Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Musababnya, ia mesti memakai kain dan kebaya dengan bengkung yang kencang, juga konde, selama proses syuting yang berlangsung dua bulan. “Tapi lama-lama enak sekali dan nyaman,” katanya, Kamis, 27 Juni lalu.
Ine juga mesti berburu referensi gerak tubuh yang mirip dengan Nyai Ontosoroh, yang hidup pada 1900-an. Nyai Ontosoroh dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang diadaptasi ke film tersebut adalah perempuan Jawa yang diambil oleh lelaki asal Belanda, Tuan Herman Mellema, sebagai gundik.
Namun, tak seperti perempuan simpanan lain pada eranya, Nyai Ontosoroh yang sebelumnya bahkan tak bisa berbahasa Melayu itu banyak belajar kepada Mellema. Ia kemudian menjadi perempuan pandai layaknya wanita Eropa terpelajar. Ia pun mengelola perkebunan, peternakan, dan perusahaan besar. Menurut Ine, sikap seperti ini tentu memiliki gerak tubuh, pemikiran, dan reaksi yang berbeda dengan perempuan lain ketika itu. “Ia melampaui zamannya,” ujarnya.
Memerankan Nyai Ontosoroh menjadi mimpi Ine sejak 23 tahun silam, ketika ia pertama kali membaca novel tersebut. Ine merasa kian tertantang karena, untuk pertama kalinya pula, ia terlibat dalam film industri. “Bumi Manusia menjadi pengalaman pertama saya,” tuturnya.
Fajar ‘Alexa’
Mencicil Latihan
Fajar ‘Alexa’ Mencicil Latihan/TEMPO/Hilman Fathurrahman W
FAJAR Arifan terpincut triatlon. Penggebuk drum grup musik Alexa itu sudah lima kali mengikuti kompetisi yang menggabungkan olahraga berenang, bersepeda, dan lari ini dengan jarak penuh (full distance) sejak 2011. “Olahraga ini mengubah pola pikir saya,” ujarnya, Ahad, 16 Juni lalu.
Fajar, 36 tahun, semula jiper mengikuti olahraga tersebut. Ia merasa tak mungkin bisa mencapai garis finis lantaran mesti berenang dengan jarak 3,8 kilometer, bersepeda sejauh 180 kilometer, dan berlari sepanjang 42 kilometer. Setelah berbulan-bulan berlatih, ia ternyata bisa melakukannya. “Latihannya harus sabar. Nyicil, seperti membangun rumah,” tuturnya.
Dia berlatih dengan jarak pendek-pendek hampir setiap hari. Jarak tersebut ia tambah saat berlatih pada akhir pekan. Pada hari biasa, misalnya, ia berlari sejauh 5 kilometer dan pada akhir pekan ditambah menjadi 20 kilometer.
Metode latihan seperti ini lama-kelamaan mengubah pola pikir Fajar. Ia yang semula hanya memikirkan tujuan jangka panjang jadi lebih berfokus mencapai tujuan jangka pendek lebih dulu. “Saya jadi lebih menghargai proses,” ujarnya.
Fajar berharap bisa terus ikut lomba triatlon sampai tua. Ia melihat banyak orang berusia lebih tua darinya mengikuti olahraga ini. “Banyak juga orang sukses. CEO perusahaan besar dunia berkumpul di olahraga ini.”
Yama Carlos
Mabuk Sirih Pinang
Yama Carlos Mabuk Sirih Pinang/Tempo/Nurdiansah
GARA-GARA mengunyah sirih pinang, aktor Yama Carlos kliyengan. Kepalanya pusing setelah ia memamah suguhan khas masyarakat Indonesia timur itu selama lima jam. “Akhirnya mabok,” katanya, Senin, 17 Juni lalu.
Yama harus mengunyah sirih pinang saat pengambilan gambar film Rumah Merah Putih. Film yang mulai tayang di bioskop pada 20 Juni lalu itu berkisah tentang nasionalisme anak-anak Belu, Nusa Tenggara Timur. Dalam film ini, ia berperan sebagai Daniel, lelaki asli Belu. Sutradara Ari Sihasale memintanya mewakili ciri khas masyarakat NTT, yang salah satunya mengunyah sirih pinang di mana pun dan kapan pun.
Dalam sebuah adegan, Yama mesti memperbaiki jendela sambil memamah sirih pinang. Syuting adegan tersebut berlangsung selama lima jam. Selama itu pula mulutnya tak berhenti mengunyah sirih pinang. “Dari merasakan getir, mati rasa, sampai mabok, pusing,” ujar Yama, 38 tahun. Ia mesti tidur beberapa jam untuk meredakan pusingnya.
Namun, setelah hari itu, Yama jadi terbiasa mengunyah sirih pinang. Tanpa diminta, ia tetap memamahnya dalam pengambilan gambar adegan berikutnya. “Supaya bibirnya konsisten merah,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo