EMPAT tahun setelah terpaksa meninggalkan tanah airnya,
Alexander Solzhenitsyn tetap tidak merasa bebas dari rasa
takut. Dia kuatir seseorang akan membunuhnya. Salah-seorang
teman pemenang hadiah Nobel ini mengatakan, Solzhenitsyn merasa
tetap jadi incaran agen-agen rahasia Rusia. Ketakutan penulis
berusia 58 tahun ini beralasan. Setiap minggunya ia menerima
surat kaleng berupa ancaman. Kremlin hingga kini tetap menyimpan
rapi berkas-berkas "perkara" Solzhenitsyn, yang menyatakan bahwa
penulis Kepulauan Gulag ini seorang pengkhianat.
Setelah berdiam di Zurich untuk beberapa bulan, Solzhenitsyn
pergi ke Amerika Serikat. Kini dia tinggal di Jalan Windy Hill,
di sebuah desa kecil di Cavendish, Vermont. Saya senang
kehidupan sederhana di desa ini. Saya senang udaranya, musim
dingin yang panjang, salju, yang semuanya mengingatkan saya pada
Rusia," ujar penulis ini.
Tapi penduduk Desa Cavendish jarang melihat Solzhenitsyn.
Rumahnya dengan pekarangan seluas 20 Ha, terhitung misterius
bagi penduduk yang jumlahnya hanya 1.300 orang. Solzhenitsyn
tinggal bersama isterinya, Svetlova (38 tahun), ibu mertuanya
dan ketiga anaknya. Seorang sekretaris, Nyonya Irena Alberti (60
tahun) jadi orang penghubung dengan dunia luar. Irena juga
penterjemah dan teman dekat Solzhenitsyn.
Tidak bisa disangkal bahwa Solzhenitsyn kaya. Orang menduga
simpanan uangnya berjumlah sekitar AS$ 14 juta, yang 9 juta
sendiri berasal dari royalti dan bunga, menanti di salah satu
bank di Swiss. Ketika dia membeli rumah di Cavendish - sebuah
rumah petani - dibayarnya secara kontan jumlah AS$ 450.000.
Diperkirakan dia telah mengeluarkan sekitar AS$ 500.000 lagi
untuk mendirilan kantor, sebuah terowongan 12 meter di bawah
tanah untuk jalan dari rumah ke kantornya, rangkaian teve
tertutup (close tv circuit), sistim keamanan elektronis dan
sejumlah lampu sorot. Rumah yang punya 8 ruangan itu mempunyai 4
buah kamar mandi. Di samping itu ada lapangan tenis. "Ukuran
keamanan yang ketat itu." kata Solzhenit syn kepada seorang
temannya, "bukan berarti saya bebas sama sekali dari agen
Soviet. Tapi itulah satu-satunya hal yang baik yang bisa saya
perbuat."
Penulis yang paling benci diinterviu pers ini (ketika di Zurich
dia pernah melempar wartawan dengan batu sambil berteriak dalam
bahasa Rusia: "Memalukan sekali cara kalian mengganggu orang")
kaya tapi rupanya kesepian. Waktu sorenya dihabiskan dengan
makan malam bersama keluarganya tanpa mengundang orang lain
untuk dijamunya. Dan Solzhenitsyn bekerja 12 jam sehari. Kini
dia tengah menyelesaikan jilid ketiga dari bukunya tentang
kekejian sistim kerja paksa di bawah rezim Lenin dan Stalin.
Dokumen tentang hal ini berhasil diselamatkannya ketika dia
dinyatakan telah dibuang oleh pemerintah Rusia.
Rupanya, Solzhenitsyn akan menetap di Cavendish ini, kecuali
kalau perubahan terjadi secara drastis di negerinya. Ketika dia
masih tinggal di lat kecil di jalan Kozitsky, Moskow.
Solzhenitsyn mempunyai kebiasaan menyediakan sebuah tas hitam
yang berisi piyama sikat gigi dan alat cukur. Tas selalu
diletakkannya di samping meja tulisnya. Setiap saat dia siap
untuk diangkap. Tas hitam tersebut hingga kini, juga tergeletak
di samping meja tulisnya. Seakan-akan ia juga siap untuk
ditangkap kembali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini