Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

14 Maret 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TINGKAP besi berkisi-kisi yang melingkungi seantero Paviliun Bougenvile?di penjara Kerobokan?itu mudah melanglangkan ingatan para penghuninya hanya kepada satu hal: kebebasan, la liberte. Di paviliun itu berdiamlah Michael Loic Blanc, 32 tahun, narapidana seumur hidup asal Prancis yang tersangkut kasus 3,8 kilogram hasis di Denpasar pada Desember 1999.

Bersama dua narapidana berkebangsaan Yunani dan Inggris, Michael menempati satu sel berwarna pirus seluas kurang lebih 2,5 x 3 meter. Dua ranjang kayu?satunya bertingkat?dipepetkan ke sisi kiri-kanan tembok menjadi perabot utama. Kasur-kasurnya cukup kencang dan bersih, diberi lapik biru lembut dan berbunga-bunga cerah.

Michael menempati bagian bawah ranjang tingkat. Rangka tempat tidurnya dia copot sehingga ruang terasa lebih luas. Tilam digeletakkan di lantai, atau disenderkan ke tembok, sesuka hati pemiliknya. Michael memiliki ?pojok pribadi? di kamar itu: altar sembahyang?dia pemeluk Buddha?di pojok kanan dekat jendela. Daun jendela berupa lembaran besi yang diberi beberapa tingkap di sudut-sudutnya agar hawa segar bisa masuk dari halaman.

Helene membelikan Michael satu kotak pendingin ukuran sedang. Di dalamnya, pemuda ini menyimpan aneka kiriman dari sang Ibu. Beberapa apel, jeruk mandarin, satu-dua potong cokelat. Beberapa botol kecil air mineral, turut dipendam di kotak pendingin. Di salah satu kotak pribadinya, Michael menyimpan beberapa muk cantik. Ketika Tempo membesuknya di sel itu, Februari lalu, Michael menghidangkan air minum dalam muk cokelat polos yang cantik. Suguhannya adalah empat butir jeruk kecil-kecil tanpa biji. Segar dan manis.

Ketiga penghuni sel terlihat disiplin dalam hal kebersihan. ?Ketika kami pindah ke sel ini beberapa pekan lalu, kami syok melihat ruangan yang kotor tidak keruan.? Selama dua hari Michael dan kedua kawannya menggosok lantai kamar mandi mini, di dekat pintu masuk, sampai bersih. Tembok mereka bersihkan dan dicat kembali sebelum ditempati. Di dinding atas kamar mandi, dua helai papan dipaku ke dinding dan jadilah rak untuk odol, sikat, sabun, sampo, sisir, kolonye?.

Bilah papan lain dilintangkan di atas ranjang bertingkat. Itulah ?rak makanan? tempat Michael dan kawan-kawannya menabung persediaan gula, kopi, teh, dan penganan kering. Menu harian para narapidana asing di Kerobokan adalah lima ketul roti dan pisang. ?Tapi saya lebih banyak minum. Dan hanya menyantap sedikit roti dan buah,? ujar Michael kepada Tempo. ?Karena hampir tak ada kegiatan fisik, praktis tubuh saya juga tak banyak menuntut kalori,? dia melanjutkan.

Yang banyak menuntut justru angan-angan. Ruang hidup yang sempit dan pengap membuat pikiran selalu ?menuntut? berkelana sejauh mungkin. Michael mungkin jauh ?beruntung? daripada Papillon, tokoh narapidana asal Prancis yang dihukum seumur hidup dalam Papillon, sebuah kisah nyata (diterbitkan pada 1970) yang ditulis dengan amat memikat oleh Henri Charriere. Sebab, di dalam ruang hidup sesempit itu, anak muda ini masih bisa mendekatkan semua yang dicintainya ke dalam angan-angan. Di samping tempat tidurnya dia menempelkan foto Sema dan Febe, dua keponakan perempuannya yang berumur enam tahun. Ada gambar gunung-gunung bersalju yang melantingkan ingatan ke arah Bonneville, kampung halamannya yang berbatasan dengan Jenewa, Swiss.

Dari Bonneville, orang bisa melihat panorama Mont Blanc dengan salju yang mendayu-dayu, memanggil setiap pemain ski pada musim dingin. ?Di sini waktu berlimpah-limpah untuk memikirkan apa saja,? katanya. ?Tapi yang paling sering saya angankan adalah kebebasan, la liberte.? Perihal kebebasan ini pula yang amat mencemaskan sang Ibu, Helene Le Touzey. ?Michael adalah pengelana sejati. Dia gemar bepergian ke negeri-negeri jauh sejak remaja,? ujar Helene.

Ia mengembara ke Senegal, In-dia, Karibia, Indonesia. ?Bayangkanlah, betapa beratnya bagi anak semerdeka itu tersekap seumur hidup di dalam sel,? kata Helene dengan mata berlinang. Agar Michael tetap bersentuhan dengan dunia luar, Helene secara teratur menyuplai setiap informasi yang dirasanya penting mengenai apa yang terjadi di dunia, terutama di Prancis, tanah air ibu dan anak itu.

Kawan-kawan yang datang berkunjung tak lupa membawakan oleh-oleh bacaan, buku, dan majalah terutama. Penjara memang membuat Michael lebih berdekatan dengan buku. Di atas tilamnya, Tempo melihat Da Vinci Code karangan Dan Brown, yang telah separuh lebih dilahapnya. Buku lain yang juga tengah dia rampungkan adalah Le Dalai-Lama, La Voie de la Serenite, sebuah kitab yang mengantarkan meditasi harian. Dia membatasi halaman terakhir setiap buku yang dibacanya dengan penanda buku. ?Maman harus membaca buku ini. Amat menarik,? ujar Michael kepada Helene sembari menyodorkan Da Vinci Code.

Maman (Ibu dalam bahasa Prancis) Helene adalah bagian terpisahkan dari kehidupan penjara yang telah dijalani Michael selama lima tahun lebih. Sang narapidana mengakui ini tatkala memberikan wawancara khusus di dalam selnya kepada wartawan Tempo Hermien Y. Kleden pada Februari lalu.


Kasus Anda sebagai narapidana seumur hidup sudah diputuskan hingga di tingkat kasasi. Apa yang Anda rencanakan?

Seorang narapidana seumur hidup tidak memerlukan kalender, tidak memerlukan rencana, karena hidupnya sudah dipatok buntu di penjara. Tapi Maman dan pengacara saya sedang berupaya agar hukuman seumur hidup ini dapat diringankan menjadi hukuman maksimal.

Apakah ada artinya? Hukuman maksimal kan juga bisa berat sekali rentang waktunya?

Sepanjang apa pun hukuman maksimal, Anda bisa menghitung waktu dan membuat rencana hidup setelah itu.

Maksud Anda?

Orang tidak memerlukan kalender atau penanda waktu macam apa pun bila dipenjara seumur hidup. Waktu akan kehilangan artinya. Tapi, dengan hukuman maksimal, saya mempunyai sesuatu yang bisa membuat saya bertahan untuk hidup. C?est l?espoir, harapan. Saya bisa menemukan kembali makna waktu di dalam penanggalan. Dari situ harapan hidup bisa ditumbuhkan kembali.

Pengadilan memutuskan Anda bersalah karena kasus 3,8 kilogram hasis. Apakah Anda membawa hasis itu dari luar negeri?

Saya tidak bersalah. Saya dijebak oleh kenalan yang memiliki barang itu. Kasus ini memberikan pelajaran yang amat mahal: saya harus jauh lebih berhati-hati dengan hi-dup, berhati-hati dengan siapa saja, bahkan orang yang kita kenal baik sekalipun.

Selama hidup di penjara, apa yang paling Anda rindukan?

Tidur yang tenang dan nyaman, tanpa terusik oleh jeritan, suara berisik, atau teriakan orang lain.

Tentang ibu Anda, Helene. Bagaimana sosok ini menempati diri Anda?

Dia meninggalkan seluruh hidupnya di Prancis demi menemani saya. Ini bagian yang paling berat rasanya?. Setiap hari, setiap kesempatan yang ada, dia datang ke penjara. Saya seperti menyeret Maman hidup bersama saya dalam penjara. Maman adalah sosok yang membuat saya berusaha agar tetap berpikir jernih, tidak ?oleng?, berpikiran pendek, dan putus asa. Sans ma mere, je ne serais plus la (Tanpa ibu saya, saya mungkin sudah selesai).

Bagaimana rutinitas hidup Anda di penjara?

Bangun pagi, minum kopi. Saya jarang makan, dan kalaupun makan hanya sedikit karena tubuh saya tidak terlalu memerlukan energi. Praktis sedikit sekali aktivitas yang memerlukan energi. Lalu ada apel rutin. Jika ada kunjungan, saya keluar menemui tamu. Siang kita bisa tidur sesuka hati, bisa membaca, merenung berjam-jam. Kadang-kadang melukis (di dinding ruangan itu ada beberapa lukisan Michael?Red). Pernah saya ingin buat kegiatan menyablon kaus. Sekitar 200 kaus. Tapi, belum juga usaha itu jalan, kausnya sudah habis diminta orang (tertawa).

Jika Anda berhasil meraih kebebasan, suatu hari kelak, apa yang pertama kali ingin Anda lakukan?

Berteriak sekeras-kerasnya? menjerit sekeras-kerasnya, karena hal itu tak dapat saya lakukan di dalam sel ini (tertawa). Saya ingin kembali ke kampung kami di Bonneville, berjalan di bukit-bukit, menghirup hawa. Saya ingin kembali kepada dia (memeluk Helene).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus