Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Sering nonton di megaria

Istri laksamana sudomo, franciska piay sudomo, mengaku sering nonton di megaria kalau suaminya keluar kota. ia tak canggung mewakili suaminya menerima delegasi mahasiswa yang datang mengeluh. (pt)

30 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"JADI isteri jenderal itu lebih banyak dukanya," ujar Franciska Piay Sudomo yang secara intim dipanggil Siska saja Habis, hidupnya selalu diatur orang." Siska mengadakan Jumpa pers karena dia turut dalam panitia Hari Ibu ke-50, di Balai Sidang Senayan Wartawan lebih banyak bertanya tentang pribadi Siska ketimbang soal-soal perayaan Hari Ibu 22 Desember. "Kadang-kadang," sambung Siska, "kalau Bapak (Laksamana Sudorno) lagi ke luar kota, saya sering nonton di Megaria siang hari." Pagi itu Siska mengenakan rok kuning muda, rambut terurai sampai bahu, rias yang tidak begitu menyolok dan banyak mengepulkan asap rokok. Dikatakannya lagi bahwa suaminya sering mendapat surat nyasar ke rumah. "Tidak saya baca lho," ujarnya, karena surat-surat itu dialamatkan ke Opstib. Sering juga kalau suaminya tidak ada di rumah, Siska-lah yang menerima "delegasi" mahasiswa yang datang untuk mengeluh. Misalnya mahasiswa yang menghuni asrama Pegangsaan Timur. "Tugas saya hanya sebagai penyambung lidah saja," tambahnya. Belanja di Cikini, setelah 15 Nopember, "pedagang tetap memberikan harga lama kepada saya," ujarnya. Pernah, seorang ibu yang rupanya mendapat harga baru dari sebuah toko, melihat Nyonya Siska Sudomo yang sedang belanja, lalu bilang" Itu, saya kenal Ibu Domo. Nanti saya panggil dia." Kata Siska lagi: "Rupanya ada juga yang memanfaatkan kehadiran saya. Tetapi untung saya tidak dipanggil." Tetap manis, langsing dengan berat badan 49 kg, Siska tidak bisa tidur sebelum tengah malam Gemar main golf dan bridge, ia juga aktif di beberapa perkumpulan wanita. "Saya ini terkenal sebagai, tukang cari dana," ujarnya. Orang Manado yang lahir di Jakarta ini gemar membaca novel-novel tulisan La Rose, N.H. Dini, Yati Miharja. "Tetapi saya tidak senang baca bukunya Motinggo Boesye," ujar Siska lagi. "Bahasanya dangkal. Saya juga tidak senang novel-novel Barat."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus