Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengusaha Daniel Sinambela masih mengingat pertemuan pertamanya dengan Yulianis pada Juli tahun lalu. Bersua di Tower Permai, kantor sejumlah perusahaan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, Daniel mengatakan Yulianis bekerja pada satu meja kecil. ”Nazaruddin mengenalkan dia sebagai stafnya,” ujar Daniel kepada Tempo, Jumat dua pekan lalu.
Yulianis, 41 tahun, kini menjadi kunci kasus suap Nazaruddin. Semua pengeluaran uang Nazaruddin yang dicatatnya menjadi bukti yang bisa menjerat politikus Partai Demokrat yang kini jadi buron itu.
Menurut Daniel Sinambela, Yulianis berkantor di lantai tiga gedung, satu lantai dengan Neneng Sri Wahyuni, istri Nazaruddin. Kecil mejanya, tinggi jabatannya. Dalam bisnis Nazaruddin, Yulianis menjabat Presiden Direktur PT Executive Money Changer, yang juga berkantor di tempat sama. Setidaknya begitulah yang tercantum dalam berbagai dokumen perusahaan Nazaruddin.
Pertemuan pertama Daniel dengan Yulianis dilakukan untuk membicarakan ”kerja sama bisnis”. Direktur Utama PT Matahari Anugrah Perkasa ini sebetulnya menggalang kerja sama dengan Nazaruddin dalam proyek pengadaan batu bara untuk PT PLN. Nazaruddin meminta Daniel berhubungan dengan Yulianis, yang kemudian diminta menyetor dana jaminan tender.
Kongsi ini berakhir ke pengadilan. Nazaruddin memperkarakan Daniel, yang dituduhnya menggelapkan duit perusahaan. Bukan dilakukan Nazaruddin sendiri, laporan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya dibuat Yulianis pada 13 Januari 2011. Kepada polisi, seperti tertulis dalam berita acara pemeriksaan, Yulianis mengatakan telah menyerahkan total Rp 25,4 miliar secara bertahap kepada Daniel. Jumlah itulah yang disebutnya telah digelapkan Daniel.
Yulianis, dalam berita acara yang sama, mengatakan percaya dan mau menitipkan uang kepada Daniel karena lelaki itu dikenalkan oleh Nazaruddin. Dalam dokumen pemeriksaan itu, Yulianis menyebutkan Nazaruddin sebagai ”teman”. Adapun dalam dokumen lain, Nazaruddin menganggap Yulianis sebagai ”sesama pengusaha”.
Bagi pengacara Daniel, Kamaruddin Simanjuntak, jabatan direktur yang disandang Yulianis hanya fiktif belaka. Yulianis, menurut dia, adalah karyawan keuangan Nazaruddin. Ia meneruskan, Nazaruddin biasa menjadikan karyawannya sebagai direktur perusahaannya. ”Semua karyawannya dijadikan direktur,” kata dia.
Menurut Kamaruddin, Yulianis bertugas mencatat pemasukan dan pengeluaran uang Nazaruddin. Ia menyebutkan Yulianis juga mendistribusikan uang melalui kurir atas perintah Neneng dan Nazaruddin. Adapun PT Executive Money Changer, menurut sang pengacara, merupakan tempat pencucian uang anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu.
Jumat pekan lalu, Tempo menelusuri alamat Yulianis yang tertera pada dokumen pemeriksaan polisi. Rumah pada alamat ternyata milik mertuanya, Enny N., 73 tahun, yang di permukiman itu dikenal sebagai tukang ramal. Sang mertua mengatakan menantunya bukanlah direktur perusahaan. ”Dia bekerja sebagai sekretaris, kok,” ujarnya.
Menurut Enny, keluarga anaknya tinggal di situ selama sembilan tahun. Tiga bulan lalu, kata dia, mereka pindah ke kawasan Jatiasih, Bekasi. Ia mengatakan sang menantu biasa berangkat kerja diantar suaminya pada pukul 06.00 dan baru pulang sekitar pukul 22.00. ”Dia orang sederhana,” ujarnya.
Enny menyatakan perawakan Yulianis, yang dulu agak gemuk, belakangan mengurus. ”Wallahualam, kenapa dia jadi lebih kurus,” tuturnya. Yang jelas, Yulianis kini telah dicegah pergi ke luar negeri. Ia dianggap mengetahui aneka kejahatan yang dituduhkan kepada bosnya.
Fanny Febiana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo