Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RABU pekan ini Todung Mulya Lubis berulang tahun ke-58. Kalau sang istri jadi melaksanakan niatnya, bisa-bisa kado yang diterima Todung bukanlah benda yang membuatnya nyaman: segepok obat antipikun. “Istri saya sudah berkali-kali menyindir, mungkin sudah saatnya saya minum obat yang menguatkan ingatan,” katanya sembari menyebutkan sebuah merek vitamin di televisi.
Tentang betapa kian mudahnya ia lupa jadwal sebuah acara, alumnus Harvard Law School ini menyodorkan sebuah contoh anyar. “Minggu, 24 Juni lalu, begitu selesai sebuah meeting di Singapura, saya buru-buru ke airport supaya cepat ke Jakarta,” ujarnya. Dari bandara, ia melesat menuju Teater Utan Kayu. Di kepala Todung berpendar satu jadwal: diskusi soal hukuman mati, yang makalahnya pun ia kebut penulisannya di Singapura.
Tapi kemudian di halaman TUK, 24 Juni lalu, ia ternganga. Tempat parkir lengang. Lokasi itu sepi. Ah, seorang anggota satpam mendekatinya. “Saya tanyakan mengapa tempat masih sepi padahal diskusi sebentar lagi,” ujar lelaki kelahiran Muara Botung, Tapanuli Selatan, ini. Satpam menjawab tak ada acara malam itu. Untung, Todung ingat sebuah pesan pendek di ponselnya tentang acara tersebut. Setelah dicari beberapa saat, pesan itu ketemu juga. Cuma, jadwalnya membuat Todung melongo: 24 Juli! “Alamak, belum jadi profesor saja sudah begini pikun aku,” katanya. Selamat ulang tahun dululah kalau begitu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo