Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETELAH berulang kali masuk rumah sakit, mantan presiden Abdurrahman Wahid berpulang pada 30 Desember lalu, pukul 18.45, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang tiba di rumah sakit sekitar 20 menit sebelum Gus Dur wafat, menjadi saksi perjuangan tim dokter menyelamatkan mantan atasannya itu.
Namun kedatangan Presiden belakangan memunculkan selentingan tak sedap. Beredar pesan pendek yang tak jelas sumbernya: alat bantu pernapasan Gus Dur dicabut sebelum dia meninggal. ”Pembunuhan” Gus Dur, kata pesan itu, dilatari pertemuan Gus Dur pada 4 Desember lalu untuk membahas kasus Bank Century.
Sebagai ketua tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Yusuf Misbach jelas terganggu mendengar kabar itu. ”Kami tak mungkin melakukan hal seperti itu,” ujarnya. Dia membantah intervensi Presiden dalam penanganan medis. Presiden, menurut Yusuf, hanya memerintahkan upaya medis terbaik.
Selama hampir sebelas tahun menangani kesehatan Gus Dur, Yusuf paham betul kondisi kesehatannya, termasuk kebiasaannya melanggar pantangan. Kepada Tempo, Yusuf menjelaskan dengan gamblang apa yang terjadi dalam satu wawancara khusus pada Jumat pekan lalu. Berikut ini petikannya.
Jeda antara Gus Dur mulai kesakitan hingga berpulang hanya tujuh jam. Apa yang terjadi?
Kami juga tidak pernah menyangka Gus Dur akhirnya meninggal. Pada Senin, beliau sempat mencabut gigi, kemudian masuk ke ruang perawatan gawat darurat sebentar. Malamnya sudah pindah ke ruang perawatan biasa. Selasa, Gus Dur cuci darah. Dia mendengarkan musik dan mengobrol dengan tamu-tamunya. Jadi, sudah sangat santai. Saya sempat mengatakan ke Gus Dur supaya selama seminggu jangan pergi ke mana-mana dulu.
Gus Dur sempat minta izin pulang?
Rabu pagi dia menelepon saya, mengatakan ingin pulang. Saya bilang, masa baru keluar dari ruang gawat darurat dua hari sudah minta pulang. Istirahat dulu, jangan terima tamu. Pukul 11.30 dia berteriak-teriak, katanya kesakitan luar biasa.
Apa keluhannya?
Sakit mulai pinggang turun ke kaki kanan. Biasanya dia tak pernah berteriak-teriak kalau sakit. Kami periksa dengan ultrasonografi doppler di sekitar pinggang. Ditemukan sumbatan pembuluh darah arteri. Sumbatan itu harus segera dibuka. Kalau dibiarkan, kaki akan kekurangan darah. Sakitnya luar biasa. Dokter kemudian memberikan obat pengencer darah. Jadi, sewaktu dibawa ke ruang gawat darurat Pusat Pelayanan Jantung Terpadu, tidak boleh dibedah dulu, karena bisa terjadi perdarahan.
Apa tindakan tim dokter selanjutnya?
Gus Dur diperiksa dengan angiografi. Ternyata ada sumbatan besar di aorta abdominal. Ahli bedah dan ahli jantung berpendapat, metode kateterisasi tak efektif untuk mengatasi masalah itu. Jadi, dilakukan pembedahan. Selama proses itu, tekanan darah Gus Dur terus turun. Tim dokter berusaha memulihkan kondisi Gus Dur hampir satu jam. Sampai akhirnya, pukul 18.45, Gus Dur dinyatakan wafat.
Saat itu Presiden sudah di RSCM?
Presiden datang ketika tim dokter sedang melakukan resusitasi.
Siapa yang memberi kabar ke Presiden?
Ketika kondisi Gus Dur kritis, saya menghubungi ketua tim dokter kepresidenan, Aris Wibudi, tapi tidak terhubung. Saya menelepon Djoko Rahardjo, anggota tim dokter kepresidenan. Mungkin dia yang menyampaikan ke Presiden. Sekitar sepuluh menit kemudian saya menerima kabar Presiden akan datang. Tiba di rumah sakit, Presiden meminta menyaksikan langsung kondisi Gus Dur. Karena ruangan steril, terpaksa dikenakan baju steril. Presiden berdoa di sana.
Jadi, sewaktu Gus Dur wafat, Presiden sudah di rumah sakit?
Ya. Setelah setengah jam lebih dipompa tak ada reaksi, saya melihat pupil mata Gus Dur sudah sangat lebar. Itu salah satu indikasi dia sudah meninggal. Detak jantung sudah tidak ada. Akhirnya tim dokter mencabut semua alat bantu, termasuk selang bantuan pernapasan.
Apakah operasi pencabutan gigi memperburuk kondisi Gus Dur?
Sakit gigi memang mempengaruhi kondisi dia. Bengkaknya besar sekali, jadi susah makan. Tamunya juga tak habis-habis. Setelah operasi gigi, ada dua profesor Australia datang hendak mewawancarai. Mereka mengobrol berjam-jam. Gus Dur tak bisa dilarang untuk hal seperti itu.
Seberapa parah kondisi gula darahnya?
Gula darah dia tak terlalu buruk. Selama setahun ini dia tak minum obat penurun gula darah karena kadarnya cenderung rendah. Hanya diet.
Tekanan darahnya?
Cukup baik. Tapi, karena ada penyumbatan, beban kerja jantung jadi berlipat. Akhirnya jantung tak kuat. Masalah penyumbatan pembuluh darah Gus Dur semakin berat karena penyakitnya banyak.
Penyumbatan pembuluh darah kemarin yang pertama?
Ya. Ini yang pertama.
Ketika Gus Dur merasa kesakitan sewaktu pemilu lalu bukan penyumbatan?
Bukan. Itu yang sakit bukan cuma kaki, tapi seluruh badan. Itu akibat metabolisme kacau sehingga koordinasi sarafnya juga kacau.
Penyumbatan darah ini tidak bisa dideteksi?
Penyumbatan darah selalu terjadi mendadak.
Berapa dokter yang menangani Gus Dur?
Total 16 dokter.
Siapa yang pertama kali dikabari?
Keluarga dan Presiden. Menantu Gus Dur dipanggil sewaktu masih proses resusitasi. Presiden meminta dia dipanggil. Jadi, bersama Presiden dan Menteri Kesehatan, dia menyaksikan resusitasi.
Ada kabar layar monitor yang dipasang di ruang tempat keluarga Gus Dur menunggu mendadak mati. Kenapa?
Saya tidak tahu siapa yang memasang dan mematikan monitor itu. Mungkin ada staf atau dokter yang minta dimatikan.
Bukan karena kurang listrik?
Televisi kan tak perlu listrik banyak. Mungkin masalah teknis saja.
Sudah berapa lama Anda menangani Gus Dur?
Sebelas tahun. Beliau itu kan santai sekali. Sewaktu dipaksa turun pada Juli 2001, tim dokter berkumpul semua di Istana. Gus Dur kelihatan santai saja. Dia malah sempat keluar Istana dengan hanya bercelana pendek.
Masih ingat guyonan Gus Dur?
Dia bilang, malaikat memanggil Presiden Amerika Serikat, disusul Perdana Menteri Inggris ke surga. Malaikat menyuruh mereka naik pesawat. Ketika tiba giliran pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev, ternyata dia naik sepeda ke surga karena dianggap amalnya paling jelek....
Selama Anda menangani Gus Dur, apa sakit yang paling sering dia alami?
Gus Dur beberapa kali terkena stroke. Terakhir, yang paling berat, pada 2005. Dia dirawat di ruang gawat darurat RSPAD Gatot Subroto hampir dua minggu, sempat kejang-kejang tak sadar. Presiden Yudhoyono datang menjenguk. Setelah itu, Gus Dur masuk unit stroke RSCM beberapa kali. Setelah beberapa hari dirawat dan membaik, ya pulang. Yang hebat, belum pernah sekali pun Gus Dur minta dirawat di luar negeri. Selalu minta dirawat di RSCM. Padahal sebagai mantan presiden ada fasilitas itu.
Jadi kesehatan Gus Dur tak kunjung membaik?
Kalau dia makan obat teratur dan taat diet, mungkin masalah ginjalnya bisa dicegah. Tapi soal diet Gus Dur dari dulu susah diatur. Yang bikin tambah repot, banyak yang menawarkan obat tradisional ke Gus Dur. Ada obat Cina dan lain-lain. Orang yang memberikan obat itu biasanya menyarankan Gus Dur berhenti dulu minum obat dokter selama makan obat mereka. Yang seperti ini terjadi berkali-kali.
Tidak ada yang mengingatkan dia?
Ada dokter mengingatkan. Tapi, karena sering diingatkan, dia malah jadi tak senang. Dia bilang, ”Lain kali kalau ke sini tak usah diperiksa dokter itu,” ha-ha-ha.... Gus Dur tak mau menemui dokter itu. Akhirnya, setiap kali ada yang memberikan obat tradisional, obatnya kami buang dan diganti obat kami. Tapi, yang susah kan mencegah makanan, karena tak bisa diganti. Kalau dia ingin makan durian, ya makan.
Gus Dur masih makan durian?
Masih. Pokoknya yang enak-enak. Dulu sewaktu di Istana dia suka makan di luar, di Jalan Irian, Menteng. Dia tak pernah bilang ke kami mau ke mana.
Berapa kali Gus Dur kena stroke berat?
Yang berat tiga kali,serangan ringan beberapa kali. Biasanya keluhannya tak enak badan. Setelah saya periksa, ternyata tubuh bagian kanan kena stroke. Bagian ini memang paling sering kena.
Benarkah daya tahan dia kuat sekali?
Untuk orang seperti dia, yang melanggar segala macam pantangan, dia termasuk kuat. Kami juga kagum. Sewaktu musim kampanye lalu, dia kan kesakitan hebat dan kena stroke di bagian kiri badan. Disentuh sedikit saja sakit luar biasa. Ketika Wakil Presiden Jusuf Kalla menjenguk, Gus Dur minta tak perlu bersalaman. Tapi, tetap saja setelah kondisinya membaik, dia kembali siaran radio dan pergi ke daerah. Terakhir dia ke Jombang, Jawa Timur. Karena giginya sakit, dia susah makan dan gula darahnya turun. Akibatnya susah dibangunkan dari tidur.
Apa yang membuat dia begitu kuat?
Saya menduga, semangat hidupnya. Dia jarang mengeluh. Baru kemarin dia sakit sampai berteriak-teriak. Biasanya dia tak pernah cerita sakit ini atau itu.
Ketika masih presiden, pernah dirawat?
Tidak. Selama jadi presiden, Gus Dur tak pernah dirawat. Dia tidak mau dirawat karena sibuk. Biasanya dia cuma minta obat.
Bagaimana dengan penglihatan Gus Dur?
Sudah parah. Dia kena glaukoma, tapi tak pernah berobat dengan baik. Saya pernah diutus ke New York. Sebab, ada dokter yang punya teknik menempelkan elektroda di sekitar kepala, bisa memulihkan sebagian penglihatan. Yang sebelumnya tak bisa melihat sama sekali, misalnya, jadi bisa mengenali pintu. Tapi, karena teknik ini mensyaratkan operasi dan perawatan selama enam bulan, akhirnya batal. Tak mungkin presiden meninggalkan negara selama itu.
Pemeriksaan apa yang dijalani Gus Dur di Klinik Mayo, Minnesota, Amerika Serikat, pada 2007?
Setelah kena stroke pada 2007, dia diperiksa lagi di Klinik Mayo. Saat itu dia mau mencalonkan diri sebagai presiden. Saya bilang, ”Gus, untuk apa capek-capek lagi jadi presiden?” Dokter di Mayo juga menyarankan dia mengurungkan niatnya. ”Anda ini sudah lebih dari presiden,” kata mereka.
Apa tanggapan Gus Dur?
Dia bilang, ”Ya, saya akan mendukung calon lain. Saya sudah punya pilihan.” Tapi, sewaktu balik ke Indonesia, dia mau lagi mencalonkan diri.
Benar Gus Dur pernah menawar supaya cuci darahnya dipercepat?
Dia mana tahan selama empat jam diam saja. Dia mau cuci darah cukup dua jam.
Yusuf Misbach:
Lahir: Tasikmalaya, Jawa Barat, 18 Desember 1941
Pendidikan:
Pekerjaan:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo