Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJUMLAH musikus merilis album pada 2017. Beberapa di antaranya merupakan album perdana. Kami menyaring puluhan album itu untuk dinobatkan sebagai album terbaik pilihan Tempo. Selain Lintasan Waktu dari Danilla, ada sembilan album yang masuk nominasi terbaik.
Mooner
Album: Tabiat
Label: Bhang Records
Rilis: 20 April 2017
MOONER merupakan proyek musik terbaru pentolan The SIGIT, Rekti Yuwono. Ia menjadi pemain bas dan menggandeng sejumlah nama yang tak asing di musik non-arus utama, seperti Pratama Kusuma (Sigmun/drum), Absar Lebeh (The Slave/gitar), dan Marshella Safira (Sarasvati/vokal). Mooner kental dengan aroma stoner rock. Yang menarik dari album ini adalah tiga lagu berjudul Takana I, Takana II, dan Takana III yang menjadi penanda berubahnya nuansa atau mood dari lagu sesudah dan sebelum Takana. Lagu lain yang patut disimak adalah Lancang dan Seruh. Kedua lagu itu bertempo cepat dengan vokal Marshella yang menguatkan dan memberi warna bagi musik Mooner. Mooner agaknya bisa keluar dari pengaruh band personel masing-masing.
Sisir Tanah
Album: Woh
Label: Yayasan Kajian Musik Laras
Rilis: 6 Mei 2017
DIKENAL dari panggung ke panggung di Yogyakarta, Bagus Dwi Danto melalui proyek musiknya, Sisir Tanah, akhirnya merilis Woh sebagai album perdana. Sisir Tanah mengusung musik akustik untuk membawakan lagu-lagu bertema kritik sosial yang dibalut dengan lirik-lirik puitis. Dalam Lagu Hidup, Sisir Tanah menyuarakan pentingnya merawat alam dan melawan mereka yang ingin merusak alam. Adapun Lagu Bahagia menyajikan romantisisme dalam kehidupan.
Melancholic Bitch
Album: NKKBS Bagian Pertama
Label: Trauma Irama
Rilis: 9 September 2017
TUJUH tahun setelah merilis album Balada Joni dan Susi, Melancholic Bitch kembali dengan album baru NKKBS Bagian Pertama yang berisi 11 lagu. NKKBS adalah kependekan dari Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, jargon propaganda Orde Baru tentang konsep keluarga ideal. Dalam album ini, Melancholic Bitch memang bercerita tentang keluarga pada era Orde Baru. Tema yang dipilih merefleksikan lirik-lirik yang memanggil kembali memori masyarakat tentang Orde Baru. Misalnya lagu Bioskop, Pisau Lipat tentang pengalaman menyaksikan film Pengkhianatan G 30 S PKI. Begitu juga lagu Aspal, Dukun yang bercerita tentang derap pembangunan di desa-desa pada era Orde Baru.
Iksan Skuter
Album: Gulali
Label: Srawung Records
Rilis: 15 Agustus 2017
GULALI merupakan album keenam musikus folk asal Malang, Iksan Skuter. Dalam album ini, Iksan masih setia membawakan lirik-lirik bertema kritik sosial. Misalnya lagu Hutan di Desa tentang konflik agraria yang masih terjadi di Indonesia. Ia menyanyikannya dengan cara bertutur. Soal konflik agraria juga muncul dalam lagu Om Betmen Cabang Jogja. Liriknya mengenai konflik akibat rencana pembangunan bandar udara di Kulon Progo. Iksan juga menulis sebuah lagu tentang Kota Malang berjudul Malang yang Malang. Lagu itu bertutur mengenai Malang yang tak lagi dingin dan banyak polusi. Iksan juga menunjukkan sisi manis dalam albumnya. Misalnya lagu Bapak, yang berkisah seputar hubungan antara seorang anak dan ayahnya.
Heals
Album: Spectrum
Label: FFWD Records
Rilis: 9 April 2017
BANDUNG kembali melahirkan band shoegaze yang menarik. Mereka adalah Heals dengan album debutnya, Spectrum, yang berisi sepuluh lagu berbahasa Inggris. Musik dengan tempo cepat menjadi ciri khas album ini. Ketukan drum yang mengentak, distorsi gitar yang berlapis, dan vokal yang melodius membuat album ini layak disimak. Misalnya lagu Void, yang dibuka dengan melodi gitar yang catchy, disusul entakan drum yang harmonis, dan diakhiri dengan melodi gitar yang berlapis. Heals menawarkan lirik-lirik yang terasa personal. Lagu andalan mereka, False Alarm, bercerita mengenai seseorang yang sering tertekan karena pemikirannya sendiri. Ada juga lagu Anastasia tentang kondisi seseorang yang terjebak dalam fantasi yang dibuatnya sendiri.
Anomalyst
Album: Segara
Label: Senyawa Records
Rilis: 30 September 2017
SEGARA merupakan album perdana kuartet rock Ibu Kota, Anomalyst. Berisi sembilan lagu, materi dalam album ini penuh energi. Salah satu lagu dalam album ini, Senyawa, menyuguhkan musik rock alternatif yang ritmis dengan melodi gitar yang nyaman di telinga. Begitu juga dalam lagu Losing Game, yang bercerita tentang kritik terhadap seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu secara instan. Ada juga lagu yang menenangkan, Labyrinth, yang bercerita mengenai seseorang yang tersesat dalam sebuah labirin. Melodi dalam lagu itu menenangkan dan menyenangkan. Secara keseluruhan, album ini mengajak pendengar menyusuri setiap nada yang disuguhkan Anomalyst dengan baik.
AriReda
Album: Suara dari Jauh
Label: AriReda
Rilis: 23 Maret 2017
DUO musikus folk Ari Malibu dan Reda Gaudiamo atau yang dikenal sebagai AriReda kembali menyanyikan puisi di album baru mereka. Sebelumnya, AriReda membawakan puisi-puisi karya penyair Sapardi Djoko Damono, kali ini mereka menyanyikan sebelas puisi karya penyair Goenawan Mohamad dengan aransemen musik dari M. Umar Muslim. Dalam album ini, AriReda berhasil menghidupkan puisi Goenawan dengan vokal yang khas dan petikan gitar yang menghanyutkan. Misalnya musikalisasi puisi "Surat Cinta". Puisi itu terasa manis dan romantis ketika dibawakan dengan vokal Reda dan permainan gitar Ari. Dalam "Sajak Anak-Anak Mati", AriReda juga mampu memberikan suasana liris dalam puisi karya Goenawan itu.
Payung Teduh
Album: Ruang Tunggu
Label: Jagonya Musik Indonesia
Rilis: 19 Desember 2017
BAGI Payung Teduh, Ruang Tunggu menjadi album ketiga sekaligus yang terakhir bersama vokalis Mohammad Istiqamah Djamad alias Is, yang memutuskan hengkang dari grup itu. Dalam album ini, Payung Teduh masih tetap mengangkat tema cinta dengan lirik-lirik yang puitis seperti dua album sebelumnya. Single mereka yang bernuansa pop, Akad, masuk album ini. Sedangkan nuansa akustik terdapat dalam lagu Mari Bercerita, single yang juga mereka masukkan ke album ini. Aransemen musik keroncong terdapat dalam dua lagu, yakni Puan Bermain Hujan dan Kerinduan.
Jason Ranti
Album: Akibat Pergaulan Blues
Label: Demajors
Rilis: 15 Mei 2017
JASON Ranti menyita perhatian publik melalui album debutnya ini. Ia menampilkan musik folk yang sederhana, dengan gitar akustik dan terkadang harmonika. Lirik-liriknya jenaka dan satire. Lewat cara itu, Jason menceritakan berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Misalnya lagu Bahaya Komunis tentang fobia komunis beberapa waktu lalu. Dalam lagu-lagunya, Jason kerap memainkan gitar dengan tempo cepat, kemudian melambat ketika sedang bernyanyi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo