Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Maruarar Sirait soal Bantuan Konglomerat dalam Proyek 3 Juta Rumah

Menteri Perumahan Maruarar Sirait menjelaskan proyek 3 juta rumah serta hubungan antara Jokowi dan Prabowo.

15 Desember 2024 | 08.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Maruarar Sirait berbicara soal bantuan konglomerat 'Sembilan Naga' dalam program 3 juta rumah.

  • Maruarar juga berbicara soal hubungan antara Joko Widodo, Megawati Soekarnoputri, dan Prabowo Subianto.

  • Maruarar keluar dari PDIP, kemudian mengikuti Jokowi yang berkonflik dengan Megawati, lalu kini menjadi anggota Gerindra.

HAMPIR tengah malam, Maruarar Sirait baru beranjak dari kantornya di Jalan Pattimura, Jakarta Selatan, pada Senin, 25 November 2024. Sebelum naik ke jip bongsor Range Rover hitam yang menunggu di halaman kantor, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman itu mendengar taklimat dari stafnya soal undangan santap bersama dengan Wakil Menteri Keuangan sekaligus kemenakan Presiden Prabowo Subianto, Thomas Djiwandono. Ia juga meneken surat permintaan cuti dari salah satu anak buahnya yang akan mengikuti sidang doktoral. “Jangan lupa mengirim bunga,” kata Maruarar kepada seorang pegawainya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aktivitas Maruarar kelar lebih cepat hari itu setelah menerima permintaan wawancara dari wartawan Tempo, Raymundus Rikang, Sunudyantoro, dan Yosea Arga Pramudita. Ia semestinya masih menerima kunjungan Kelompok Cipayung Plus—gabungan organisasi kemahasiswaan—untuk mensosialisasi proyek 3 juta rumah. Namun kunjungan para mahasiswa itu dibatalkan. Menurut Maruarar, jam biologisnya memang berbeda dengan orang banyak. “Saya bekerja sampai dinihari dan baru bisa tidur menjelang subuh,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ara—sapaan mantan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu—nyaris tak pernah muncul ke publik sejak kecele dalam pengumuman menteri pada periode pertama pemerintahan Joko Widodo sepuluh tahun lalu. Maruarar saat itu sudah mengenakan kemeja putih dan tiba di Istana Negara, Jakarta. Namun Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla tak jadi mengumumkan Maruarar sebagai anggota kabinet.

Ia kemudian lebih dikenal sebagai orang dekat Jokowi. Maruarar memimpin panitia penyelenggara turnamen sepak bola Piala Presiden. Nama politikus yang kini bergabung dengan Partai Gerindra itu juga disebut sebagai salah satu operator gagasan perpanjangan masa jabatan presiden di ujung periode pemerintahan Jokowi. “Jokowi tidak seperti itu,” tuturnya. “Orang yang mendorong memang banyak.”

Sebelum dilantik menjadi menteri, Maruarar tampak wira-wiri ke Ibu Kota Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, bersama para konglomerat. Beberapa potret Maruarar makan bersama para taipan, seperti pendiri Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma alias Aguan; bos Barito Pacific Group, Prajogo Pangestu; bos Sinar Mas Group, Franky Widjaja; dan pemilik Artha Graha Group, Tomy Winata, beredar luas.

Percakapan dengan Maruarar berlangsung dua kali. Pada 30 November 2024 atau lima hari setelah sesi tanya-jawab di kantornya, anak pendiri PDIP, Sabam Sirait, itu mengundang Tempo ke rumah pribadinya yang jembar di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Senyumnya tersungging ketika dia menyebutkan warganet pernah menaksir harga rumahnya tak kurang dari Rp 100 miliar. “Saya bekerja keras dan Tuhan Mahabaik,” katanya.

Dari politikus, Anda sekarang kerap tampil bersama para pengusaha. Bagaimana ceritanya?

Bukan pengusaha nasional lagi, melainkan para konglomerat. Naga-naga. Masalahnya apa? Memangnya gampang mengumpulkan mereka?

Mengapa mereka mau berkongsi dengan Anda?

Tanya saja kepada mereka kenapa percaya kepada Ara (panggilan akrab Maruarar)?

Anda yang mengumpulkan para taipan itu untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN)?

Saya dan mereka sama-sama berinvestasi, sama-sama keluar duit Rp 50 miliar.

Apakah IKN menguntungkan secara bisnis?

Secara bisnis bagus, dong. Investasi gue itu untuk membangun hotel.

Presiden Prabowo Subianto agaknya tak memprioritaskan pembangunan IKN. Sebagai investor, Anda tak khawatir?

Menurut saya, program IKN harus mengkombinasikan kebijakan negara dengan bisnis. Dengan begitu, programnya bisa jalan. Kami berinvestasi di situ karena visi. Kami yakin pada waktunya akan bagus. Orang sekarang beranggapan kurang bagus, tidak apa-apa. Makanya, dalam bisnis, ada orang yang telmi alias telat mikir. Mereka membeli ketika harga sudah naik, pasti mahal. Saya mesti yakin pada pilihan saya ketika menjadi investor.

Anda ikut meyakinkan para konglomerat soal keberlanjutan IKN?

Mereka itu konglomerat dari zaman pemerintahan Soeharto, bukan baru sekarang. Ada Pak Aguan, Sinar Mas Group, dan Salim Group. Coba tanya kepada mereka, jangan saya yang bicara karena dikira narsisistik. Memangnya gampang dipercaya oleh para konglomerat ini?

Kongsi bisnis itu bermodal kepercayaan belaka?

Dalam hal apa saja. Percintaan juga modalnya trust.

Pasti ada faktor lain, misalnya kredensial Joko Widodo yang waktu itu masih menjabat presiden kepada Anda….

Dari Pak Jokowi, orang tua gue, dan Tuhan. Yang dekat dengan Pak Jokowi banyak, tapi kenapa enggak dipercaya? Karena gue ini deliver. Strong deliver. Gue juga fighter.

Maksudnya, Anda yang membereskan pelbagai operasi politik Jokowi?

Gue enggak mau sombong dan biarkan kawan-kawan yang menilai. Tak ada yang mustahil bersama Tuhan.

Kami mendengar cerita bahwa Anda terlibat dalam operasi perpanjangan masa jabatan presiden. Respons Anda?

Pak Jokowi tidak seperti itu. Ngapain Pak Jokowi membuat masa jabatannya jadi tiga periode? Orang yang mendorong memang banyak, tapi tetap mengikuti konstitusi.

Perkongsian Anda dengan para triliuner itu tak sebatas di IKN, tapi juga dalam program 3 juta rumah. Bagaimana skemanya?

Tanahnya dari saya, lantas Pak Aguan dari Agung Sedayu Group yang membangun. Ini untuk rakyat dan gratis. Ada lima pengusaha lain yang juga ikut, antara lain Adaro milik keluarga Thohir, Salim Group, dan Berau Coal Energy.

Anda sampai menyumbangkan tanah. Memangnya sekaya apa Maruarar Sirait?

Saya memulai dari bawah. Ketika duduk di bangku sekolah menengah atas, saya sudah berdagang ayam dan bawang. Saya juga berjualan kaus. Saat masuk kuliah, saya membuka warung di rumah kos dengan istri. Saya orang Batak dan diajari bertanggung jawab terhadap keluarga besar sejak kecil.

Mendapatkan lahan untuk membangun rumah, khususnya di kota besar, pasti sulit. Apa strategi Anda?

Saya mencari lahan yang gratis atau murah.

Dari mana sumbernya?

Dari tanah koruptor yang disita kejaksaan, aset kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia yang menjadi aset Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, serta dukungan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nusron Wahid. Kata Pak Nusron, ada 150 hektare lahan di Mojokerto, Jawa Timur, yang hak guna usahanya sudah habis dan bisa dipakai.

Mengapa Anda menggandeng para pengusaha besar itu lagi?

Anggaran saya cuma Rp 24 triliun dan itu masih anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, kementerian sebelum pemisahan nomenklatur. Jika anggaran yang saya punya itu dipakai membangun rumah, mungkin hanya bisa 145 ribu unit. Sedangkan target Presiden Prabowo adalah 3 juta rumah. Saya menolak menyerah. Kalau saya tenang-tenang saja dan tak mencari inovasi, pasti gagal program ini. Karena itu, saya membuat terobosan.

Tidak ada terobosan lain di luar kongsi dengan para pengusaha?

Itu kerja sama dalam bentuk yayasan dan membantu rakyat, bukan untuk bisnis. Memang yang bisa membantu adalah orang-orang kaya itu. Kalau bukan konglomerat, bagaimana bisa membantu pemerintah? Apalagi kami dipercaya oleh mereka. Ini bukan untuk kami, melainkan untuk rakyat.

Bukankah tak ada makan siang yang gratis? Pasti ada kompensasi kepada mereka….

Orang curiga boleh-boleh saja. Di mana pun, orang pasti punya kepentingan. Namun kami membatasi dengan etik dan aturan. Kami membuat rule of the game.

Seperti apa aturan main yang Anda buat?

Kami mencegah jika ada konflik kepentingan. Program ini mesti dijalankan dengan profesional.

Anda yakin program 3 juta rumah bisa sukses?

Saya enggak ada pilihan karena saya adalah pembantu Presiden. Beliau berjanji dan pekerjaan saya adalah membantunya. Ketimbang merenung dan berpikir program ini masuk akal atau tidak, gue kerjakan saja. Saya bekerja keras untuk mewujudkan janji Presiden.


Maruarar Sirait

Tempat dan tanggal lahir:

  • Medan, Sumatera Utara, 23 Desember 1969

Pendidikan:

  • Sarjana ilmu politik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Karier:

  • Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (Oktober 2024-sekarang)
  • Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (2004-2009)

Laporan harta kekayaan:

  • Rp 85,8 miliar (2019)


Anda bilang bujet kementerian terbatas. Bagaimana menyiasati pendanaannya?

Belanja beras untuk satu restoran dengan sepuluh restoran itu berbeda harganya. Beli semen juga begitu. Saya sudah berbicara dengan Direktur Utama PT Semen Indonesia. Misalnya saya beli Rp 500 miliar, bisa dikasih korting 5-10 persen. Korting ini bukan untuk saya pribadi. Dengan membeli barang untuk pengerjaan rumah, cat, plafon, kayu, dan sebagainya, kalau kita bisa deal satu per satu dengan pabrikan, bisa dapat banyak korting. Harga rumah bisa lebih murah, rakyat untung.

Bagaimana Anda menjawab keraguan publik karena Prabowo juga punya program prioritas lain, seperti makan bergizi gratis?

Memang targetnya banyak. Pertumbuhan ekonomi 8 persen juga menjadi target Pak Prabowo. Karena itu, beliau berkeliling dan mengunjungi sepertiga dunia. Saya pelaku dan tak mau berandai-andai. Bos saya maunya begitu, saya mengerjakan saja. Masak, saya berdebat dengan bos saya?

Program 3 juta rumah terdengar ambisius karena program sejuta griya era Jokowi saja amburadul. Banyak rumah rusak dan telantar….

Ada efisiensi dan pengawasan publik. Kami harus memilih kontraktor, pengembang, dan penyuplai yang benar. Rantai suplainya harus benar semua. Kalau ada satu yang salah, enggak bisa berjalan dan bikin capek.

Bagaimana memastikan program pembangunan rumah ini merata?

Data mengenai rakyat yang membutuhkan rumah enggak ada. Badan Pusat Statistik melakukan survei. Ini menyangkut aspek sosial, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Kami menitip data itu karena memang membutuhkannya.

Daerah mana yang menjadi prioritas?

Kami mesti melakukan kombinasi dengan turun ke lapangan dan berkomunikasi ke sana-sini. Kami mendapat data dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan soal Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang dikombinasikan dengan data pengguna listrik. Kami mengajak para bupati dan komandan distrik militer memetakan masyarakat yang layak mendapat rumah ini.

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait (keempat kiri) . secara simbolis meresmikan penyaluran KPR BTN Program 3 Juta Rumah saat Akad Massal KPR BTN di Kota Serang, Banten, 12 Desember 2024. Antara/Angga Budhiyanto

Berbicara soal politik, mengapa Anda hengkang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan?

Partai Demokrasi Indonesia itu merupakan fusi lima partai, yakni Partai Nasional Indonesia, Partai Musyawarah Rakyat Banyak, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, dan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia. Bapak saya, Sabam Sirait, dari Partai Kristen Indonesia. Beliau yang mengajak Ibu Megawati Soekarnoputri masuk PDI dan bertarung sejak zaman Orde Baru. Saya pamit dari PDIP karena memilih ikut Pak Jokowi.

Mengapa Anda nyaman dengan Jokowi?

Apa, ya? Mungkin Tempo yang kurang nyaman, ha-ha-ha....

Anda dendam terhadap PDIP?

Tidak. Itu jadi motivasi buat saya. Saya fighter, saya biasa bertarung.

Tapi hati Anda masih di PDIP?

Saya Gerindra.

Anda happy di Gerindra?

Saya nyaman. Pak Prabowo sangat menghargai kami. Bahagia sekali hidup saya. Hidup ini harus saling membahagiakan dan menghargai.

Anda bertemu dengan Megawati ketika mengundurkan diri?

Tidak. Saya bertemu dengan Pak Utut Adianto. Saya menyerahkan kartu tanda anggota (KTA).

Mengapa tidak ke Megawati?

Ya, begitulah. Pokoknya saya ke kantor PDIP dan saya menyerahkan KTA. Tentu saya sekarang di Gerindra. Saya memperjuangkan partai saya yang baru.

Sikap Anda terhadap PDIP dipengaruhi oleh kecelakaan politik pada 2014, saat Anda batal menjadi menteri?

Kehidupan politik itu satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Pak Jokowi diumumkan sebagai pemenang pemilihan presiden 2014. Malamnya, saya diundang melalui panggilan telepon, “Pak Menteri, Minggu jam 10.00 silakan mengambil kemeja putih, jam 14.00 ngopi, jam 16.00 diumumkan, lalu Senin dilantik.” Besok paginya saya datang ke rumah Ibu Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, mengenakan kemeja merah. Saya menunggu 2 jam 30 menit, tapi Ibu Megawati tidak keluar.

(Dimintai tanggapan pada Jumat, 13 Desember 2024, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan Megawati punya pertimbangan matang dalam menetapkan kader yang masuk kabinet Jokowi. Megawati dan Jokowi membahas semua calon bersama-sama. “Pak Ara menggunakan jalur pribadi di luar mekanisme partai,” ujarnya.)

Karena itu, Anda sepuluh tahun tanpa jabatan….

Intinya, kami bersahabat. Saya menghargai sebagaimana Pak Prabowo menghargai saya. Saya pernah bertanya kepada Pak Prabowo, “Jika harus memilih antara Pak Jokowi dan Ibu Megawati, siapa yang Bapak pilih?” Prabowo menjawab akan memilih Pak Jokowi. Saya tanya alasannya. Kata Pak Prabowo, “Pak Jokowi berjasa bagi saya.” Semua omongan ini bisa Anda mintakan konfirmasi.

Mengapa Anda bertanya demikian kepada Prabowo?

Kita sudah tahu Pak Jokowi dengan Ibu Megawati ada masalah. Sedangkan Pak Jokowi dengan Pak Prabowo tak ada masalah. Pada akhirnya mesti ada pilihan. Saya tidak suka basa-basi.

(Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebutkan Jokowi memiliki masalah dengan PDIP terkait dengan disiplin berkonstitusi. Hasto mengungkapkan, Jokowi berupaya merancang perpanjangan masa jabatan presiden dan tak memahami aspek sejarah mengenai turnamen sepak bola yang akan dihadiri tim Israel.)

Sementara itu, Anda dalam berbagai kesempatan tak mencantumkan foto Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden. Apa alasannya?

Saya sudah bilang kepada Pak Gibran dan beliau tak mempermasalahkannya. Kami satu komando. Bagi yang baper atau bawa perasaan, mereka tak akan mengerti. Ada yang mengatakan situasi Pak Jokowi dan Pak Prabowo ini seperti di Filipina. Saya paham menghadapi situasi seperti ini.

Seperti di Filipina bagaimana?

Ada yang ingin memisahkan Jokowi dengan Prabowo. Ada orang yang enggak suka kalau Jokowi dan Prabowo kompak.

Ada yang bilang bahwa pecah kongsi Jokowi dengan Prabowo hanya soal waktu. Anda sepakat?

Saya berusaha menyatukan. Anda enggak bisa sekadar punya niat, tapi mesti action. Saya menjelaskan situasi ini kepada Pak Prabowo.

Anda mencegah munculnya matahari kembar?

Pak Jokowi bilang kepada saya, “Matahari hanya satu dan itu Pak Prabowo."

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kalau Bukan Konglomerat, Bagaimana Bisa Membantu Pemerintah?"

Sunudyantoro

Sunudyantoro

Wartawan Tempo tinggal di Trenggalek

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus