BANYAK yang bertanya-tanya, apa sebenarnya sikap Golkar terhadap "kebulatan tekad" untuk mendukung pencalonan kembali Presiden Soeharto buat masa jabatan 1993-1998? Tanda tanya ini muncul, setelah awal Juni lalu sekitar 1.000 orang -- sebagian besar para artis -- berkumpul di kantor DPP Golkar dan mendukung Tri-Sukses Golkar. Soalnya, salah satu Tri-Sukses Golkar itu adalah suksesnya Sidang Umum MPR 1993. Sedang kabarnya SU MPR itu dianggap sukses bila memilih kembali Presiden Soeharto. Padahal, bukankah sebelumnya Golkar sudah menyatakan tak akan merekayasa kebulatan tekad? Untuk memperjelas masalah itu, juga berbagai hal lainnya, Jumat pekan silam Bambang Harymurti dan Ahmed K. Soeriawidjaja dari TEMPO menemui Ketua Umum DPP Golkar Wahono. Petikannya: Bagaimana sebenarnya sikap DPP Golkar terhadap kebulatan tekad? Semula dikabarkan tak setuju, tapi kok ada kebulatan tekad para artis itu? Kalau kebulatan tekad itu murni, tidak direkayasa, spontan dan keluar dari masyarakat, itulah baru merupakan kebulatan tekad yang tepat dan layak. Perlu saya tegaskan, Golkar tidak memikirkan, apalagi merekayasa, suatu kebulatan tekad untuk mendukung seseorang menjadi presiden. Karena ini kami anggap tidak sesuai dengan waktu dan prosedurnya. Kami serahkan permasalahan itu kepada MPR mendatang. Kenapa? Kalau kita rekayasa suatu kebulatan tekad untuk pemilihan presiden, mungkin akan bertendensi kita menggerakkan massa, memobilisasi massa, dan berwujud fisik. Ini yang tidak kami inginkan. Pernyataan para artis yang mendukung Tri-Sukses Golkar itu terdiri dari Sukses konsolidasi konsolidasi idiil, wawasan, dan organisasi, Sukses pembangunan Pelita V dan Sukses pemilu 1992 dan Sidang Umum MPR 1993. Sukses Sidang Umum MPR 1993 itu ditandai dengan tetap beradanya Pimpinan Nasional di tangan orde Baru. Jadi, bukan (menunjuk nama) orang, tetapi di tangan orde Baru dan akan menjamin kelanjutan dari pembangunan nasional. Siapa yang dimaksud dengan "di tangan orde Baru"? Belum saatnya ha . . . ha . . . ha (tertawa). Sejauh mana DPP Golkar bisa mengontrol agar anggotanya tak melakukan rekayasa? Ini sudah kami beri tahukan. Dalam soal kebulatan tekad, kami mengatakan tak perlu, dan dalam Golkar bentuknya pemberian informasi. Kalau di ABRI ada troop info, informasi pasukan. Kalau ada yang tidak mengikuti, itu melanggar disiplin. Pak Harto sendiri pernah bilang, orsospol boleh mengelus-elus jagonya. Siapa jago Golkar? Ya, sudah kami elus-elus, tapi kurang etis (kalau disebut). Akan saya beri tahukan pada saatnya. Kalau misalnya pada suatu saat nanti Golkar sudah yakin siapa jagonya, apakah tidak akan merekayasa dukungan buatnya? Golkar, sekali lagi, tidak akan merekayasa. Kami akan mengembalikan kepada fraksi yang akan mengolahnya. Lalu, bagaimana fraksi boleh mengampanyekan calonnya. Sedangkan jalannya Sidang Umum MPR berlangsung hanya beberapa hari? Yang kami kampanyekan nanti adalah program-programnya. Sedangkan orangnya tidak, karena itu wewenang fraksi di Sidang Umum MPR hasil pemilu. Golkar, khususnya ketika zaman Pak Ali Moertopo di tahun 1970-an, sering merekayasa kebulatan tekad. Kenapa beleid Golkar kini kok berbeda? Waktu itu mungkin keadaannya lain dengan sekarang. Jadi, kini kami mengadakan pendidikan politik kepada rakyat. Biar mereka sadar politik, sadar juga akan kewajibannya. Sekarang orang semakin kritis. Upaya memenangkan pemilu yang akan datang ini merupakan suatu masalah yang sangat penting bagi Golkar. Tapi saya tegaskan juga bahwa kami ingin memenangkan pemilu secara fair, secara kesatria, dan bukan secara buto (raksasa). Kami ingin memenangkan pemilu karena persiapan kemampuan dengan dukungan ikhlas dari rakyat, karena kesadaran politik rakyat. Bukan karena kelemahan kontestan lain, apalagi memanfaatkan adanya keterbelakangan dari sebagian rakyat kita. Jadi, isu primordial akan ditinggalkan? Ya, kami tak akan memenangkan pemilu dengan cara-cara yang tak sehat. Lalu, kebulatan tekad yang direkayasa itu apakah termasuk cara buto? Ya, cara buto. Apa yang dimaksud dengan kemandirian Golkar? Menurut saya, kemandirian maknanya adalah suatu kemantapan, kematangan dinamika intern organisasi yang dapat menciptakan kemampuan untuk berkembang sendiri tanpa mengurangi, apalagi menghilangkan, hubungan-hubungan strategis, dengan kawan-kawan seperjuangan. Karena kami tak bisa mengingkari sejarah bahwa Golkar ini memang dilahirkan dan dibesarkan oleh yang sekarang ini disebut jalur A (ABRI), B (Birokrasi), dan G (Golkar). Jangan diartikan mandiri itu sebagai fragmentasi dari aliansi yang sudah mapan. Kemandirian itu bukan berarti dipotong untuk memunculkan kekuatan-kekuatan sendiri-sendiri, dan juga disosiasi dari kekuatan yang ada sekarang itu. Kami maksudkan mandiri itu, kompak bisa berkembang atas kemampuan sendiri. Soal dana? Sampai sekarang kami tak ada kesulitan. Ada kader-kader Golkar, pengusaha yang memberikan sumbangan yang tak mengikat. Ada dana dari Yayasan Dakap. Pemerintah kan juga memberikan dana pada orsospol dan Golkar setiap tahun. Dulu Pak Ali Moertopo, dalam jabatannya sebagai Kepala Sekretariat Dewan Pembina Golkar, pernah memimpin Tim Sukses. Apakah tim yang serupa itu kini juga ada? Dan apakah juga punya power center sebagai dapurnya? Apakah ada Tim Sukses? Saya kira tidak. Pak Harto sudah mengatakan bahwa Dewan Pembina jangan memasuki bidang-bidang operasional. Bidang operasional adalah wewenang DPP Golkar. Pak Harto mengungkapkan hal ini ketika melantik Dewan Pembina. Beliau katakan bahwa DPP Golkar berada pada tempat yang sentral dan tidak di pinggiran. Dapurnya ada di kelompok-kelompok kerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini