semua tidak lelah untuk terus menutrisi nilai-nilai tersebut,” ucapnya.

Ia pun mengutip pernyataan mendiang Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur: “Kebangsaan dan demokrasi tidak bisa hidup sempurna dalam keterpisahan. Kebangsaan tanpa demokrasi akan kehilangan dinamika hidup dan demokrasi tanpa nasionalisme akan menjadi liar.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Menjaga Nyala Api Demokrasi"

Ecka Pramita

Ecka Pramita

Penulis gaya hidup di Cantika.com, media online di bawah Tempo Media Group.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus