Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Laura Basuki: Aktor Film Pilihan Tempo 2024 Lewat Yohanna

Laura Basuki paripurna menghidupkan karakter utama film Yohanna. Belajar dari talenta lokal anak-anak.

9 Februari 2025 | 08.30 WIB

Aktris Laura Basuki menghadiri Festival Film Tempo 2025  di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 5 Februari 2025. Tempo/Fardi Bestari (diedit dengan AI)
Perbesar
Aktris Laura Basuki menghadiri Festival Film Tempo 2025 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 5 Februari 2025. Tempo/Fardi Bestari (diedit dengan AI)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Dewan juri memilih Laura Basuki sebagai aktris pilihan Film Pilihan Tempo 2024.

  • Laura paripurna membawakan peran Yohanna, biarawati yang menghadapi rentetan masalah saat membagikan donasi untuk korban bencana di Sumba.

  • Laura banyak belajar dari talenta muda lokal yang belum pernah berakting.

SEPANJANG film Yohanna, Laura Basuki tampil serupa: memakai gaun plus kerudung biarawati berwarna abu-abu dan kalung rosario dengan tas jinjing kain tersampir pada bahu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Namun, untuk dapat tampil selama 84 menit dalam film karya Razka Robby Ertanto itu, Laura mesti menguasai aneka keahlian baru. Dia pun menjadi mahir memetik gitar, menunggangi kuda pacu, sampai mengemudikan mobil pikap. Beruntung, dia biasa menyetir mobil manual dengan kerumitan persneling dan koplingnya. "Cuma butuh setengah jam untuk terbiasa dengan mobil bak itu," kata Laura kepada Tempo, Senin, 27 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Semua keterampilan itu Laura butuhkan untuk perannya sebagai Yohanna, suster yang berkeliling Sumba untuk menyalurkan donasi bagi korban badai Seroja yang menghantam Nusa Tenggara Timur pada April 2021. Perjuangannya bermula ketika dia mencari kendaraan. Semua pemilik mobil rental menolak Yohanna karena dia cuma mempunyai Rp 100 ribu untuk menyewa mobil selama satu pekan. Yohanna beruntung karena seorang juragan warung muslim—golongan minoritas di sana—merelakan satu-satunya mobil yang ia miliki untuk dipinjamkan.

Dalam perjalanannya melintasi beragam medan, termasuk sabana, Yohanna ditemani Malu—diperankan Iqua Tahlequa—calon suster yang mundur dari kehidupan biara. Ada juga Alis—diperankan Kirana Putri Grasela—anak yang dieksploitasi menjadi penjual peci, minuman beralkohol khas Sumba. Iqua yang berasal dari Jakarta dan Kirana yang merupakan talenta lokal baru kali ini bermain peran.

Interaksi Yohanna dengan Malu dan Alis menjadi satu kekuatan utama akting Laura sekaligus memperkokoh unsur neorealisme film ini. Dikutip dari situs Institut Seni Indonesia Yogyakarta, neorealisme adalah film yang memberikan respons terhadap isu sosial ekonomi pada masa tertentu secara apa adanya untuk memberikan gambaran tentang kelompok masyarakat sosial tertentu. Ciri film neorealisme antara lain mengangkat tema masyarakat kelas bawah, dibintangi aktor nonprofesional, dan gambar diambil di lokasi sesungguhnya.

Konsep neorealisme inilah yang menjadi kunci saat sang sutradara menawarkan peran Yohanna. “Sewaktu pertama kali dihubungi Robby, aku diceritain bahwa cerita yang akan hadir dalam film Yohanna ini adalah kisah nyata yang benar-benar terjadi saat Robby datang ke Sumba,” ucap Laura, 37 tahun.

Aksi aktris Laura Basuki dalam perannya di film Yohanna. Foto/Dok.Summerland

Kepada aktris utama pilihan Tempo dalam Film Pilihan Tempo 2019 lewat Susi Susanti: Love All ini, Robby bercerita tentang rentannya posisi anak-anak Sumba yang kerap membantu orang tua mencari nafkah untuk bertahan hidup. Itu poin yang membuat Laura memutuskan ikut dalam proyek film Yohanna. "Ditambah dari dulu saya ingin sekali melihat langsung keindahan alam Sumba," ujarnya.

Sebelum pembacaan naskah dimulai, Laura menonton film Robby yang juga mengangkat karakter biarawati, yaitu Ave Maryam—dibintangi Maudy Koesnaedi yang menjadi nomine aktris utama pilihan Tempo dalam Festival Film Tempo 2018. Baik Maryam maupun Yohanna sama-sama mengalami pergulatan iman.

Laura lalu menenggelamkan diri dalam buku-buku bacaan tentang suster, berbincang dengan mereka, menonton video wawancara mereka, dan mengamati cara mereka berbicara. "Juga melihat bagaimana mereka menghadapi suatu masalah," katanya.

Poin terakhir tersebut krusial karena itulah yang menjadi tema besar film ini, yaitu bagaimana Yohanna menghadapi cobaan. Mobil pinjamannya dicuri orang dan dia berupaya mengembalikannya. Deraan ujian itu menuntutnya menyesuaikan diri dengan dunia baru di luar gereja dan melakukan hal-hal yang dilarang agamanya.

Sementara biasanya biarawati digambarkan sebagai figur suci tanpa cela, Yohanna hadir sebagai sosok yang lebih manusiawi. Meskipun berstatus pelayan Tuhan, dia tetap memiliki kelemahan dan ketidaksempurnaan layaknya orang kebanyakan.

Kondisi itu terekam jelas dalam dua adegan bersama Malu. "Kamu tidak perlu menyelamatkan semua orang, Suster. Kamu juga harus memikirkan dirimu sendiri," tutur Malu saat dia merasa Yohanna lebih memikirkan orang lain ketimbang diri sendiri. Kekaguman itu belakangan berbalik. Malu menuding Yohanna sebagai sosok yang melambangkan kegagalan setelah tak dapat menepati janjinya.

Laura mengatakan biarawati tidak berbeda dengan pekerjaan lain, yang pasti menghadapi masalah. "Mereka harus menyesuaikan diri dan sejenak mungkin sedikit bergeser dari aturan-aturan yang biasa mereka lakukan,” ujarnya.

Aksi aktris Laura Basuki dalam perannya di film Yohanna. Foto/Dok.Summerland

Bermain dengan aktor nonprofesional, apalagi anak usia sekolah dasar seperti Kirana Putri Grasela, membawa kesan tersendiri bagi Laura. Awalnya, mengingat mereka belum pernah bermain film, dia mengira akan banyak kendala. Namun sebaliknya, justru Laura kemudian merasa banyak belajar dari mereka. "Mereka bisa begitu jujur memotret karakter yang mereka mainkan. Ini skill yang tidak dipunyai aktor yang biasa bermain film," ucapnya.

Begitu tiba di Sumba, Laura langsung mendekati mereka. "Saya ikut melihat dan menemani mereka berjualan di pasar, ikut memilihkan sandal buat mereka, jajan bareng. Itu membantu membangun chemistry saya,” kata Laura.

Saat awal Robby menceritakan sinopsis cerita Yohanna, Laura merasa film ini bakal mendramatisasi isu eksploitasi anak. Namun, begitu berada di Sumba, dia merasa sedih karena mengalami langsung situasi yang tertera dalam naskah yang merupakan fakta. “Banyak orang yang tidak menyadari bahwa Indonesia ini bukan hanya Jakarta. Banyak daerah, seperti Sumba, yang kurang mendapat perhatian," ucapnya. "Saya berharap film ini bisa membuka mata kita."

•••

PENEMPATAN Laura Basuki sebagai aktris pilihan Tempo merupakan proses yang alot. Hingga detik-detik terakhir penjurian, dia bersaing ketat dengan Sha Ine Febriyanti. Pemeran utama film Mungkin Kita Perlu Waktu karya Teddy Soeriaatmadja itu mengupas pergulatan batin orang tua yang kehilangan anaknya. Sang orang tua terus merasa bersalah atas kepergian buah hatinya sampai akhir hayat. Sementara itu, dewan juri pun menyoroti peran Laura yang menghidupkan perjuangan biarawati di tengah alam Sumba yang serba maskulin. Yohanna menjadi sosok minoritas dalam film ini.

Laura Basuki menerima penghargaan kategori Aktris Pilihan Tempo dalam malam penghargaan Festival Film Tempo di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 5 Februari 2025. Tempo/M Taufan Rengganis

Sepanjang film itu, dia menjadi tokoh sentral, bagaimana biarawati yang biasa hidup di gereja harus menghadapi rentetan masalah yang tak pernah ia temui, dari pejudi, pencoleng, sampai bandit. Untuk mengatasinya, dia seolah-olah melepas dogma gereja yang serba hitam-putih dan masuk ke dunia abu-abu, seperti gaun yang ia kenakan sepanjang film. Semua itu ia tempuh demi pengabdian kepada Tuhan dan masyarakat.

Dengan kamera yang terus mengikuti pergerakan Yohanna, penonton seakan-akan terus berada di dekatnya saat menghadapi masalah demi masalah. Sampai-sampai seorang juri mengaku tegang memikirkan bahaya yang bisa mengancam Yohanna. "Tidur saya akan nyenyak kalau Laura terpilih," kata juri itu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul Abdi Tuhan di Mobil Pikap

Ecka Pramita

Ecka Pramita

Penulis gaya hidup di Cantika.com, media online di bawah Tempo Media Group.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus