Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=arial size=2 color=navy>M. Nazaruddin:</font><br />Soal Uang, SBY Sudah Tahu

11 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari tempat pelariannya, bekas Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, 32 tahun, terus menebar tudingan. Setelah menuduh sejumlah petinggi partai terlibat korupsi di proyek pemerintah, kini ia sesumbar tentang perannya dalam Kongres Partai Demokrat yang mengantarkan Anas Urbaningrum ke kursi ketua umum partai pemenang Pemilu 2009 itu.

Komisi Pemberantasan Korupsi telah menetapkannya sebagai tersangka. Politikus Demokrat juga rame-rame telah melaporkannya ke polisi karena ia dianggap menebar fitnah. Tapi Nazar tak surut.

Diyakinkan bahwa pesan BlackBerry yang dikirimnya berkali-kali tak cukup, Jumat malam pekan lalu selama satu jam ia memberikan wawancara telepon kepada wartawan Tempo Wahyu Muryadi. Dalam wawancara itu, ia memakai empat nomor yang berbeda—satu di antaranya nomor Singapura.

Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk membiayai Anas dalam kongres Bandung?

Jangan kaget, biaya untuk memenangkan Anas waktu itu sekitar US$ 20 juta. Memangnya bisa mengalahkan SBY (yang mendukung Andi Mallarangeng untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat—Red.) tanpa duit? Maka semua perwakilan dewan pimpinan cabang saya kasih duit untuk bisa memenangkan Anas. Mereka terima US$ 10-40 ribu. Mereka pikir tak apa dipecat asal sudah terima duit, ha-ha-ha…. Sisa duitnya diambil dari Yulianis, anggota staf keuangan saya di PT Anugrah Nusantara. Dia yang tahu mengatur duit Anas. Semua datanya ada di Komisi Pemberantasan Korupsi. Siapa bilang waktu itu yang menang demokrasi? Yang menang duit.

Anda dan Anas berkongsi di PT Anugrah?

PT Anugrah itu perusahaan untuk mengendalikan proyek yang sahamnya dipegang Anas dan saya separuh-separuh. Dia belum menjual semua sahamnya itu. Saya dengar Januari lalu dia masih ambil US$ 1 juta dan pada Maret minta kepada Yulianis US$ 1 juta lagi. Kalau tak ada PT Anugrah, Anas tak akan menang. Anugrah dibikin untuk mengontrol proyek di Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Anda juga menggelontorkan duit untuk Edhie Baskoro Yudhoyono?

Nanti dululah, sekarang Anas aja dulu. Partai Demokrat bisa bubar—partai penikmat korupsi APBN.

Sekarang Anda marah kepada Anas?

Saya kenal dia sudah lima tahun. Dia itu baik bukan main sejak 2005. Tapi, begitu menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, sikapnya berubah 180 derajat. Cara berkomunikasi beda, sombong, lupa diri. Saat kasus saya mencuat, semua panik. Tapi dia bilang, ”Tenang saja, urusan ente saya beresin di KPK.”

Kenapa Anda kabur?

Semula saya mau menghadap KPK dan cerita semuanya. Tapi saya disuruh Anas ke Singapura saja. Niat saya sebenarnya untuk berobat, cek kesehatan. Saya merasa stres dan ada masalah di jantung. Kata dokter, saya perlu istirahat dua bulan. Semua dokumennya ada. Saya check-up di Rumah Sakit Mount Elizabeth.

Anda merasa dikorbankan?

Saya dikorbankan. Tahu gini mending jadi pengusaha saja. Saya sudah menjelaskan kepada SBY bahwa saya ke DPR bukan untuk cari uang. Soal permainan uang selama kongres, SBY sudah tahu.

Anda menuding Anas dan Andi Mallarangeng terlibat dalam korupsi di Kementerian Pemuda dan Olahraga?

Akhir Desember 2009, Anas bersama Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam, anggota Komisi Olahraga DPR Angelina Sondakh, dan saya bertemu di restoran Jepang di Plaza Senayan. Kami berbicara soal anggaran Kementerian sebesar Rp 3,2 triliun. Wafid bilang, agar ”ide” bisa jalan, kami harus berkomunikasi dengan Menteri Andi Mallarangeng. Maka diusulkan Wafid agar ada pertemuan antara Angie, Anas, saya, dan Andi.

Pertemuan dengan Andi akhirnya dilakukan?

Pertemuan akhirnya berlangsung awal Januari 2010 di lantai 10 kantor Kementerian Olahraga. Anas tak ikut karena tak enak dengan Andi. Wafid dalam pertemuan itu diatur pura-pura tak kenal kami. Padahal dia ikut mengatur proyek Rp 3,2 triliun itu.

Kami sepakat bahwa anggaran Rp 3,2 triliun itu harus digarap. Lalu minggu depannya Andi bertemu dengan kami lagi. Dia bilang (ke Wafid) agar Angie dibantu supaya urusan anggaran beres.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus