Zaman telah berubah. Orang tua sekarang lebih khawatir anaknya kecanduan internet dibanding jadi pecandu narkoba. Begitu hasil survei yang dimuat di JAMA Network Open pada 26 Oktober 2023.
Orang dengan anak berumur 9-15 tahun menilai penggunaan internet sebagai pedang bermata dua. Di satu sisi, kemajuan teknologi ini membantu koneksi dengan keluarga. Di sisi lain, muncul kekhawatiran akan efek negatifnya, seperti cyberbullying dan adiksi.
"Hasil penelitian kami mengingatkan tak ada pembahasan tentang dampak teknologi internet pada anak-anak tanpa kekhawatiran akan dampak positif dan negatifnya," jelas penulis penelitian Michael Milham, wakil presiden dan direktur riset di Child Mind Institute di New York, kepada Fox News Digital.
"Dari perspektif kesehatan masyarakat, mereka menekankan edukasi dan dukungan yang lebih baik dari orang tua karena banyak yang prihatin dan tak yakin bagaimana untuk meningkatkan atau memperbaiki penggunaan internet sehat pada anak remaja," tambahnya.
Masalah kesehatan mental
Para peneliti mensurvei 1.000 orang tua di Amerika Serikat dengan anak berumur 9-15 tahun terkait persepsi dan kekhawatiran mereka terhadap penggunaan internet pada anak. Survei selesai dilakukan pada 17 Juni-5 Juli 2022. Survei menekankan pada persepsi orang tua terhadap risiko dan manfaat penggunaan internet pada empat area utama: perkembangan fisik dan kognitif anak, keamanan, potensi kecanduan, dan keterhubungan dengan keluarga.
Kekhawatiran pada dampak teknologi pada kesehatan mental anak dan remaja memang bukan hal baru. Apalagi setelah aktivitas daring meningkat selama pandemi Covid-19, begitu juga konsekuensi penggunaan internet pada remaja, menurut jurnal JAMA. Terlalu banyak menggunakan internet telah dikaitkan dengan masalah kesehatan mental yang termasuk konsumsi alkohol lebih tinggi, depresi, kecemasan, dan insomnia.
Terlalu banyak menggunakan internet juga dikaitkan dengan kesulitan bersosialisasi dengan teman sebaya, percakapan yang sehat, terlibat dalam aktivitas sosial, dan kurangnya empati, seperti yang telah ditunjukkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Beberapa kritik menekankan hasil tersebut tak bisa menggeneralisasi tapi karena penelitian sebelumnya hanya berdasar pada sampel yang sedikit dengan potensi pemilihan partisipan yang bias.
Foto: tempo.co
Editor: Ridian Eka Saputra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini