DULU, dengan seragam tentara, bahu-membahu mereka menyerang Yogyakarta. Kemudian Jumat malam pekan lalu, dengan baju batik, didampingi istri masing-masing, mereka berkumpul di anjungan Mataram di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Mereka saling menyapa, mengenang zaman perang. Mereka inilah, 37 tahun yang lalu, melakukan serangan mendadak ke Yogyakarta, yang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret. Di malam syukuran ini pun hadir bekas komandan mereka Soeharto, yang kini presiden. Karena ingin menghadirkan suasana masa lalu itulah, makanan yang dihidangkan berupa nasi yang dibungkus daun pisang. Memang, ada tumpeng yang berbentuk kerucut di tengah bungkusan-bungkusan nasi itu. Tapi setelah tumpeng itu dipotong Pak Harto, nasi bungkus itu jugalah yang disantap Presiden - persis seperti masa perang dulu, cuma lauknya sudah "masa kini". Sebelum makan bersama, Pak Harto, yang mengenakan batik cokelat, memberi sambutan dengan santai. "Saya ingin bercerita malam sebelum serangan itu. Tapi kalau semuanya saya ceritakan, satu malam tak akan habis," katanya sembari tersenyum. Kemudian Presiden berkisah yang lain. Tentang Ibu Tien yang hamil delapan bulan, yang dimintanya mengungsi ke selatan, karena pasukan Pak Harto juga menuju daerah itu. Lalu terdengar kabar, Odang, kepala polisi kakak ipar Ibu Tien, tertangkap Belanda. Kejadian ini dimanfaatkan: Ibu Tien diakukan sebagai istri Odang. Maka, "Ibu Tien yang sedang hamil besar tidak jadi mengungsi, tetapi dipindahkan ke rumah dekat penjara. Tentu saja aman," tutur Pak Harto. Selesai Serangan Umum, baru Pak Harto menemui Ibu Tien. "Setelah usia 3,5 bulan, baru saya dapat menggendong anak pertama," kisah Pak Harto sambil menoleh ke arah istrinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini