Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENJUALAN saham Garuda Indonesia masih memercikkan polemik. Hampir sebulan setelah penawaran perdana, harga saham Garuda tak kunjung terbang. Hingga Kamis pekan lalu, saham dengan kode GIAA itu kembali menukik ke harga Rp 510 dari harga Rp 750 per lembar yang ditawarkan pada 11 Februari lalu. ”Itu karena faktor pasar modal global yang sedang turun,” ujar Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar.
Banyak analis saham menyebutkan harga saham Garuda mencerminkan nilai sesungguhnya. Penawaran harga saham perdana Rp 750 dinilai terlalu tinggi buat perusahaan yang masih terbelit utang besar. Sebelum penetapan harga, penjamin emisi memang meminta harga di kisaran Rp 560-850 per saham. Sedangkan pemerintah mematok angka Rp 900-1.080.
Kabar miring pun berseliweran mengenai penetapan harga itu. Bekas Penjabat Gubernur Aceh ini dituding memaksakan harga tinggi karena khawatir ”diserang” Dewan Perwakilan Rakyat. Sebelumnya, ketika penerbitan saham perdana PT Krakatau Steel, DPR menghujani Kementerian BUMN dengan kritik karena dinilai menetapkan harga terlalu rendah.
Dengan tegas Mustafa mengatakan penetapan harga sudah sesuai dengan prosedur dan kesepakatan bersama. Tak ada tekanan terhadap penjamin emisi (underwriter). ”Di kantor Kementerian BUMN lantai 21,” ujar Mustafa, ”semua bertepuk tangan dan bersalaman begitu disepakati harga Rp 750.”
Kenyataannya, pasar hanya menyerap 52,4 persen saham yang ditawarkan. Sisanya harus ”ditelan” penjamin emisi, yaitu PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana Securities, dan PT Mandiri Sekuritas. Uangnya diperoleh melalui pinjaman dari PT Danareksa dan Bank Mandiri.
Rabu pekan lalu, seusai rapat dengan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Mustafa menerima Nugroho Dewanto, Yandi M. Rofiyandi, dan fotografer Dwianto Wibowo dari Tempo di kantornya. Ia memaparkan lika-liku penerbitan saham sejumlah perusahaan, termasuk Krakatau Steel. Beberapa informasi disampaikan secara off the record.
Harga saham Garuda setelah penerbitan perdana terus anjlok. Citra Garuda menjadi terpuruk, padahal kinerjanya sudah membaik?
Saya luruskan, tidak benar kalau ada yang menyebutkan Garuda sudah membaik tapi tiba-tiba terpuruk karena penawaran saham perdana (IPO). Dari sudut kepentingan Garuda, IPO kemarin sangat sukses. Mereka mendapatkan modal Rp 3,3 triliun, yang didambakan selama belasan tahun. Garuda bisa membayar utang ke Bank Mandiri Rp 1,4 triliun sehingga bisa deal ke mana-mana. Sekarang Garuda bukan terpuruk, malah bergairah. Sebentar lagi kita akan menikmati pesawat baru.
Mengapa Anda menyebut malah bergairah?
Sebelum IPO, Garuda sulit mendapatkan modal melalui kredit karena tak bankable. Utang di mana-mana. Satu-satunya cara memperoleh pembiayaan adalah IPO. Garuda sudah lama bikin rencana bisnis dan matang sebagai industri maskapai penerbangan. Kalau itu ditangguhkan, tidak hanya tertunda, tapi mungkin tak bisa bangkit.
Garuda memang mendapatkan modal, tapi penjamin emisi yang juga perusahaan BUMN harus merugi?
Tak bisa disebut rugi. Itu adalah potential loss. Investor kan memegang saham seharusnya paling sebentar enam bulan. Kita mendorong supaya potential loss itu tak menjadi real loss. Kalau spekulan, biarkan saja.
Benarkah Anda yang ngotot menetapkan harga saham tinggi sehingga sejumlah investor lari?
Tak ada pemaksaan harga. Mereka ikut dalam penentuan harga. Ketiganya setuju dan kami bersalaman. Dari A sampai Z ikut, termasuk ketika mundur dan menyatakan kesediaan kembali. Kalau mereka tak sanggup menggaet investor, itu pembelajaran. Mereka harus lebih giat dengan public expose, sosialisasi media, dan cermat memilih mitra. Kalau mitra selalu minta harga di bawah sehingga dapat hujan keuntungan, sorry, bukan itu yang kita inginkan. Jadi tak benar kalau disebut investor kabur dan saya memaksakan harga. Semua ditentukan sesuai dengan prosedur.
Jadi semua atas dasar kesepakatan dan tak ada tekanan dari Anda?
Tak ada yang ditekan. Kalau mereka tak setuju kan bisa mengundurkan diri. Kalau ada satu saja keberatan dengan Rp 750 itu, kami juga masih mikir. Kami membahas penentuan harga di lantai 21 gedung ini. Semua lengkap: Garuda, penjamin emisi, serta wakil Menteri Keuangan. Setelah ditetapkan Rp 750, semua menyatakan sanggup. Semua menyatakan dengan full confidence dan tepuk tangan. Tak ada yang cemberut.
Sejumlah media menyebutkan Anda sampai beristikharah dalam menetapkan harga?
Ha-ha-ha…. Kalau misalnya tahajud, ketika sedang tak capek, iya. Tapi, kalau penentuan harga sampai istikharah, itu no. Jangan terlalu ditarik-tarik. Saya kadang menggunakan intuisi dengan bahan yang ada, tapi bukan dalam menentukan harga.
Bagaimana hitungannya sehingga Anda meminta harga di kisaran Rp 900-1.080?
Saya punya staf ahli dan tim independen. Dari masukan itu, saya minta harga yang baik. Saya mewakili pemerintah sebagai pemegang saham, tentu melihat Garuda sebagai perusahaan penerbangan nasional yang bagus. Saya ingin harga Garuda sebagus mungkin sehingga mendapat hasil penjualan baik.
Ketika itu, penjamin emisi sempat mundur….
Ya. Penjamin emisi mundur dengan harga Rp 900-1.080 itu. Saya lalu memanggil direksi dan komisaris Garuda, bersama deputi BUMN di sini. Kami menganalisis situasinya. Saya merasa harga Rp 560-850 itu terlalu murah. Sedangkan kalau Rp 900-1.080, mereka tak sanggup. Apakah akan ditunda atau jalan dengan mencari titik temu terbaik. Akhirnya masuk ke angka tengah, yakni Rp 750.
Benarkah penentuan harga saham Garuda dipengaruhi preseden Krakatau Steel yang dianggap terlalu murah oleh DPR? Anda khawatir kembali dikritik sehingga menetapkan harga tinggi?
Tak ada sama sekali. Kalau saya memilih business as usual dan tak perlu menimbulkan masalah, lebih baik enggak usah. Coba pikir, waktu itu momentumnya begitu bagus dan kondisi Garuda juga sedang baik. Masuknya perusahaan BUMN akan menggairahkan pasar modal. Sudah ada 16 emiten BUMN yang masuk dan mewarnai bursa.
Bank Mandiri dan Danareksa memberikan pinjaman ke penjamin emisi untuk membeli kembali saham yang tak diserap pasar. Apakah atas perintah kementerian?
Ada yang mengatakan seakan-akan kami menekan Bank Mandiri. Sama sekali tak benar. Saya mempersilakan penjamin emisi berhubungan dengan pihak yang mampu membiayai. Kami akan membantu memfasilitasi, tapi sama sekali tak mau mengintervensi. Kalau kami mengintervensi, citra kami sangat jelek.
Jadi itu murni pertimbangan bisnis?
Ya, pertimbangan bisnis.
IPO Garuda dianggap gagal karena tak memberikan keuntungan pada investor?
Kalau dilihat kondisi riil sekarang, penurunan terjadi karena pengaruh eksternal. Pasar modal global sedang turun. Pasar modal regional dan nasional juga begitu. Mengapa dalam kondisi pasar begitu tetap diteruskan? Kita kan tak tahu ke depan lebih baik atau buruk. Apa yang kita hadapi ini laksanakan.
Ada pula yang menganalisis IPO Garuda kalah bersaing karena bersamaan dengan rights issue Bank Mandiri?
Keduanya tak menggarap bidang yang sama. Selera investor juga tak sama. Masing-masing punya minat. Jadi kami tak khawatir IPO Garuda berdekatan dengan rights issue Bank Mandiri. Sekarang ini, pasar global berpengaruh sangat besar. Saya melihat prospek Garuda dan yakin harga akan membaik. Orang membeli saham bukan hanya capital gain, tapi juga mengharapkan dividen.
Kapan kira-kira harga saham Garuda akan membaik?
Saya melihat paling sedikit enam bulan, tak sampai setahun. Tapi ini semua tergantung situasi politik di Timur Tengah. Kalau dalam kondisi normal, paling tiga bulan. Saya kira Garuda tak akan selambat dan seberat BNI dulu.
Apakah proses penerbitan saham perdana Garuda ini sama seperti Krakatau Steel?
Semua sama, proses, pendalaman, dan segala macamnya. Bahkan komunikasi dengan DPR lebih baik.
Pada kasus Krakatau Steel, benarkah DPR ribut karena kabarnya ”hujan tak merata” dalam kaitan dengan alokasi saham?
Saya tak tahu kalau ada yang disebut hujan tak merata itu. Saya tak mau masuk ke area itu. Area itu sepenuhnya kewenangan penjamin emisi membagi kepada siapa-siapanya. Kami tak tahu dan tak mau tahu. Menurut aturan, ini bukan porsinya menteri.
Persoalan di pelabuhan Merak-Bakauheni cukup menarik. Kebetulan di sana ada PT ASDP Indonesia Ferry. Apa sebenarnya yang terjadi sehingga ribuan truk sampai antre?
Peran ASDP kecil, hanya ada tiga kapal dari total 34. Sisanya milik swasta. Sekarang satu docking sehingga tinggal dua yang beroperasi. Setelah peristiwa kebakaran, ASDP melakukan penertiban penumpang. Fasilitas pengaman seperti pelampung lebih ditekankan supaya jangan terulang. Pemilik kapal swasta juga berintrospeksi sehingga kapal yang sudah rusak parah masuk dok. Karena banyak kapal masuk dok, sedikit yang bisa beroperasi. Inilah yang menyebabkan stagnasi.
Apa yang bisa dilakukan ASDP untuk membantu mengatasi persoalan ini?
Peran ASDP mengatur pelayaran dengan mempersiapkan penumpang berupa barang, kendaraan, dan orang. Regulator yang bersinggungan di sini adalah Kementerian Perhubungan. ASDP bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk mencari solusi. Waktu itu, solusinya antara lain mencari alternatif kapal di tempat lain. Mereka bisa geser dari Aceh. Ada pula bantuan kapal dari Pelni dan TNI Angkatan Laut. Stagnasi sudah jauh berkurang walaupun belum normal 100 persen. Saya katakan, komunikasi publik juga harus bagus. Jangan hanya terlihat antrean panjang tanpa diketahui penyebabnya.
Jalur Merak-Bakauheni termasuk pasar ”gemuk”. Mengapa ASDP kurang agresif dalam berinvestasi?
Sebetulnya, berdasarkan pengalaman, sudah tercapai keseimbangan antara kebutuhan penumpang dan ketersediaan kapal. Karena itu, ASDP tak terlalu ekspansif menambah armada. Tapi, dengan adanya kasus seperti ini, ternyata banyak kapal swasta yang tak layak dan tak diremajakan. Kalau swasta benar-benar tak mau berinvestasi, saya setuju ASDP harus masuk.
Kami mendengar ada kesulitan perizinan buat kapal baru di Kementerian Perhubungan sehingga ASDP tak bisa menambah armadanya. Bagaimana upaya Kementerian BUMN untuk mendorong terbitnya izin?
Dengan kasus ini dan kapal lama tak bisa dioperasikan, izin baru tentu diperlukan. Kalau ASDP siap, saya akan membantu mereka mendapat izin dari Kementerian Perhubungan. Akan kami upayakan meminta perhatian khusus dari Menteri Perhubungan supaya ASDP diutamakan.
Apakah ASDP sendiri tak lagi dibebani persoalan internal?
Banyak yang harus ditertibkan di dalam ASDP, misalnya manajemen. Ketika saya masuk dulu, banyak persoalan kronis. Direksi dengan komisaris pecah. Jajaran direksi juga terbelah. Konsultan asing tak bisa menyelesaikan persoalan. Saya mengambil langkah radikal: ”Kalau kalian mau rujuk, saya beri kesempatan satu setengah bulan. Kalau tidak, saya bubarkan.” Sayang, Direktur Utama Bambang Bhakti meninggal, padahal sudah on the right track. Kami masih mencari figur kuat sebagai penggantinya. Manajemen sudah membaik dan akan kami tingkatkan lagi sehingga governance-nya betul-betul andal. Saya melihat peluang peningkatan kinerja dan peluang bisnis besar.
Banyak BUMN masih terbelit utang dan tidak sehat….
Memang banyak BUMN yang tak perform dan menanggung beban bawaan masa lalu, seperti industri strategis PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Pindad. Semua membawa utang bawaan yang berat sekali. Kalau terus dipikul, akan membebani. Memang ini sudah terakumulasi lama sehingga kami minta masyarakat sabar. Industri strategis mulai mendapat pesanan dari militer. Satu demi satu BUMN lain kami sehatkan. Hasilnya positif, seperti di PLN dan Pertamina.
Anda dianggap cukup dipercaya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tapi bagaimana bila Anda juga dicopot dalam rencana perombakan kabinet mendatang?
Saya bukan orang politik. Saya dari profesional dan netral dalam hal itu. Saya ada di sini karena penugasan. Saya menjalankan amanat sesuai dengan yang diberikan. Saya anggap ini sebagai lahan pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Saya benar-benar tak merisaukan isu itu. Kalau waktu bisa diputar, saya malah ingin kembali menjadi Direktur Bulog karena misi saya baru jalan separuh di sana.
Dr Ir H Mustafa Abubakar, MS
Tempat dan tanggal lahir: Pidie, Aceh, 15 Oktober 1949
Pendidikan:
Karier:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo