Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=verdana size=1>Amien Rais:</font><br />Jangan Larut dan Terkubur

25 Mei 2009 | 00.00 WIB

<font face=verdana size=1>Amien Rais:</font><br />Jangan Larut dan Terkubur
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

MESKI Partai Amanat Nasional secara resmi mendukung pasangan Yudhoyono-Boediono, Ketua Majelis Pertimbangan, Amien Rais, 65 tahun, tampaknya tak pernah bisa benar-benar menerima sang calon wakil presiden. Ia menyebut Boediono ekonom yang cenderung percaya pada resep Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia—sesuatu yang membuat ekonomi Indonesia berada dalam genggaman lembaga asing.

Karena faktor Boediono itu, Amien bersedia bertemu dengan Jusuf Kalla sehari sebelum pendaftaran calon presiden ditutup Komisi Pemilihan Umum. Ia juga membiarkan beberapa kader partainya menjadi anggota tim sukses pasangan Kalla-Wiranto.

Kamis pekan lalu, Amien menerima wartawan Tempo Amandra Mustika Megarani di rumahnya di Gandaria, Jakarta Selatan, sesaat sebelum ia terbang ke Solo, Jawa Tengah.

Pascakoalisi, PAN pecah?

PAN insya Allah akan sehat walafiat meski ada anggapan seolah-olah partai telah pecah dan tidak punya masa depan lagi.

Tapi kader PAN ada yang memilih berkoalisi dengan SBY dan ada yang ingin dengan Prabowo Subianto?

Dalam rapat kerja nasional di Yogyakarta, PAN menetapkan akan berkoalisi dengan SBY. Waktu itu calon wakil presiden belum ditentukan.

Setelah Yudhoyono memilih Boediono?

Kami tetap berkoalisi dengan SBY. Tapi, sebagai partai modern, kami tidak bisa menyebut orang-orang PAN yang tidak memilih SBY-Boediono sebagai pengkhianat. Tidak ada partai yang bisa memutlakkan posisi kepada anggotanya untuk mengambil sikap seragam, monolitik, dan absolut.

Meski berkoalisi dengan Yudhoyono, Anda juga bertemu dengan Jusuf Kalla?

Dia meminta saya datang untuk menyaksikan pendaftaran JK-Wiranto di Komisi Pemilihan Umum. Sambil tertawa saya berkata bahwa itu mustahil. Kalau teman-teman yang lain mau datang, silakan. Waktu itu ada Dradjad Wibowo, Tjatur Sapto Edy, dan beberapa yang lain.

Apa dikatakan Kalla saat itu?

JK-Wiranto menyatakan sudah siap tempur. Sebagai sahabat saya katakan, siapa pun yang bekerja keras insya Allah akan dimenangkan Tuhan. Biarkanlah rakyat yang memutuskan.

Anda akan mengarahkan suara Muhammadiyah ke Jusuf Kalla?

Muhammadiyah adalah institusi keagamaan yang anggotanya intelek. Orang Muhammadiyah ada yang di PAN, Partai Persatuan Pembangunan, Golkar, PDI Perjuangan, dan lain-lain.

PAN ditawari posisi dalam kabinet?

Sama sekali enggak ada. Sikap Pak SBY jelas: tidak akan bicara kursi menteri sebelum pemilihan presiden usai. Saya kira itu sikap yang santun dan tidak mendahului takdir.

Anda berkiriman surat dengan Yudhoyono. Apa isinya?

Surat SBY menerangkan soal mengapa akhirnya dia memilih Boediono. Banyak pertimbangan: kalau memilih salah satu tokoh partai politik pendukung koalisi, yang lain akan iri dan tidak nyaman. Boediono juga dianggap tokoh yang fasih menanggulangi masalah ekonomi.

Jawaban Anda?

Saya membalas surat itu dengan tulisan tangan tiga halaman yang mengatakan apakah masih mungkin dilakukan kaji ulang (terhadap keputusan memilih Boediono). Saya katakan ini hanya usul seorang sahabat karena saya tahu keputusan itu sudah final.

Anda menuding Boediono tidak prorakyat?

Lepas dari rasa hormat saya kepada Pak Boediono, beliau memang dikenal luas sebagai ekonom yang condong kepada resep-resep Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia. Beliau sangat tunduk pada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tapi pidatonya di Sasana Budaya Ganesha pada malam deklarasi itu mengatakan akan memikirkan kepentingan bangsa sendiri. Karena itu, we’ll wait and see.

Kepada pengurus PAN, kabarnya, Anda mengatakan akan berkampanye untuk Yudhoyono ala kadarnya saja?

PAN akan punya tim sukses. Namun tim ini tidak boleh hanya mengkampanyekan Yudhoyono-Boediono tok, tapi juga harus digunakan untuk kepentingan partai. Jadi jangan sampai larut dan kemudian terkubur. Sambil berkampanye, PAN juga berkonsolidasi untuk masa depannya.

Jadi benar ala kadarnya saja?

Istilah ala kadarnya itu dalam bahasa Indonesia berarti tidak mati-matian. Saya kira Islam mengajarkan juga untuk ala kadarnya. Sesuai dengan kadar kemampuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus