Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NUN jauh di sebuah kota kecil Shizuoka, di kaki Gunung Fuji, seorang nenek menebar semangat berbau nujum kepada cucunya yang baru berumur 4 tahun dan masih tertatih-tatih di atas sepatu balet. ”Berlatihlah terus. Satu hari nanti kau akan menjadi Putri Jepang,” katanya seperti diulangi sang cucu, yang bernama Riyo Mori.
Ramalan itu benar—meskipun terlalu sederhana. Senin silam, 16 tahun setelah ucapan tersebut terlontar, para juri ajang Miss Universe 2007 di Kota Meksiko menobatkan cucu bersepatu balet itu sebagai Putri Dunia. Jepang pun bersorak gembira. Ini prestasi kedua yang diperoleh perempuan Negeri Matahari Terbit, setelah gelar serupa diraih Akiko Kojima pada 1959. Mori, alumnus Quinte Ballet School of Canada, menyisihkan pesaing dari 76 negara, termasuk wakil dari Indonesia, Agni Pratista.
Dengan mahkota di kepala dan setumpuk jadwal yang harus dijalaninya setahun ke depan, Mori tak lupa pada impian lamanya: membuka sekolah tari internasional di Tokyo. ”Saya akan mencari inspirasi dari aneka budaya dan menerapkannya dalam tarian yang akan saya ajarkan di Jepang,” katanya. Haik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo