PENYAIR dan dramawan Rendra kembali ke fitrahnya, pada Sabtu dan Minggu lalu, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. "Fitrah saya kan bukan seorang politikus. Saya hanya rela terlibat politik bila suasana berpolitik itu dalam keadaan bahaya. Sekarang kan sudah terbuka. Orang tak lagi ditangkap hanya karena menulis kritik," katanya. Rendra memang pernah mencakmencak karena dilarang membaca sajak Doa Pemuda Rangkasbitung di Rotterdam di TIM, dua tahun lalu. Penonton pun kecewa. Kali ini, katanya, ia tampil dengan emosi tertata matang. Kritik cukup dilakukan secara tersirat, bukan tersurat. "Bukan karena takut," kata Rendra. Ia membacakan 13 sajaknya, yang antara lain ia buat di bangku SMP. Sajak Rendra yang baru berbicara soal cinta di usia 57 tahun, usianya saat ini. "Dulu, cinta adalah gelora dan harapan. Kini, cinta adalah keselamatan. Dan di usia 57 tahun ini, saya menjadi sadar, rupanya usia cinta itu lebih panjang dari usia percintaan," katanya. "Suami-istri bisa bertengkar, tapi cinta tak ikut padam. Cinta itu lifebuoy, penyelamat," katanya lagi. Sulit mencari perbandingan. Ada memang, lagu pop yang dinyanyikan Jamal Mirdad, yang menyebutkan cinta itu: "Tahi kambing terasa cokelat."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini