Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=arial size=2 color=#ff9900>Zaini Abdullah:</font><br />Irwandi Tak Pernah Sowan kepada Kami

16 April 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lama bermukim di Swedia, Zaini Abdullah akan segera memimpin Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hitung cepat sejumlah lembaga survei memperkirakan pria 72 tahun ini memenangi pemilihan gubernur Senin pekan lalu. Berpasangan dengan Muzakkir Manaf, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka, ia meraup 55 persen suara.

Zaini lari ke hutan bersama GAM pada 1977. Ia lalu bergabung dengan pemimpin gerakan itu, Hasan Tiro, di Swedia. Zaini adalah dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit pemerintah. Terlibat aktif dalam perundingan di Helsinki, Finlandia, ia pulang ke Aceh pada 2009.

Zaini dan Muzakkir dicalonkan Partai Aceh, bersaing dengan empat pasang calon lain. "Dari awal, kami yakin menang," kata Zaini kepada Mustafa Silalahi dan Adi Warsidi dari Tempo, Kamis pekan lalu.

Setelah kemenangan ini, Anda dan para bekas anggota GAM masih berniat merdeka?

Kami sudah lama dalam konflik. Saat penandatanganan kesepakatan Helsinki pada 2005, kami berkomitmen menjaga perdamaian dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah MOU ini, kami mengesampingkan merdeka. Kami tak mau angkat senjata lagi. Rakyat Aceh terlalu menderita karena perang.

Anda dan bekas anggota GAM tunduk kepada Indonesia?

Bekas anggota GAM ada juga orang Jawa. Pendukung Partai Aceh juga tak melulu berisi bekas anggota GAM. Ini partai yang sudah multietnis. Senjata sudah kami buang semua. Sekarang kami berjuang menyejahterakan rakyat Aceh bersama pemerintah Indonesia. Kami berharap tidak ada pengkhianatan lagi terhadap isi kesepakatan Helsinki.

Masih ada butir Helsinki yang belum dijalankan?

Ada beberapa, dan dibiarkan oleh pemimpin Aceh yang sebelumnya. Tapi ini tidak akan lama. Kami sudah memproses beberapa hal yang belum terwujud, seperti himne Aceh, bendera khusus, dan penetapan Wali Nanggroe. Semuanya akan ditetapkan dalam bentuk qanun. Ini masuk program kerja kami.

Anda tak punya latar belakang birokrasi, bagaimana memimpin Aceh?

Saya punya banyak pengalaman selama menjadi dokter di Swedia. Penduduk Swedia tak pernah repot dengan birokrasi. Bila butuh surat, cukup menelepon kantor pemerintah setempat, dua hari kemudian surat itu diantar ke rumah. Di Indonesia, khususnya di Aceh, birokrasinya rumit sekali. Kami akan memangkas birokrasi ini, dan menekan korupsi, yang seolah-olah jadi budaya.

Mengapa Partai Aceh baru sekarang ikut pemilihan gubernur?

Kami merasa rugi saat tidak ikut pemilihan gubernur lima tahun lalu. Gubernur yang sebelumnya, Irwandi Yusuf, meski pernah berjuang bersama kami, selama lima tahun tidak menunjukkan tingkah laku sebagai orang GAM yang berniat memajukan Aceh. Irwandi menjalankan program sesuka hati, tak pernah sowan kepada kami. Dia durhaka kepada kami. Sakit sekali rasanya.

Bekas anggota GAM yang ada di bawah sekarang terpecah?

Kami memang telah memecat beberapa bekas petinggi kombatan GAM yang tergabung dalam Komite Peralihan Aceh, tempat bernaungnya bekas anggota GAM. Seperti Sofyan Dawood dan Muharram (bekas Panglima GAM Aceh Besar). Di dalam organisasi, hal ini biasa. Kalaupun ada perpecahan, tidak terlalu berarti.

Anda menang karena didukung para pensiunan jenderal?

Mereka datang sendiri menawarkan bantuan. Mereka dulu pernah bertugas di Aceh, dan merasa satu visi dengan kami membangun Aceh di bawah NKRI. Mereka tak minta apa-apa. Kami juga tak memberi janji apa pun kepada mereka.

Anda yakin didukung pemerintah pusat?

September tahun lalu, saya, Pemangku Wali Malik Mahmud, dan Muzakkir bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudho­yono di Istana Negara. Malik memperkenalkan saya dan Muzakkir sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh. Presiden menyambut gembira. Ekspresinya terlihat senang. Menteri Djoko Suyanto, Gamawan Fauzi, dan Sudi Silalahi hadir di sana. Presiden meminta ketiganya membina dan menjalin komunikasi dengan kami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus