LUKMAN Hakim, 28 tahun, sejak lulus dari Fakultas Farmasi UI
1979 masih menganggur. Bekas Ketua DM UI yang pernah diadili
dengan tuduhan penghinaan terhadap Kepala Negara itu merasa
dipersulit mengamalkan pengetahuan akademisnya. Hingga kini ia
belum memperoleh kesempatan mengikuti program wajib kerja
sarjana 3 tahun--sebelum nanti ditempatkan oleh Departemen P &
K.
Apa sebabnya, si bujang tak tahu. "Pernah saya tanyakan, tapi
jawabnya hanya bahwa saya harus terus menunggu," ujarnya.
Menurut dia, banyak bekas mahasiswa aktivis yang senasib. Malah
pernah mereka akan mengadu ke DPR. "Tapi saya tidak setuju.
Karena seolah-olah kita merengek kalau menghadapi masalah
perut."
"Kalau tahu bakal begini, dulu saya masuk fakultas ilmu sosial
saja," keluhnya. Padahal, kalau sudah mengikuti program wajib
nanti, "saya bersedia ditempatkan di mana saja. Ke Palu kek, tak
jadi soal." Karena kesulitan itulah ia merasa belum siap berumah
tangga. " Itu memang alasan klasik para lelaki," kata pemuda
asal Sumatera Selatan itu. Ia mengaku banyak menulis timbangan
buku dengan berbagai nama samaran agar bisa dapat uang.
Dalam pada itu seniman Rendra, yang sebagaimana Lukman pernah
juga ditahan, dan tahun lalu tak diizinkan pergi ke Australia,
telah memperoleh izin pergi ke Negeri Belanda. Ia mendapat
undangan dari yayasan sosial Belanda, Novib. Rencananya awal
bulan depan Rendra berangkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini