Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font size=2 color=#FF3300>UNTUNG SARONO WIYONO SUKARNO</font>, <font size=2 color=#7E7E7E>WALI KOTA SRAGEN</font><br />Dalang kota Digital

Semua desa dan kecamatan terhubung dalam jaringan Internet. Mendalang jadi ajang penyebaran program.

22 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APEL pertama, Mei 2001, membuat kuping pegawai Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, memerah. Bupati baru, Untung Wiyono, melontarkan kalimat menohok. Tanpa tedeng aling-aling, ia menyebutkan pegawai negeri tak pernah kreatif, tak berdisiplin, apalagi inovatif. Birokrasi identik dengan kaku, rumit, tak transparan, dan berbelit-belit.

Citra buruk birokrasi pegawai negeri itu sudah begitu melekat. Untung, 58 tahun, memang pernah punya pengalaman pahit. Pengusaha minyak dan gas ini terganjal urusan birokrasi sehingga bisnisnya gagal. ”Saya pernah menangis karena soal itu,” katanya.

Pengalaman pahit itu mendorong Untung mereformasi birokrasi ketika memimpin Bumi Sukowati—nama lain Sragen. Ia mendatangkan konsultan untuk memberikan masukan sekaligus melatih di bidang pendidikan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan, ekonomi, serta sistem teknologi informasi.

Ketika masih menjadi pengusaha, Untung memiliki 6.500 karyawan. Kantor barunya di Kabupaten Sragen pada 2001 mempunyai 13 ribu pegawai. Banyak sumber daya manusia tersedia tapi tak cakap dengan bidang tugasnya.

Untung pun menunda rekrutmen pegawai baru dalam dua tahun pertama. Ia baru menambah pasukannya pada akhir 2003. Sragen menjaring pegawai dengan standar nasional. Peserta menghadapi beberapa tahap, seperti tes pengetahuan umum, psikologi, kesehatan, bahasa Inggris, serta kemampuan komputer. Pelamar sarjana juga harus menyertakan sertifikat TOEFL dengan nilai minimal 500.

Pegawai lama dan baru kemudian mendapat pelatihan bahasa Inggris dan komputer rutin. Sragen pun kian berkembang. Badan pelayanan terpadu yang muncul pada 2002 selalu mendapat penghargaan. Tahun lalu, Sragen dinobatkan sebagai kabupaten terbaik penyelenggara pelayanan terpadu satu pintu dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Lewat badan ini, pembuatan kartu penduduk, misalnya, hanya perlu waktu dua menit. Sebanyak 59 perizinan, dari izin mendirikan bangunan hingga izin kursus, serta 10 jenis layanan nonperizinan, seperti akta pengangkatan anak, berlangsung lebih cepat.

Untuk mendukung pelayanan satu atap, Untung memasang jaringan Internet di semua desa dan kecamatan mulai tahun lalu. Sragen memiliki 208 desa dan 20 kecamatan. Setiap desa minimal memiliki dua komputer dengan kamera plus satu laptop. Dengan Internet, semua desa itu bisa memangkas biaya telepon karena menggunakan voice over Internet protocol (VoIP).

Komputer di desa itu terhubung dengan kecamatan, dinas, badan, serta kantor bupati. Mereka membangun jaringan intranet yang disebut kantor maya. Jadinya setiap kepala desa, dinas, atau badan bisa memberikan laporan harian kepada Bupati atau pejabat lain tanpa perlu repot mengirim kurir. Rapat bisa dilakukan dari tempat masing-masing. Lewat internet pula berbagai laporan keuangan bisa dipantau.

Sragen mempercayakan pembangunan infrastruktur jaringan Internet itu kepada pegawainya, dari membuat peranti lunak, membuat dan mengelola situs, hingga memasang menara pemancar. ”Satu-satunya pegawai negeri yang manjat tower, ya, di Sragen,” kata Budi Sulihanto, Kepala Bagian Penelitian, Pengembangan, dan Data Elektronik. ”Saban tahun, mereka menerima pembagian keuntungan, jadinya sejahtera, he-he-he...,” kata Untung kepada Tempo. Ia pun getol menularkan konsep jaringan Internetnya itu ke mana-mana.

Teknologi semakin menghapus jarak wilayah di Sragen. Sejumlah kegiatan bisa dilakukan hanya di depan komputer. Namun Untung tetap melakukan kegiatan rutin dengan menyambangi langsung masyarakat, misalnya dengan pergelaran wayang. Tiga pekan lalu, Untung manggung atas undangan Sunardi, petugas keamanan alias jogoboyo Desa Sunggingan, Kecamatan Miri.

Ia menjadi dalang dadakan pada sesi Limbukan. Pada bagian ini, sang dalang menampilkan tokoh Cangik dan Limbuk, ibu dan anak yang biasanya saling melempar guyonan. Dari obrolan ibu langsing dan putri gemuk itu, Untung menyisipkan pandangannya. Lewat Cangik, dia memaparkan jumlah kurban tahun ini. Sragen menjadi kabupaten dengan hewan sembelihan terbanyak se-Jawa Tengah, yakni 12 ribu kambing dan 1.200 sapi.

Cangik juga sangat cakap berbicara tentang pentingnya menggunakan produk sendiri. Sragen memang sedang mengembangkan pola makan hasil olahan lokal serta beras organik. Singkong, pisang, dan kacang rebus menjadi suguhan wajib di setiap kantor Sragen, termasuk dalam pentas wayang itu. ”Jadi, biarpun ada krisis global, warga Sragen tetap waras dan wareg,” kata Untung, eh, Ibu Cangik.

Untung menyukai seni wayang sejak remaja. Pria kelahiran Desa Jurangrejo, sekitar tiga kilometer dari Kota Sragen, ini mengagumi karakter Pandawa. Ia baru serius mendalami ilmu dalang setelah terpilih pada 2001. Ia berguru kepada dalang senior Sragen, seperti Nyi Harni Sabdowati, Bagong Kendang, dan Medot Sudarsonoputra, putra Ki Manteb Sudarsono.

Setelah kembali terpilih dengan suara mutlak 87,34 persen pada 2006, Untung meneruskan kariernya sebagai dalang. Ia bisa manggung sepuluh kali dalam sebulan. Untung pernah mendalang di ujung barat Sragen, Kecamatan Kalijambe, dan ujung timur, Sambungmacan, sejauh sekitar 44 kilometer. ”Wayang adalah sarana komunikasi paling dekat dengan rakyat,” ujar Untung.

  • Luas: 941,55 kilometer persegi
  • Penduduk: 867.572 jiwa
  • Keluarga Miskin: 52.666 pada 2007 dari 52.973 pada 2006
  • Desa: 208
  • Potensi Ekonomi: Pertanian (padi, tebu), peternakan (sapi, domba), perikanan air tawar

    Belanja Daerah Vs Pendapatan (Miliar Rupiah)
    200520062007
    Pendapatan Asli Daerah72,888.498,1
    Anggaran Belanja579639,5788,5

    Pertumbuhan Ekonomi

  • 2004: 4,53%
  • 2005: 5,06%
  • 2006: 6,8%

    UNTUNG SARONO WIYONO SUKARNO
    Tempat dan tanggal lahir: Sragen, 16 Oktober 1950 | Pendidikan: Sarjana Hukum | Karier: - Ingram Inc. Singapura - SPEI Batignol Prancis, PT Foxboro Indonesia (1970-1983) - Direktur Utama PT Rekabaja Mandiri - Komisaris Utama PT Wira Matra Guna, Zee Engineering, dan PT Lombok Timur (1983-2001) - Bupati Sragen dua periode (2001-2011) | Penghargaan: - 33 buah, termasuk Adipura (2004, 2005, 2006, 2007) - Kabupaten dengan Inovasi Pelayanan Satu Atap, Kabupaten Pro-Investasi

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus