Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KUE Kartika Sari, yang terkenal sebagai oleh-oleh khas Bandung, menjadi pintu masuk Ridwan Kamil mencairkan hubungan yang beku dengan para elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Setelah sepuluh bulan tak berkomunikasi, Wali Kota Bandung itu diterima oleh pengurus teras partai di kantor PDIP pada Rabu pekan lalu.
Selama 30 menit pertama, Ridwan menjelaskan bagaimana membuat kue pisang Kartika Sari itu, sejarah, dan cita rasanya. Di sela-selanya, ia menjelaskan mengapa ia terkesan menjauh dari PDI Perjuangan, yang sejak awal akan mencalonkannya sebagai Gubernur Jawa Barat tahun ini.
Menurut Ridwan, mulanya ia berharap diusung Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera, yang menyokongnya pada pemilihan Wali Kota Bandung 2013. "Karena diwajibkan menjadi kader partai, saya batal memilih Gerindra dan PKS," katanya kepada Tempo, dua jam setelah keluar dari kantor PDIP.
Dari situ, ia bergerilya ke semua partai. Empat partai pertama yang dijajaki langsung bersedia mengusungnya. Keempat partai, yakni NasDem, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Hanura, memiliki total 24 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat. Ini sudah lebih dari cukup untuk tiket maju dalam pemilihan gubernur.
Akhir Desember 2017, ada tiga pertemuan yang akhirnya membawa Ridwan bermuka-muka kembali dengan sejumlah petinggi PDIP, di antaranya Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Adalah Andreas Hugo Pareira, Ketua Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan PDIP, yang membukakan kembali pintu partai itu kepada Ridwan.
Meski berasal dari Nusa Tenggara Timur, Andreas lama tinggal di Bandung, mengajar di Universitas Parahyangan. Ia bersahabat dengan Ridwan cukup lama. "Saya jelaskan pandangan PDIP terhadap dia," ujarnya.
Jauh sebelum NasDem mendekat ke Ridwan, PDIP sebenarnya sudah mesra dengannya. Ridwan beberapa kali diterima Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Megawati juga mendapuknya sebagai pengajar di "sekolah partai" PDIP, yang pesertanya para kepala daerah, dua tahun lalu. Sebelum meredup selama sepuluh bulan terakhir, nama Ridwan menjulang sebagai calon gubernur yang bakal diusung PDIP karena tingkat elektabilitasnya tinggi.
Pertemuan ketiga terjadi antara Ridwan dan orang lain: Uu Rukmana. Tokoh masyarakat Jawa Barat ini juga menyarankan Ridwan kembali merajut komunikasi dengan PDIP. Tujuannya untuk memperkuat koalisi empat partai yang telah terbangun.
Menurut Ridwan, dalam pertemuan di kandang banteng pada Rabu pekan lalu, ia mengajak PDIP bergabung dengan koalisinya. Tapi tawaran itu bersifat penjajakan karena keputusan akhir tetap bergantung pada keempat partai koalisinya. "Saya hanya mengatakan, kalau memang bisa berkoalisi, saya menunggu follow-up dari partai yang sudah bergabung," ujar Ridwan.
Andreas, yang hadir dalam persamuhan tersebut, membenarkan kabar bahwa pembicaraan dengan Ridwan menyangkut koalisi. Bahkan PDIP menawarkan calon wakil Ridwan dari PDIP, yaitu Anton Charliyan, mantan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat.
Sebetulnya, selain Anton, di dalam PDIP sempat mengemuka nama kader Golkar yang menjabat Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, serta dua politikus PDIP, T.B. Hasanuddin dan Puti Guntur Sukarno Putri. Belakangan, yang tersisa tinggal Anton dan Puti, setelah Dedi memilih berpasangan dengan Deddy Mizwar, wakil gubernur inkumben.
PDIP kembali berpaling kepada Ridwan karena dua nama tersisa yang mereka kantongi dinilai tak cukup kuat. Sebaliknya, Ridwan selalu masuk tiga besar dalam berbagai survei. Menurut sigi terakhir Indo Barometer pada November 2017, Ridwan berada di peringkat pertama. Ia mengungguli Dedi dan Deddy.
Waktu itu, Sudrajat belum masuk bursa. Kader Gerindra tersebut maju sebagai calon gubernur disokong koalisi Gerindra, PKS, dan Partai Amanat Nasional, berpasangan dengan Ahmad Syaikhu.
PDIP menaruh perhatian besar di Jawa Barat karena provinsi ini memiliki jumlah pemilih terbanyak, sekitar 33 juta atau 17,55 persen dari total pemilik suara. Pada pemilihan legislatif 2014, PDIP menang di sini. Tapi, dalam pemilihan presiden, calon yang diusung PDIP, Joko Widodo, kalah telak dari Prabowo Subianto.
Masuknya PDIP ke koalisi berarti juga menambah masalah baru. Sebelum bertemu dengan PDIP, Ridwan tengah terjepit oleh sikap partai penyokongnya. Keempat partai bersepakat mengusungnya sebagai calon gubernur, tapi bersilang pendapat mengenai nama wakilnya.
PPP dan PKB berkukuh mengusung kader sendiri. PPP menyorongkan Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum. Sedangkan PKB menawarkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Maman Imanul Haq. Jika tawaran tersebut ditolak Ridwan, mereka mengancam keluar dari koalisi. Dampaknya, partai pengusung Ridwan tidak bisa mencalonkan kandidat karena tidak mencukupi syarat, yaitu memiliki sekurang-kurangnya 20 kursi di DPRD Jawa Barat.
Gontok-gontokan antara PPP dan PKB membuat posisi Ridwan serba sulit. Dalam kondisi itu, ia mencoba membuka komunikasi dengan PDIP. Hingga Rabu malam pekan lalu, calon yang mencuat adalah Anton Charliyan.
Munculnya duet Ridwan-Anton membuat PPP resah. Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani mengatakan sudah ada kesepakatan bahwa calon pendamping Ridwan adalah kader partainya. "Sudah kami bicarakan sejak awal mendukung Ridwan Kamil," ujar Arsul, Kamis pekan lalu.
Sebenarnya, sebelum bertemu dengan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan kawan-kawan, Ridwan sudah meminta izin kepada koalisi. Satu jam sebelum ke markas PDIP, Ridwan menemui Ketua Umum PPP M. Romahurmuziy di rumahnya di kawasan Condet, Jakarta Timur. Arsul ada di sana.
Kepada Romahurmuziy, Ridwan meneruskan pesan dari PKB, yang ia temui sebelumnya. "Ridwan Kamil menyampaikan bahwa PKB sama sekali menolak cawagub dari PPP," kata Arsul.
Setelah bertemu dengan Hasto, Ridwan kembali menyampaikan hasilnya kepada Arsul lewat telepon. Ridwan juga berkomunikasi dengan pengurus NasDem dan Hanura. Khusus untuk PKB, ia menemui langsung pengurus partai itu di kantornya di Jalan Raden Saleh Nomor 9, Jakarta Pusat.
Wakil Sekretaris Jenderal PKB Maman Imanul Haq mengatakan partainya tidak mempermasalahkan rencana PDIP bergabung dengan koalisinya. PKB bahkan tak mempersoalkan bila calon wakilnya berasal dari PDIP. "Tujuan kami bagaimana bisa menang," ujar Maman. Upaya mencari jalan tengah sempat diusahakan Romahurmuziy dengan menelepon Ketua Umum PKB Muhaimim Iskandar.
Ridwan mempersilakan koalisi membahas pendampingnya. Walau begitu, menurut orang dekatnya, Ridwan memilih mempertahankan koalisi yang sudah ada bila partai-partai lain tak kunjung sepakat soal siapa calon pendampingnya.
Hasto dan Andreas memastikan mereka tak akan menjomblo. "Kami sudah pasti mengusung calon gubernur," kata Hasto. Hingga Sabtu dinihari pekan lalu, hanya nama Ridwan yang ada di kantong mereka.
Rusman Paraqbueq
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo