Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Mengunjungi tanah kelahiran

Penyanyi belanda anneke gronloh, kembali ke indonesia bersama suami dan anak-anaknya, ia akan mengunjungi tempat kelahirannya, manado. sebelum pulang ke belanda ia akan menyanyi di beberapa tempat.

30 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENYANYI Anneke Gronloh kembali lagi ke Indonesia Anak-anak muda barangkali tidak kenal siapa Gronloh. Ia muncul tahun-tahun 60-an ketika belum ada orang Belanda atau Indo yang menyanyi lagu Indonesia seperti Burung Kakaktua, Surabaya, dan Paradisso. Apalagi hubungan Indonesia-Belanda saat itu sedang tidak baik karena soal Irian Barat. Anneke lahir di Manado 36 tahun lalu. Ibunya, Feemy Rorora, orang Kawanua yang menikah dengan Belanda totok. Ketika usianya 5 tahun ia diboyong ke Negeri Belanda. Baru tahun 1964, kemudian 1965, mudik ke Indonesia -- itu pun dengan maksud mengadakan pertunjukan bersama grup penyanyi Indo Depok yang bernama The Blue Diamonds. Rintisannya sebagai penyanyi dimulainya dalam festival nyanyi di Negeri Belanda, ketika usianya 17 tahun. Ia, manis dan berkulit tidak terlalu bule, turut berlomba di antara 1000 peserta lain -- dan menang. 1959 perusahaan piringan hitam Philips merekam beberapa lagunya. Dari lagu-lagu Indonesia tersebut Anneke berhasil mendapat 2 buah piringan emas. "Sampai saat ini tidak kurang dari 17 piringan emas dan platina sudah saya miliki," ujarnya. Kedatangannya kali ini macam perjalanan liburan. Bukan saja suaminya, Wim Jaap van der Laan (yang juga merangkap manajernya), tapi juga kedua anak lelakinya. Anneke akan menyanyi di Surabaya, di Jakarta tepat pada malam tahun baru, kemudian ke Manado dan Ujungpandang. Lagu-lagu yang sudah jadi "milik dan ciri" Anneke akan dibawanya, ditambah beberapa lagu Indonesia lainnya seperti Widuri. Untunglah, Anneke tidak terkena larangan seperti di AS atau beberapa negara lainnya, yaitu larangan bagi penyanyi asing melagukan lagu lokal. Di negerinya, Belanda, Anneke hingga sekarang masih menyanyi paling tidak seminggu sekali, yaitu di restoran Het Koetshuis di Eindhoven. Restoran ini milik Anneke dan suaminya. Sering Anneke menyanyi hanya dengan iringan piano saja. Tidak jarang, juga dengan sebuah orkes besar seperti Helmu Zacharias. Dia telah melancong ke banyak negara karena suaranya ini dan lagu yang terkenal antara lain Yellow Bird dan Melodie d'Amour lagu yang terkenal di sekitar tahun-tahun 1958. "Itu piringan hitam saya yang terakhir," ujar Anneke, "dan telah keluar Nopember kemarin ini." Dia berbicara bahasa Indonesia, sedikit saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus