DIPERLUKAN waktu tiga jam untuk "mengesahkan" perkawinan Asrul
Sani dan Mutiara Sani Sarumpaet--pasangan yang sudah menikah 29
Desember 1972 dan memiliki 2 anak itu. Upacara 12 September di
Gedung Kartika Eka Paksi, Jakarta itu, disebut "mangulosi". Adat
Batak ini dimaksud untuk mengukuhkan mereka sebagai anggota
keluarga Sarumpaet.
"Selama ini kami di luarnya. Kini sudah boleh mengikuti
upacara-upacara adat," tutur Mutiara sesudahnya. Nama asli
aktris yang lahir di Yogya 1948 ini adalah Mutiara Fonny Lelly
Sarumpaet. Pernikahannya dengan Asrul, anggota DPR dari FPP dan
sutradara kelahiran Kao (Sum-Bar) 1929 itu, dulu "kawin lari,
jadi belum resmi menurut adat Batak." Hubungan dengan orang tua
memang tetap baik. Hanya kini bedanya, "orang tua saya dapat
ikut campur dalam persoalan keluarga kami."
Di antara undangan yang banyak sore itu tampak antara lain
Dirjen RTF Sumadi , amsu Sugito, Turino Djunaidi Christine
Hakim, Slamet Rahardjo, Teguh Karya, Sofia D, V. D., Wahab
Abdi.
Beberapa hari sebelumnya, 22 Agustus, upacara "Marhata Sinamot"
dilaksanakan. Ini untuk menerima Asrul, orang Padang, menjadi
orang Batak --dan diberi marga Siregar.
Semua upacara itu tentu melelahkan dan mahal, bahkan ada yang
nyeletuk sebagai pemborosan. Asrul, yang selalu tampak segar
itu, menjawab: "Kebudayaan tak bisa dinilai dengan uang. Jadi
upacara adat ini tak bisa dibilang pemborosan." Asrul memang
selalu bisa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini