Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=arial size=2 color=#ff9900>Gerald Dickens:</font><br />Novel Dickens Masih Sangat Relevan

19 Maret 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gerald Rhoderick Charles Dickens, 46 tahun, adalah piut Charles Dickens dan putra David Kenneth Charles Dickens, editor buku kedokteran. Dia adalah satu dari tiga keturunan Dickens yang dewasa ini berkecimpung di bidang kesusastraan dan teater. Dua lainnya adalah sepupunya, penulis Lucinda Hawskley, dan aktor Harry Lloyd, yang baru-baru ini memerankan tokoh Herbert Pocket dalam film seri televisi Great Expectations.

Gerald terkenal sebagai penampil solo (one-man show) yang membacakan karya-karya kakek buyutnya. Dalam pementasan Christmas Carol, ia memainkan 26 tokoh cerita itu dengan gemilang sehingga The New York Times menyebutnya "pementasan sekali seumur hidup dengan sentuhan sejarah kesusastraan". Aktor Inggris itu juga merekam cerita Dickens dalam bentuk audiobook, seperti The Pickwick Papers, Christmas Carol, dan Nicholas Nickleby. Dia kini bermukim di Abingdon, Oxfordshire, bersama seorang putra berusia 12 tahun dari mantan istrinya.

Di tengah kesibukannya dalam perayaan 200 tahun Charles Dickens, Gerald meluangkan waktu untuk wawancara melalui surat elektronik dengan Lenah Susianty, kontributor Tempo di London.

Sebagai keturunan Dickens, apa yang Anda harapkan dengan mementaskan novelnya?

Dari sudut pandang seorang aktor profesional, karya-karya Charles Dickens memang sangat bagus untuk dipentaskan karena tokoh-tokohnya ditulis dengan begitu baik. Saya pertama kali mementaskan salah satu karyanya pada 1993, tahun peringatan 150 tahun penerbitan A Christmas Carol. Saya diminta membacakan buku itu dan segera saya menemukan bahwa beraneka ragam emosi dan tokoh dalam cerita pendek itu menarik untuk dipentaskan. Sejak saat itu, saya tertarik oleh latar belakang keteateran Dickens dan mulai mengembangkan pertunjukan tunggal. Semakin saya mempelajari Dickens, semakin saya kagum dan semakin saya menikmati hidup di dunianya.
Terus terang, saya tidak merasa punya tanggung jawab untuk mementaskannya. Tapi, ketika mementaskan karyanya, saya memiliki tanggung jawab untuk mewakili Dickens sebaik-baiknya di hadapan penonton. Saya berharap, siapa pun yang mementaskan karyanya, tidak peduli apakah nama keluarga mereka Dickens atau bukan, memiliki rasa tanggung jawab yang sama.

Apakah karya Dickens masih relevan untuk masyarakat Inggris dewasa ini?

Dalam banyak hal, novel-novel Dickens masih sangat relevan. Di tingkat paling dasar, novel-novelnya merupakan cerita yang bagus dengan para tokoh hebat yang akan selalu hidup. Di tingkat sosial, isu-isu yang digarapnya masih sama pentingnya dewasa ini seperti ketika dia menulisnya, terutama, misalnya, jurang pemisah antara orang kaya dan miskin, kondisi kehidupan orang miskin, dan kemunafikan orang-orang kaya. Sebenarnya menyedihkan juga bahwa kelihatannya orang-orang tidak mau belajar dari pengalaman yang sudah ada bertahun-tahun.

Apakah Anda sendiri mempelajari karya Dickens ketika Anda masih bersekolah?

Wah, saya harus mengaku dosa: saya benci Dickens waktu sekolah! Kami harus mempelajari Oliver Twist di sekolah dan buku itu tidak memberikan kesan apa pun kepada saya. Satu-satunya perasaan saya waktu itu adalah merasa bersalah karena perasaan benci ini mempengaruhi teman-teman sekelas. Dunia teaterlah kemudian yang mengajari saya betapa hebatnya Dickens sebagai pengarang.
Pada 1980, saya menonton adaptasi Nicholas Nickleby yang dimainkan Royal Shakespeare Company selama delapan jam, dan tiba-tiba saja mata saya jadi terbuka! Sekarang, jika berbicara di sekolah-sekolah, saya selalu berusaha menekankan selera humor, energi, dan serunya buku-buku Dickens. Novel 800 halaman tentu bisa menjadi beban berat untuk anak berusia 13 tahun. Tapi tetap, bagi saya, masih pantas pelajar dewasa ini membaca dan mempelajarinya. Tulisan-tulisannya merupakan contoh bagaimana menjadi tukang cerita dan ahli komunikasi yang baik. Ini merupakan keterampilan yang bisa dipakai di zaman apa pun. Dickens adalah seorang wartawan hebat di masa hidupnya.

Begitu banyak tempat di London yang memiliki kaitan dengan novel-novel Dickens. Anda pernah ke sana?

Saya senang mengunjungi tempat-tempat yang dikenal Dickens dan saya sangat beruntung bisa berpentas di banyak tempat Dickens dulu juga muncul. Salah satu yang hebat dari London adalah kota ini terus berkembang dan berubah seperti di masa hidup kakek buyut saya. Saya yakin, kalau masih hidup, dia pasti kagum melihat perubahannya, tapi juga tetap menyukai energi dan semangat yang dipancarkan kota ini. Minggu lalu saya mendapat kesempatan melakukan tapak tilas dari daerah Hungerford Stairs di bilangan Embankment, yang dulu menjadi lokasi pabrik semir tempat Dickens bekerja saat masih kanak-kanak, sampai ke lokasi bekas Penjara Marshalsea di Southwark, tempat ayah Dickens dulu dipenjara. (Perjalanan ini lebih dari empat kilometer jauhnya–Red.) Mengharukan sekali memikirkan bahwa Dickens yang waktu itu baru berusia 12 tahun harus menjalani rute itu setiap hari.

Apakah Anda punya pengalaman menarik karena menyandang nama keluarga Dickens?

Saya rasa, kalau pengalaman aneh, tidak ada. Hanya, ketika saya berada di sebuah toko buku di Tennessee, Amerika Serikat, untuk menandatangani buku, banyak pengunjung yang mengira saya saudara penyanyi musik country Little Jimmy Dickens dan mereka kecewa karena saya di situ bukan untuk menyanyi.

Bagaimana Anda mengajari anak Anda mengenai Dickens?

Saya mendapat pelajaran penting dari ayah saya sendiri, yang tidak pernah memaksakan Dickens kepada anak-anaknya. Dia selalu bilang, jika saatnya tiba, kami akan "menemukan" Dickens, dan dia memang benar. Saya berusaha melakukan hal yang sama dan membiarkan anak saya menjalani saja hidupnya sendiri dan melakukan apa yang disukainya. Kalau dia bertanya tentang Dickens, tentu saya akan memberitahukan apa yang ingin dia ketahui, tapi tidak mengguruinya. Saya yakin, menggurui anak-anak hanya menyebabkan mereka memberontak. Putra saya menonton pertunjukan-pertunjukan saya dan menghadiri acara lainnya, jadi saya rasa dia sudah memiliki pengetahuan yang cukup banyak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus