4 TAHUN jang lalu Ali Sadikin memilih peran sebagai Harun Al
Rasjid: dua hari berturut-turut keliling kota, turun naik bus,
kepanasan dan kehudjanan. Diantara orang jang berdesakan dan
berlarian, di tengah-tengah bau apak dan kebrengsekan Gubernur
itu mempertanjakan sesuatu. Sebagai djawabnja ia mendirikan
beberapa terminal bus dan banjak sekali bus-shelter. Ketika pada
suatu malam ulangtahun Djakarta ia menjaksikan berpuluh pasang
mata berbinar menatap dekorasi lampu jang gemerlapan diangkasa,
djenderal itu merasa seperti kedjatuhan pahala besar. Dia telah
melihat, mendengar memikirkan dan mengerdjakan apa sadja jang
menurut dia baik dan belum tentu menurut orang lain baik untuk
dikerdjakan. Dalam satu wawantjara dengan TEMPO, Ali Sadikin
mengemukakan pendapatnja tentang beberapa masalah.
Partisipasi rakjat
"Partisipasi itu matjam-matjam. Kalau partisipasi dalam arti
membangun saja merasa puas. Masjarakat telah membangun
berlipat-kali dari apa jang telah dilakukan DCI. Mengenai
partisipasi dalam disiplin masih lebih bisa ditingkatkan. Ini
erat hubungan-nja dengan budi pekerti dengan lingkungan dirumah,
dengan pendidikan. Untuk merubah budi pekerti adalah satu
pekerdjaan raksasa. Dan akan memakan satu generasi dari
sekarang. Dipihak lain saja berpendapat law-enforcement tidak
mungkin dilaksanakan lebih keras seperti jang banjak
dipraktekkan di kota-kota besar dinegara lain. Karena kondisinja
djuga lain. Apa jang saja kerdjakan sekarang ialah mentjiptakan
hidup jang normal dalam segala hal, dalam pemerintahan, dalam
service, dalam tata-hidup kota. Anak-anak sekarang tidak
mengenal hidup jang normal, tapi saja mengenalnja dalam zaman
Belanda. Katakanlah itu zaman kolonial, tapi seorang pegawai
negeri dengan gadjinja bisa membiajai rumahtangga, bisa rekreasi
dan menabung. Dalam hal ini pegawai negeri saja djadikan
patokan. Dengan gadjinja sekarang pegawai negeri belum tentu
bisa mengirimkan anaknja kesekolah. Apalagi untuk20menabung.
Hidup jang kita alami sekarang tidak normal hidup diluar negeri
itu jang normal. Saja ingin mentjipta-kan hidup jang normal iu
di Djakarta
Pembangunan & biaja
"Kalau terus demikian maksudnja kalau biaja tetap terbatas --
maka saja pikir kota tidak ada kemadjuan. Karena itu saja harus
mentjegah defisit. Saja harus kedjar 8 miljar. Saja minta 5
miljar pada pusat, saja dapat hanja 3. Tapi pembangunan
Djkakarta harus diteruskan sesuai dengan master-plan. Saja tentu
tidak bisa menunggu UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
jang sampai sekarang masih terkatung-katung:"Padjak: "Dinas
Padjak DCI menghasilkan 6 miljar dari 8 miljar itu dengan 1.600
orang petugas padjak bukankah ini satu prestasi'? Dalam bidang
perpadjakan DCI melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi".
Djudi
"Saja katakan djudi bukanlah sumber jang inkonvensionil. Orang
lain jang mengatakan demikian. Bagi saja djudi itu sumber jang
konvensionil seperti sumber-sumber lainnja. Sumber ini
dikeluar-kan berdasarkan hukum jang ada. Saja berpendapat djudi
tidak bisa diberantas. Saja tutup casino dan Petak Sembilan,
ditempatt lain djadi djalan terus. Saja akan mempertahankan
djudi karena dengan demikian djudi bisa saja kontrol".
Penjelewengan
"Saja tidak bisa mengatakan bahwa pemerintah saja bersih.
Penjelewengan tentu ada, tapi seberapa besar dapat diukur dari
kenjataan bahwa dari seluruh rentjana pembangunan DCI seluruhnja
35.000 orang, bekerdja keadaan primitif. Di banding 120.000
pegawai jang melajani 10 djuta penduduk Tokio lengkap dengan
komputer dan elektrifikasi, tjoba katakan apakah ini tidak
efektif? Mengenai penjelewengan besar, saja tidak ribut-ribut.
Biasanja orang jang tersangkut diselidiki kemudian perkaranja
diserahkan pada pengadilan. Sesudah vonnis hakim djatuh -- baru
boleh ribut. Jang melakukan penjelewengan ketjil dikenakan
mutasi".
Organisasi pemerintahan
"Saja bukan pamong, tapi saja banjak beladjar dari Pak Mashudi
bekas gubernur Djawa Barat Apa jang saja lakukan pertama kali
sesudah saja diangkat djadi gubernur adalah melakukan
rekonstruksi organisasi, pembagian tugas jang lebih djelas,
menegakkan hukum-hukum kepegawaian dan melindungi karier
pegawai. Saja melakukan beberapa kali perombakan untuk mentjapai
kesempurnaan. Tidak betul kalau orang mengatakan di DCI berlaku
one-man organization. Memang kepemimpinan ada pada saja tapi
disini tidak ada one-man organization".
Menggembirakan & tidak
"Apa jang menggembirakan saja ialah sudah ada rasa hubungan
antara penduduk dan kotanja. Sebagai bukti hampir seluruh
suratkabar ibukota menaruh perhatian besar sekali terhadap
masalah kota, dari masalah besar sampai jang seketjil-ketjilnja.
Saja diri-hatikan oleh gubernur-gubernur lain dalam hal ini.
Dengan sikap seperti itu masjarakat otomatis digairahkan pada
kotanja. Saja djuga merasa gembira karena pemerintah daerah
sedikit-sedikit bisa memberi sumbangan dalam keadaan serba sulit
ini. Apa jang tidak menggembirakan saja adalah kenjataan bahwa
Djakarta tidak bisa membangun sepesat seperti juga saja
harapkan"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini