Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUCIWATI akhirnya kesampaian mengajak kedua anaknya mengunjungi Jalan Munir (Munirpad) di Den Haag. "Sebenarnya ingin mengajak anak-anak saat peresmian jalan itu, dua tahun silam, tapi tidak ada uang," katanya kepada Tempo, Rabu pekan lalu.
Keinginan itu terwujud berkat kegigihan Suciwati, 48 tahun, mencari tiket penerbangan murah. "Kalau tidak karena tiket promo, tidak mungkin bisa ke sana," ujarnya. Mereka menghabiskan lima hari berkeliling Belanda dan Jerman sejak 24 Februari lalu.
Istri pejuang hak asasi manusia almarhum Munir Said Thalib ini mengatakan kedua anaknya, Soulthan Alif Allende, 18 tahun, dan Diva Suukyi Larasati, 14 tahun, bangga nama ayah mereka diabadikan di sana. Terlebih jalan tersebut berdampingan dengan nama jalan yang diambil dari tokoh dunia seperti Bunda Teresa, Mahatma Gandhi, dan Martin Luther King. "Sampai-sampai di Belanda ada nama Abah," tutur Suciwati, meniru ucapan putranya.
Ironisnya, kata dia, Munir tidak dihargai di negeri sendiri. "Kami tidak berharap dia dipuja-puja sebagai pahlawan, tapi selesaikanlah kasusnya," ucap Suciwati. Munir meninggal dalam penerbangan Jakarta-Amsterdam pada 7 September 2004 di usia 38 tahun.
Munirpad merupakan jalur sepeda sepanjang 600-an meter di barat daya Den Haag. Lebarnya sekitar 5 meter. Kendaraan bermotor haram melintasinya. Suciwati mengatakan, di Belanda, bersepeda adalah aktivitas terpandang. "Beda dengan di Indonesia, jalan sepeda dan jalur pedestriannya diserobot sepeda motor. Mengerikan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo