Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ali Sadikin: Partisipasi & Biaya

Wawancara tempo dengan gubernur DKI Jaya Ali Sadikin tentang pembangunan Jakarta. Partisipasi masyarakat tinggi. judi tetap dipertahankan agar bisa dikontrol. Hubungan antara warga & kotanya akrab.

19 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

4 TAHUN jang lalu Ali Sadikin memilih peran sebagai Harun Al Rasjid: dua hari berturut-turut keliling kota, turun naik bus, kepanasan dan kehudjanan. Diantara orang jang berdesakan dan berlarian, di tengah-tengah bau apak dan kebrengsekan Gubernur itu mempertanjakan sesuatu. Sebagai djawabnja ia mendirikan beberapa terminal bus dan banjak sekali bus-shelter. Ketika pada suatu malam ulangtahun Djakarta ia menjaksikan berpuluh pasang mata berbinar menatap dekorasi lampu jang gemerlapan diangkasa, djenderal itu merasa seperti kedjatuhan pahala besar. Dia telah melihat, mendengar memikirkan dan mengerdjakan apa sadja jang menurut dia baik dan belum tentu menurut orang lain baik untuk dikerdjakan. Dalam satu wawantjara dengan TEMPO, Ali Sadikin mengemukakan pendapatnja tentang beberapa masalah. Partisipasi rakjat "Partisipasi itu matjam-matjam. Kalau partisipasi dalam arti membangun saja merasa puas. Masjarakat telah membangun berlipat-kali dari apa jang telah dilakukan DCI. Mengenai partisipasi dalam disiplin masih lebih bisa ditingkatkan. Ini erat hubungan-nja dengan budi pekerti dengan lingkungan dirumah, dengan pendidikan. Untuk merubah budi pekerti adalah satu pekerdjaan raksasa. Dan akan memakan satu generasi dari sekarang. Dipihak lain saja berpendapat law-enforcement tidak mungkin dilaksanakan lebih keras seperti jang banjak dipraktekkan di kota-kota besar dinegara lain. Karena kondisinja djuga lain. Apa jang saja kerdjakan sekarang ialah mentjiptakan hidup jang normal dalam segala hal, dalam pemerintahan, dalam service, dalam tata-hidup kota. Anak-anak sekarang tidak mengenal hidup jang normal, tapi saja mengenalnja dalam zaman Belanda. Katakanlah itu zaman kolonial, tapi seorang pegawai negeri dengan gadjinja bisa membiajai rumahtangga, bisa rekreasi dan menabung. Dalam hal ini pegawai negeri saja djadikan patokan. Dengan gadjinja sekarang pegawai negeri belum tentu bisa mengirimkan anaknja kesekolah. Apalagi untuk20menabung. Hidup jang kita alami sekarang tidak normal hidup diluar negeri itu jang normal. Saja ingin mentjipta-kan hidup jang normal iu di Djakarta Pembangunan & biaja "Kalau terus demikian maksudnja kalau biaja tetap terbatas -- maka saja pikir kota tidak ada kemadjuan. Karena itu saja harus mentjegah defisit. Saja harus kedjar 8 miljar. Saja minta 5 miljar pada pusat, saja dapat hanja 3. Tapi pembangunan Djkakarta harus diteruskan sesuai dengan master-plan. Saja tentu tidak bisa menunggu UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah jang sampai sekarang masih terkatung-katung:"Padjak: "Dinas Padjak DCI menghasilkan 6 miljar dari 8 miljar itu dengan 1.600 orang petugas padjak bukankah ini satu prestasi'? Dalam bidang perpadjakan DCI melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi". Djudi "Saja katakan djudi bukanlah sumber jang inkonvensionil. Orang lain jang mengatakan demikian. Bagi saja djudi itu sumber jang konvensionil seperti sumber-sumber lainnja. Sumber ini dikeluar-kan berdasarkan hukum jang ada. Saja berpendapat djudi tidak bisa diberantas. Saja tutup casino dan Petak Sembilan, ditempatt lain djadi djalan terus. Saja akan mempertahankan djudi karena dengan demikian djudi bisa saja kontrol". Penjelewengan "Saja tidak bisa mengatakan bahwa pemerintah saja bersih. Penjelewengan tentu ada, tapi seberapa besar dapat diukur dari kenjataan bahwa dari seluruh rentjana pembangunan DCI seluruhnja 35.000 orang, bekerdja keadaan primitif. Di banding 120.000 pegawai jang melajani 10 djuta penduduk Tokio lengkap dengan komputer dan elektrifikasi, tjoba katakan apakah ini tidak efektif? Mengenai penjelewengan besar, saja tidak ribut-ribut. Biasanja orang jang tersangkut diselidiki kemudian perkaranja diserahkan pada pengadilan. Sesudah vonnis hakim djatuh -- baru boleh ribut. Jang melakukan penjelewengan ketjil dikenakan mutasi". Organisasi pemerintahan "Saja bukan pamong, tapi saja banjak beladjar dari Pak Mashudi bekas gubernur Djawa Barat Apa jang saja lakukan pertama kali sesudah saja diangkat djadi gubernur adalah melakukan rekonstruksi organisasi, pembagian tugas jang lebih djelas, menegakkan hukum-hukum kepegawaian dan melindungi karier pegawai. Saja melakukan beberapa kali perombakan untuk mentjapai kesempurnaan. Tidak betul kalau orang mengatakan di DCI berlaku one-man organization. Memang kepemimpinan ada pada saja tapi disini tidak ada one-man organization". Menggembirakan & tidak "Apa jang menggembirakan saja ialah sudah ada rasa hubungan antara penduduk dan kotanja. Sebagai bukti hampir seluruh suratkabar ibukota menaruh perhatian besar sekali terhadap masalah kota, dari masalah besar sampai jang seketjil-ketjilnja. Saja diri-hatikan oleh gubernur-gubernur lain dalam hal ini. Dengan sikap seperti itu masjarakat otomatis digairahkan pada kotanja. Saja djuga merasa gembira karena pemerintah daerah sedikit-sedikit bisa memberi sumbangan dalam keadaan serba sulit ini. Apa jang tidak menggembirakan saja adalah kenjataan bahwa Djakarta tidak bisa membangun sepesat seperti juga saja harapkan"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus