Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Abang-Ijo Pertaruhan Mas Joko

PDI Perjuangan ingin berkoalisi dengan partai Islam dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah. Sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo.

7 Januari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Abang-Ijo Pertaruhan Mas Joko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAMA pekan lalu, Ganjar Pranowo berada di Jakarta. Gubernur Jawa Tengah ini sedang harap-harap cemas terhadap pengumuman Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan soal siapa yang akan dicalonkan menjadi gubernur di provinsi itu dalam pemilihan tahun ini.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengundang wartawan ketika mengumumkan nama-nama calon gubernur dan wakil gubernur untuk Papua, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Belakangan, Jawa Tengah dicoret dari daftar pengumuman tanpa alasan yang jelas.

Ganjar menunggu panggilan Hasto atau siapa pun pengurus teras PDIP untuk ke kantor pusat partai hari itu. Namun, hingga ia pegel menunggu di Wisma Jawa Tengah di Kebayoran Baru, kabar itu tak kunjung nongol. "Biasanya lewat SMS," ujarnya. Hingga hari berganti, telepon Ganjar tak kunjung berdenyit.

Pada Rabu pekan lalu itu juga Ganjar seharusnya datang ke kantor Komisi Pemberantasan Korupsi untuk menjadi saksi korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) untuk tersangka politikus Golkar, Markus Nari. Ganjar mengirim surat tak bisa datang dengan alasan sedang ada acara lain.

Ganjar disebut menerima suap US$ 500 ribu lewat Andi Agustinus dalam dakwaan Irman dan Sugiharto, dua pejabat Kementerian Dalam Negeri yang sudah divonis bersalah. "Saya heran karena Andi sudah membantah memberi uang," katanya. "Juga Miryam Haryani. Dia bilang saya satu-satunya yang menolak suap e-KTP."

Saat namanya pertama kali muncul dalam sidang e-KTP, Ganjar menemui Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk menjelaskan proyek e-KTP dan sisik-melik korupsinya. Ia yakin tak bersalah.

Pertengahan tahun lalu, Ganjar bersama wakilnya, Heru Sudjatmoko, kembali menemui Megawati di rumahnya, di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Mereka melaporkan pencapaian pemerintah Jawa Tengah di bawah mereka sekaligus meminta izin mencalonkan diri untuk periode kedua.

Batalnya PDIP mengumumkan namanya sebagai calon Gubernur Jawa Tengah kian membuat Ganjar gusar. Kasus e-KTP kembali membayang karena bisa menjadi ganjalan dia menang untuk periode kedua. "Mungkin wingi nganu to (mungkin kemarin) mangsine entek (tintanya habis)," ujarnya menghibur diri. Adapun Heru berkata, "Saya mau ngintip di langit siapa yang mendapat rekomendasi."

Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto memastikan PDIP bakal kembali mengusung Ganjar. Hanya, namanya tak diumumkan karena lobi-lobi tentang siapa yang akan menjadi calon wakilnya masih belum disetujui partai lain. Ia berdalih, Jawa Tengah disebut dalam daftar undangan untuk menarik wartawan. "Kalau tak ditulis, wartawan bisa tak datang," katanya.

Menurut Hasto, memang ada dorongan untuk segera mendeklarasikan pasangan inkumben Ganjar-Heru. Apalagi, di Jawa Tengah, PDI Perjuangan bisa mengusung calon gubernur sendiri tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain. Partai berlambang banteng gemuk ini menguasai 31 dari total 100 kursi dewan perwakilan rakyat daerah. Jumlah ini melebihi syarat pencalonan, yaitu minimal 20 kursi.

Hasto mengakui ada faktor lain yang membuat deklarasi itu ditunda, yakni tarik-menarik posisi wakil gubernur. Menjelang deklarasi, Hasto mendapat panggilan telepon dari sejumlah ulama, seperti Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin. "Kalau bisa, jangan sendiri, tapi bersama-sama kami," ujar Hasto menirukan ucapan sesepuh nahdliyin tersebut.

PDI Perjuangan bukannya tak mau berkoalisi dengan partai Islam. Ketua PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto mengatakan partainya sudah menjalin komunikasi dengan banyak partai lain. Bahkan, kata Bambang, Partai Persatuan Pembangunan juga menyorongkan sejumlah nama sebagai calon wakil gubernur. "Cuma, keputusan kembali lagi ke Ibu (Megawati)," ujar Bambang.

Di tingkat pengurus pusat, PDI Perjuangan juga bergerilya mencari mitra koalisi. Beberapa hari sebelum Natal, Hasto mengontak Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan Sekretaris Jenderal Arsul Sani. Mula-mula Hasto berbasa-basi mengenai kembalinya Romahurmuziy berkantor di Jalan Diponegoro, yang selama ini dikuasai Djan Faridz. "Mampir, dong. Kan, sudah sebelahan. Ngobrol-ngobrol," kata Arsul menirukan ajakan Hasto.

Menurut Arsul, Hasto pernah menanyakan calon wakil gubernur kepadanya untuk Jawa Barat. Partai berlambang Ka’bah itu pun menyorongkan beberapa nama calon wakil gubernur, seperti Akhmad Muqowam, Bupati Jepara Ahmad Marzuki, dan putra Maimun Zubair yang menjadi anggota DPRD Jawa Tengah, Taj Yasin. "Silakan dipilih," ujar Arsul.

Komunikasi keduanya pun dilanjutkan pada Rabu pekan lalu. Hasto bersama Ganjar Pranowo mendatangi rumah Romahurmuziy di kawasan Condet, Jakarta Timur. Menurut Arsul, salah satu topik yang mereka diskusikan adalah siapa yang paling cocok mendampingi Ganjar. Arsul pun kembali menyebutkan kader-kader yang mereka punya dan mempersilakan PDIP memilih.

Selain soal pendamping, Romahurmuziy menyampaikan pesan para kiai dan keinginan Presiden Joko Widodo. Menurut Arsul, kepada Presiden, Romahurmuziy pernah menyampaikan keinginan mereka berkoalisi dengan PDIP di Jawa Tengah. Jokowi menyambutnya dengan antusias. "Bagus itu. Sudah enggak zaman abang-abang atau ijo-ijo. Yang asyik itu abang-ijo."

Abang atau abangan merujuk pada terminologi Clifford Geertz dalam buku The Religion of Java. Dalam politik, abang atau merah diidentikkan dengan partai berhaluan nasionalis seperti PDIP dan ijo adalah hijau untuk metafora partai Islam. "Memang ada yang melihat kami kurang islami," kata Hasto.

Kepada Hasto, Jokowi juga berpesan agar PDIP cermat memilih partai lain untuk berkoalisi. Jawa Tengah adalah lumbung suara PDIP. Jika di rumah sendiri kalah, dampaknya bisa ke daerah lain dan mempengaruhi suara Jokowi dalam pemilihan presiden 2019. Apalagi di seberang mereka sudah terbentuk koalisi Gerindra-Partai Keadilan Sejahtera, duet koalisi dalam pemilihan Gubernur Jakarta.

Menurut Hasto, merangkul partai Islam adalah strategi yang dipelajari PDIP ketika kalah saat mengusung Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat sebagai pasangan calon Gubernur Jakarta tahun lalu. Menghindari citra jauh dari Islam membuat mereka juga keok di sejumlah wilayah. "Jadi ada kebutuhan untuk itu," ujarnya.

Maka, selain dengan PPP, Hasto berbicara dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua PKB Muhaimin Iskandar menyodorkan nama Ketua PKB Jawa Tengah Yusuf Chudlori sebagai pendamping Ganjar. "Kalau Gus Yusuf sudah bersedia, saya bisa langsung tanda tangani suratnya," kata Hasto.

Ganjar mengatakan tak bermasalah berpasangan dengan siapa pun. Selama lima tahun bersama, dia merasa cocok dengan Heru Sudjatmoko, sesama politikus PDIP. Kalaupun ada nama lain yang dipilih, ia berharap yang lekat dengan nahdliyin.

Wayan Agus Purnomo, Ahmad Faiz, Arkhelaus W. (Jakarta), Fitria Rahmawati (Semarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus