PENYANYI Anneke Gronloh kembali lagi ke Indonesia Anak-anak muda
barangkali tidak kenal siapa Gronloh. Ia muncul tahun-tahun
60-an ketika belum ada orang Belanda atau Indo yang menyanyi
lagu Indonesia seperti Burung Kakaktua, Surabaya, dan Paradisso.
Apalagi hubungan Indonesia-Belanda saat itu sedang tidak baik
karena soal Irian Barat.
Anneke lahir di Manado 36 tahun lalu. Ibunya, Feemy Rorora,
orang Kawanua yang menikah dengan Belanda totok. Ketika usianya
5 tahun ia diboyong ke Negeri Belanda. Baru tahun 1964, kemudian
1965, mudik ke Indonesia -- itu pun dengan maksud mengadakan
pertunjukan bersama grup penyanyi Indo Depok yang bernama The
Blue Diamonds.
Rintisannya sebagai penyanyi dimulainya dalam festival nyanyi di
Negeri Belanda, ketika usianya 17 tahun. Ia, manis dan berkulit
tidak terlalu bule, turut berlomba di antara 1000 peserta lain
-- dan menang. 1959 perusahaan piringan hitam Philips merekam
beberapa lagunya. Dari lagu-lagu Indonesia tersebut Anneke
berhasil mendapat 2 buah piringan emas. "Sampai saat ini tidak
kurang dari 17 piringan emas dan platina sudah saya miliki,"
ujarnya.
Kedatangannya kali ini macam perjalanan liburan. Bukan saja
suaminya, Wim Jaap van der Laan (yang juga merangkap
manajernya), tapi juga kedua anak lelakinya. Anneke akan
menyanyi di Surabaya, di Jakarta tepat pada malam tahun baru,
kemudian ke Manado dan Ujungpandang. Lagu-lagu yang sudah jadi
"milik dan ciri" Anneke akan dibawanya, ditambah beberapa lagu
Indonesia lainnya seperti Widuri. Untunglah, Anneke tidak
terkena larangan seperti di AS atau beberapa negara lainnya,
yaitu larangan bagi penyanyi asing melagukan lagu lokal.
Di negerinya, Belanda, Anneke hingga sekarang masih menyanyi
paling tidak seminggu sekali, yaitu di restoran Het Koetshuis di
Eindhoven. Restoran ini milik Anneke dan suaminya. Sering Anneke
menyanyi hanya dengan iringan piano saja. Tidak jarang, juga
dengan sebuah orkes besar seperti Helmu Zacharias. Dia telah
melancong ke banyak negara karena suaranya ini dan lagu yang
terkenal antara lain Yellow Bird dan Melodie d'Amour lagu yang
terkenal di sekitar tahun-tahun 1958. "Itu piringan hitam saya
yang terakhir," ujar Anneke, "dan telah keluar Nopember kemarin
ini." Dia berbicara bahasa Indonesia, sedikit saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini