Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Agar lebih terkenal

Sebuah pasar serba ada dibangun di semarang. bangunan yang direncanakan 4 tingkat itu akan dilengkapi dengan kantor, bioskop, bar dan disko. wali kota berharap semarang bisa lebih dikenal orang. (kt)

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI tengah-tengah' hiruk pikuk kaum wanita memperingati hari Kartini 21 April kemarin, Walikota Semarang Hadiyanto sibuk. membenamkan kepala kerbau di tengah calon bangunan pasar serba ada. Calon pasar serba ada itu sendiri sebenarnya sudah sejak tahun 1975 lalu digarap menggantikan bangunan Kanjengan yang ternyata menerima nasib lain. Yaitu dipindah ke daerah perbukitan desa Pegandan Kecamatan Semarang Selatan. Dibangun kembali seperti bentuk aslinya. Sekedar sebagai kenang-kenangan bahwa bangunan tradisionil buatan zaman Belanda itu adalah Rumah Kanjengan, tempat kediaman resmi Bupati Semarang di zaman penjajahan Belanda. Dan dipindahkan ke sana karena terdesak pasar serba ada yang harus dibangun sesuai kemauan zaman. Tak jelas kenapa Walikota Hdiyanto baru kemarin itu membenamkan kepala itu hewan, setelah bangunan-bangunan proyek mulai berdiri. Sebab padahal lazimnya, sebaliknya.Cuma yang terang pembangunan pasar di atas tanah sekitar 10 ribu M2 itu diharapkan sang Walikota "akan membawa nama Kodya Semarang lebih terkenal". Karena dibangun dengan 4 tingkat dan lengkap terdiri dari pertokoan, kantor-kantor. gudang, bioskop, restoran, bar dan disko. Khusus di tingkat 4 buat tempat rekreasi dilengkapi dengan eskalator. Ruang parkir pun melahap 5 ribu meter persegi dan mampu menampung 300 kendaraan. Tentu saja tak dilupakan tanah kosong untuk taman-taman. Banyak Kosong Belum didapat kabar kapan pasar komplit tersebut harus selesai. Sementara awal Mei kemarin dimulai pula -pembangunan pusat pertokoan dan perumahan di bekas tanah Toserba Sarinah yang urung dibangun (TEMPO 8 Mei 1976). Sedang Pasar Johar yang cuma bertingkat dua itu dan sudah lama diresmikan pemakaiannya, sampai sekarang ruang-ruang di tingkat duanya masih banyak kosong. Apakah karena Walikota Hadiyanto cuma merasa diburu-buru buat mewujudkan impian "kota raya"nya?.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus