Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Efek Domino Sikap Politik Ara

Sikap politik Maruarar memberi kesan adanya perpecahan di internal PDIP. Berpengaruh pada elektabilitas PDIP dan Ganjar-Mahfud.

18 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Maruarar Sirait saat mengikuti pembukaan Kongres IV PDIP di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali. 2015. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kepercayaan publik terhadap PDIP bakal berkurang atas sikap politik Ara.

  • Keputusan Ara menebalkan fakta sikap Jokowi terhadap PDIP.

  • Hasil sigi sejumlah lembaga menunjukkan bahwa elektabilitas PDIP turun.

JAKARTA – Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengatakan keputusan Maruarar Sirait keluar dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bakal merugikan partai berlambang banteng moncong putih itu. Sebab, Ara—demikian Maruarar kerap disapa—adalah kader tulen dan anak pendiri PDI Perjuangan, Sabam Sirait.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sikap Ara ini bakal berpengaruh terhadap PDI Perjuangan yang dianggap tidak bisa mempertahankan kadernya," katanya, Rabu, 17 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ujang berpendapat, keputusan Ara tersebut akan mempengaruhi elektabilitas PDI Perjuangan menjelang pemungutan suara pada Pemilu 2024. Kepercayaan publik terhadap PDI Perjuangan bakal berkurang ketika mereka menyaksikan satu per satu kadernya mengundurkan diri dari partai yang sudah berusia 51 tahun tersebut. "Publik akan melihat lingkup internal PDI Perjuangan sedang terjadi perpecahan," ujarnya.

Ara mengembalikan kartu tanda anggota kepada Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Utut Adianto dan Rudianto Tjen pada Senin, 15 Januari lalu. Ia mengunggah rekaman video saat mengembalikan kartu anggota itu kepada Utut di akun Instagram miliknya. Ara beralasan bahwa keputusannya mengakhiri karier politik di PDI Perjuangan adalah ingin mengikuti langkah Presiden Joko Widodo. Namun mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu tak menjelaskan langkah Jokowi yang akan diikutinya.

"Saya memilih mengikuti langkah Pak Jokowi karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia," kata Ara.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Maruarar Sirait di Media Center Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat, 2013. Dok. TEMPO/STR/Dasril Roszandi

Saat ini hubungan Jokowi dan PDI Perjuangan merenggang setelah Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto. Jokowi dan Gibran juga merupakan kader PDI Perjuangan. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu disebut-sebut cenderung mendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden 2024 ketimbang pasangan calon dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo-Mahfud Md.

Adapun Ara dikenal dekat dengan Jokowi. Saat Jokowi terpilih sebagai presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pemilu 2014, mantan Wali Kota Solo itu hendak memasukkan Ara ke Kabinet Indonesia Maju jilid I dengan posisi Menteri Komunikasi dan Informatika. Tapi Ara batal masuk kabinet karena Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tak merestuinya. Ia tak masuk daftar nama calon anggota kabinet yang disodorkan Megawati kepada Jokowi.

Pada periode kedua pemerintahan Jokowi, Ara disebut-sebut menjadi penghubung antara investor dan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN). Ia juga bergabung dengan Konsorsium Nusantara—gabungan perusahaan yang berinvestasi di IKN yang dipimpin Sugianto Kusuma alias Aguan, bos Agung Sedayu Group.

Menurut Ujang Komarudin, Ara kemungkinan besar mengikuti jejak Budiman Sudjatmiko yang mendukung Prabowo-Gibran. Budiman adalah kader PDI Perjuangan yang dipecat dari keanggotaan partai karena memilih mendukung Prabowo-Gibran. 

Budiman membentuk kelompok pendukung Prabowo yang diberi nama Prabowo-Budiman (Prabu) pada 18 Agustus tahun lalu. Budiman juga tercatat sebagai anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran.

Sebelum Budiman, legislator PDI Perjuangan, Effendi Simbolon, lebih dulu menyiratkan dukungan terhadap Prabowo. Effendi memuji Prabowo saat berpidato dalam acara rapat kerja nasional Punguan Simbolon Dohot Boruna Indonesia—perkumpulan orang Batak bermarga Simbolon—di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, pada 7 Juli 2023. Effendi lantas mendapat teguran dari PDI Perjuangan setelah memuji Prabowo.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat menyambut politikus PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko, di rumah Kertanegara, Jakarta, Selasa, 18 Juli 2023. Budiman menyambangi Prabowo untuk bersilaturahmi dan diskusi kebangsaan. Menurut dia, diskusi tersebut juga untuk menggali pemikiran Prabowo. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Ujang menduga Ara dan Budiman tidak nyaman lagi berada di PDI Perjuangan sehingga memilih keluar dari partai yang telah membesarkannya itu. Salah satu penyebabnya, kata Ujang, kemungkinan besar adalah mereka merasa karier politiknya di PDI Perjuangan sudah terhambat.

Sejauh ini, belum ada riset yang menguatkan bahwa elektabilitas PDI Perjuangan merosot akibat kader-kadernya memilih berseberangan sikap dengan partai banteng moncong putih itu. Namun, dari hasil sigi sejumlah lembaga, elektabilitas PDI Perjuangan memang menurun dibanding pada Pemilu 2019.

Hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada awal Januari lalu menunjukkan elektabilitas PDI Perjuangan sebesar 17,5 persen. Angka ini lebih rendah dari perolehan suara PDI Perjuangan pada Pemilu 2019 yang sebesar 19,33 persen.

Survei Indikator Politik Indonesia pada periode 23-24 Desember 2024, yang dilakukan melalui wawancara via telepon dengan responden seusai debat kedua calon presiden dan wakil presiden, menunjukkan elektabilitas PDI Perjuangan masih berada di angka 19,1 persen. Pada periode yang hampir sama, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merilis hasil survei. Hasil sigi CSIS menunjukkan elektabilitas PDI Perjuangan berada di angka 16,4 persen.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno berpendapat senada dengan Ujang. Ia memprediksi elektabilitas PDI Perjuangan bakal terpengaruh oleh sikap sejumlah kadernya yang memilih hengkang dari partai dengan slogan "wong cilik" tersebut.

Adi menduga Ara hengkang dari PDI Perjuangan karena merasa sudah tidak cocok. Ia mengatakan keputusan Ara itu sekaligus makin menebalkan fakta bahwa PDI Perjuangan dan Jokowi sudah berseberangan sikap politik dalam pemilu ini, meskipun Jokowi belum mengembalikan kartu tanda anggota partai. 

"Tapi PDI Perjuangan terlihat masih rileks. Ditinggal Jokowi saja santai, apalagi cuma Ara," kata Adi, Rabu kemarin. Ia mengatakan elektabilitas PDI Perjuangan sesungguhnya masih solid. Namun elektabilitas pasangan calon presiden jagoan PDI Perjuangan perlahan-lahan mulai tergerus. 

Politikus PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, mengatakan partainya tidak memikirkan sikap politik Ara tersebut. Saat ini, kata dia, PDI Perjuangan memilih berfokus pada pemenangan pemilihan presiden dan pemilu legislatif. "Mikirin pemenangan lebih penting daripada yang seperti ini," ujarnya. 

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan Ara keluar dari PDI Perjuangan bukan karena konflik internal partai. Ara memilih berkonsentrasi di dunia bisnis. "Dalam proses (perjalanan partai) itu, ada yang mundur dan tidak loyal. Itu hal biasa," katanya, kemarin.

IMAM HAMDI | ANANDA RIDHO SULITYA | ADIL AL HASAN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus