Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

’Fifty-Fifty’ Dua Sejoli

Prabowo bersedia menjadi orang nomor dua karena dijanjikan akan didukung PDI Perjuangan sebagai calon presiden 2014. Lebih baik ketimbang jomlo.

25 Mei 2009 | 00.00 WIB

’Fifty-Fifty’ Dua Sejoli
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

SETELAH berdialog dengan Mas Bowo, kami menargetkan dua digit.” Suara Megawati itu merdu terdengar di Ballroom Hotel Shangri-La Jakarta, Jumat petang pekan lalu. Hari itu Mega tengah berdialog dengan wartawan seputar target pertumbuhan ekonomi jika ia memerintah kelak. Sebelumnya di tempat yang sama ia berbincang dengan kalangan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri.

Yang dimaksud Megawati dengan Mas Bowo adalah Prabowo Subianto, calon wakil presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya. Frasa ”setelah berdialog dengan Mas Bowo” menyiratkan pembagian kekuasaan antara Mega dan Prabowo dalam pemerintahan nanti.

Memulai dialog dengan Kadin, Megawati sempat membagi cerita. Katanya, sebelum berangkat ke Shangri-La, ia sempat ditanya Prabowo apakah boleh ikut bicara dalam dialog nanti. Megawati menjawab: ajang itu hanya untuk calon presiden.

Mega dan calon wakilnya memang harus terus menimbang rasa. Dibandingkan dengan kandidat presiden lainnya, ”perkawinan” keduanya memang yang paling alot.

Kedua tokoh sempat saling kunci. Berhari-hari ngotot untuk jadi nomor satu, Jumat dua pekan lalu Prabowo akhirnya menyerah. Ia bersedia menjadi calon wakil presiden pada malam sebelum Komisi Pemilihan Umum menutup pendaftaran calon presiden (lihat ”Malam Panjang di Batu Tulis”, Tempo 17-24 Mei 2009).

Dua orang itu tak bisa tidak harus sepakat bergabung. Jika tidak, keduanya akan jomlo alias tak punya pasangan. Kesepakatan keduanya: Megawati akan menjadi presiden yang mengurus politik keamanan, sedangkan Prabowo mengurusi ekonomi. ”Megawati sudah mengikat kontrak politik tertulis dengan Prabowo,” kata Permadi, anggota Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya.

Kontrak itu, kata Permadi, akan memberikan peran besar kepada Prabowo dalam mengurus negeri. Jadi, mirip peran Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, untuk menjalankan ekonomi kerakyatan yang diusung Prabowo, Megawati akan memberikan lebih dari sepuluh menteri kepada kader pilihan Gerindra.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Firman Jaya Daeli membenarkan keterangan Permadi. Hanya hingga kini belum disepakati persisnya jatah kursi untuk Gerindra. ”Apakah janji itu bisa diterjemahkan menjadi pos menteri, belum tentu,” katanya.

l l l

PASANGAN Mega-Pro—begitu nama Mega-Prabowo kini disingkat—berencana mengumumkan kabinet bayangan menjelang pembukaan masa kampanye pemilihan presiden pada Jumat pekan ini. Menurut Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Pramono Anung Wibowo, pengumuman kabinet bayangan adalah sesuatu yang baru dalam politik Indonesia. Komposisi kabinet ini, kata Pramono, menjadi kewenangan bersama PDI Perjuangan dan Gerindra.

Dari kubu PDI Perjuangan, sejumlah nama calon menteri telah muncul. Mereka, misalnya, adalah Pramono Anung sebagai Menteri Sekretaris Negara, Maruarar Sirait untuk Menteri Pemuda Dan Olahraga, Puan Maharani Menteri Pemberdayaan Perempuan, Effendi Simbolon Menteri Luar Negeri, Tjahjo Kumolo Menteri Urusan Badan Usaha Milik Negara, Arif Budimanta Menteri Pertanian, dan Hendrawan Supratikno menteri ekonomi. Nama-nama ini pula yang sempat disodorkan PDI Perjuangan saat partai itu akan berkoalisi dengan Partai Demokrat—sesuatu yang belakangan membentur tembok. Dari sejumlah calon menteri, hanya Pramono yang menolak masuk daftar.

Dalam susunan kabinet bayangan, muncul nama baru. Mereka adalah bekas Menteri Pertanian Muhammad Prakoso dan mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraf. Bekas Menteri Perdagangan Rini Suwandi dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih—dua perempuan yang sering mendampingi Megawati saat bernegosiasi dengan Prabowo—juga diproyeksikan masuk kabinet. ”Kami terus bernegosiasi untuk posisi menteri ini,” kata sumber Tempo.

Puan Maharani menampik disebut masuk daftar calon menteri. Menurut Puan, belum ada obrolan tentang pembagian menteri. Arif Budimanta, Direktur Megawati Institute, pun menyatakan hal senada. Kubu Banteng, kata Arif, masih berkonsentrasi membangun tim pemenangan yang solid dengan Gerindra. Soal kabinet, katanya, bahkan belum dibicarakan. ”Demi Allah, saya tidak tahu,” katanya.

Di kubu Gerindra, menurut Permadi, belum ada pembicaraan khusus tentang siapa orang yang masuk kabinet. Tapi, kata dia, calon menteri Gerindra bisa berasal dari kader partai atau profesional. ”Sebagai pemimpin yang punya visi, Prabowo tidak akan salah pilih menteri,” kata Permadi berpromosi. ”Syaratnya, menteri tersebut harus bisa menjalankan ekonomi kerakyatan yang dibawa Mas Prabowo.”

Kesepakatan yang juga dibangun antara Megawati dan Prabowo adalah soal biaya kampanye. Sempat beredar kabar, Megawati menerima Prabowo karena sebagian besar biaya kampanye akan ditanggung pihak putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo itu. Prabowo selama ini dikenal punya banyak duit karena didukung adiknya, pengusaha Hashim Djojohadikusumo.

PDI Perjuangan mengharapkan fulus Prabowo karena pundi-pundi uang di kandang banteng tak lagi sebanyak lima tahun lalu, saat Megawati berkuasa. Tapi Hashim, kata sumber Tempo, bukan orang yang melupakan kalkulasi dagang. Karena itu, dalam negosiasi penetapan calon presiden, kubu Prabowo sempat jual mahal. Melewati pembicaraan yang sengit, akhirnya PDI Perjuangan setuju tak menimpakan seluruh biaya kampanye kepada Prabowo. Kedua pihak sepakat memikul bersama dana kampanye: fifty-fifty.

Soal berapa ongkos yang harus dikeluarkan, belum ada angka pasti. Tim kampanye Mega-Pro telah menyerahkan saldo awal dana kampanye mereka ke Komisi Pemilihan Umum pada Jumat pekan lalu sebesar Rp 15 miliar. ”Uang ini dana internal partai dan simpatisan,” kata Arif Wibowo, koordinator teknologi informasi, tabulasi, dan penghubung tim kampanye Megawati-Prabowo.

l l l

SELAIN biaya yang ditanggung bersama, hal lain yang akhirnya membuat Prabowo mengalah adalah karena diberi janji bakal disokong menjadi presiden pada Pemilu 2014. Lima tahun lagi, Mega akan berusia 67 sementara Prabowo baru 63 tahun. Sudah jadi rahasia umum, setelah Megawati PDIP juga tak punya kandidat yang kuat untuk disorongkan ke kursi presiden. Mega sendiri kabarnya emoh maju lagi lima tahun mendatang.

Komitmen Megawati kepada Prabowo untuk Pemilu 2014 itu dituangkan dalam secarik kertas—terpisah dengan perjanjian bagi tugas soal politik keamanan dan ekonomi.

Traktat itu diteken Mega di Istana Batu Tulis, Bogor, Jumat malam dua pekan lalu. Dalam pertemuan itu hadir Puan Maharani, Pramono Anung, dan Tjahjo Kumolo dari kandang Banteng, dan ada Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon, serta Muchdi Purwoprandjono dari kubu Gerindra.

Sewaktu meneken kesepakatan, Mega sempat berseloroh. ”Saya tak biasa tanda tangan, yang biasa, ya, pengusaha seperti Pak Hashim,” kata Megawati seperti dikutip sumber Tempo.

Tapi Firman Jaya Daeli membantah soal dukungan Mega itu. Ia mengaku yakin, jika pasangan Megawati-Prabowo menang dalam pemilihan presiden pada Juli mendatang, ruang politik Prabowo untuk menjadi presiden lima tahun lagi kian terbuka. ”Tapi tidak ada janji itu,” katanya.

Sunudyantoro, Akbar Tri Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus