Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TELEVISI layar datar 64 inci terpajang di ruang kerja Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI Komisaris Jenderal Ito Sumadi. Layarnya menayangkan gambar dari kamera keamanan ruang pemeriksaan penyidik, ruang kerja para pejabat, tahanan, hingga ruang wartawan. ”Bisa saya pantau semua dari sini,” katanya kepada Tempo, Jumat pekan lalu. ”Tuh, lihat ada wartawan ngantuk,” katanya geli.
Ito mengatakan kamera keamanan yang terhubung langsung ke ruang kerjanya itu penting buat menghalau makelar kasus. ”Supaya tidak ada negosiasi selama pemeriksaan,” katanya. Ito mengaku ingin mengikis citra buruk reserse setelah terbongkarnya rekayasa kasus korupsi Gayus Tambunan.
Belum lagi upaya itu berhasil, Komisaris Jenderal Susno Duadji, Kepala Badan Reserse sebelumnya, terus merangsek. Di depan Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis pekan lalu, ia menyebutkan inisial SJ—singkatan dari Sjahril Djohan, yang dikenal dekat dengan para pejabat kepolisian—sebagai makelar kasus kakap di polisi.
Sebagai pucuk pimpinan Badan Reserse, mau tak mau Ito Sumardi ikut terseret. Apalagi Susno menuding Ito—keduanya lulusan Akademi Kepolisian 1977—mengenal Sjahril. Jumat pekan lalu, Ito bersedia diwawancarai tim Tempo.
Komjen Susno Duadji menuding ada permainan makelar kasus yang lebih besar daripada kasus Gayus Tambunan, yakni kasus pidana PT Salmah Arwana Lestari. Komentar Anda?
Kasus itu sedang kami tangani dengan sangat berhati-hati. Ketika pertama kali bergulir pada 2006, sudah diadakan gelar perkara. Kesimpulannya, ini kasus perdata. Namun, setahun kemudian, ada bukti-bukti baru yang membuatnya diteruskan menjadi perkara pidana. Ini semua terjadi ketika Pak Susno masih di sini, lo. Saya hanya kebagian buntutnya.
Ada tudingan perubahan dari perdata menjadi pidana merupakan hasil lobi makelar kasus....
Yang mengubah siapa? Begini saja, kita uji nanti di pengadilan. Kalau memang ada kelemahan, berarti memang ada rekayasa. Saya sendiri bingung, kenapa kasus ini muncul. Saya benar-benar tak mengerti.
Apa ada keterlibatan Andi Kosasih, Haposan Hutagalung, atau Sjahril Djohan dalam kasus ini?
Haposan memang pengacara untuk salah satu pihak dalam perkara ini, yaitu Ho Kian Huat.
Anda kenal Haposan?
Tidak. Bertemu dengan dia pun tidak pernah. Begini ya, sudah kami upayakan penyidikan yang profesional untuk kasus ini. Pengaduan dua pihak yang bersengketa sama-sama kami proses. Soal ini, Pak Susno tahu banget, karena ketika itu Pak Susno yang menjabat Kabareskrim.
Kabarnya Sjahril Djohan adalah pemegang saham di perusahaan Ho Kian?
Saya tidak tahu.
Ada anggota parlemen yang menyesalkan mengapa Sjahril tidak dicekal....
Pencekalan itu membutuhkan proses yang panjang. Dalam kasus apa dia harus dicekal? Statusnya apa dalam kasus itu? Siapa yang harus mencekal?
Menurut Anda, informasi Susno tak berdasarkan fakta?
Begini... suatu pernyataan itu harus jelas, ada fakta dan buktinya. Apakah kalau kenal dengan Kabareskrim lalu sudah pasti orang itu makelar kasus? Belum tentu. Saya hanya mau bicara fakta.
Jadi tidak benar kalau Andi Kosasih, Haposan, dan Sjahril Djohan disebut trio makelar kasus di Bareskrim?
Tanyakan saja kepada Pak Susno. Saya tidak bisa memberikan jawaban.
Anda kenal baik dengan Sjahril Djohan?
Saya tidak kenal dekat dengan Pak Sjahril Djohan. Saya memang pernah bertemu dengan dia beberapa kali. Tapi tidak benar jika saya disebut mengenal dekat atau tahu bahwa dia makelar kasus. Kalau seseorang dituduh makelar kasus, tentunya dia terkait dengan kasus tertentu. Bagaimana seseorang bisa disebut makelar kasus jika saya tidak tahu dia terlibat kasus yang mana?
Di mana biasanya Anda bertemu dengan dia?
Di sini, di Mabes Polri. Beliau kan sudah lama, ya.... Istilahnya, orang berteman kan boleh saja bertemu.
Sjahril adalah penasihat ahli Kepala Polri?
Dia bekas diplomat. Tapi bukan staf ahli saya dan bukan staf ahli Kapolri.
Apa benar dia punya ruangan khusus di sebelah ruang kerja Kepala Polri?
Kalau soal itu, coba tanya Pak Susno. Tunjukkan ruangannya yang mana. Saya tidak tahu. Kalau saya bilang tidak tahu, jangan pula saya disebut berbohong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo