Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Ali Sadikin memulai program perdana Keluarga Berencana di DKI Jakarta.
Kampanye Keluarga Berencana Ali Sadikin diikuti pemerintah pusat.
Ali Sadikin tak segan mengkampanyekan Keluarga Berencana dengan mempromosikan kondom.
GARA-GARA menulis di koran tentang kepadatan penduduk Jakarta, Haryono Suyono dipanggil Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Haryono, kini 84 tahun, mengatakan pertemuan itu diadakan menjelang kongres Keluarga Berencana yang digelar pada Februari 1967. “Pak Ali meminta saya menyusun pidato untuk konferensi itu,” kata Haryono kepada Tempo, Jumat, 12 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jejak pidato Ali Sadikin terekam dalam penggalan video yang dirilis Arsip Nasional Republik Indonesia. Ali berpidato dalam Kongres Ke-1 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di Jakarta. Haryono mengklaim pidato Ali yang isinya mendukung program KB itu mendapat tepuk tangan meriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ali lantas menginisiasi KB di Jakarta kendati program itu belum berlaku nasional. Dalam memoar Bang Ali Demi Jakarta 1966-1977 yang ditulis Ramadhan K.H., Ali Sadikin memproklamasikan Jakarta sebagai pelaksana proyek perintis KB pada April 1967. Kala itu Ali Sadikin menyatakan diperlukan pembatasan kelahiran untuk kota besar.
Sejarawan Bondan Kanumoyoso mengatakan Ali menjalankan program yang diinisiasi PKBI—berdiri pada 1957. Salah satu anggota PKBI ialah Suharto, dokter keluarga Presiden Sukarno. Adapun menurut sejarawan JJ Rizal, Ali Sadikin mendukung KB kendati mentornya, Sukarno, menginginkan Indonesia menjadi negara berpenduduk besar.
Menurut Haryono, kampanye PKBI tak terlalu diterima masyarakat lantaran memakai pendekatan klinis. Sedangkan Ali Sadikin menggunakan pendekatan komunitas dengan melibatkan camat, lurah, dan pamong praja, juga menggandeng dokter dan lembaga swadaya masyarakat untuk menjelaskan pentingnya KB.
Hambatan program KB datang dari ulama dan masyarakat yang menggunakan dalil agama. Dalam memoarnya, Ali menceritakan bahwa ia pertama kali mengkampanyekan program KB secara terbuka di hadapan majelis taklim At-Tahiriyah yang banyak diikuti anggota Nahdlatul Ulama.
Ali menyatakan kampanye program Keluarga Berencana di Jakarta tak terlalu ditentang keras. "Di daerah lain, ulama yang aktif membantu KB lantas digelari ‘ulama kondom’," ucap Ali.
Inisiatif Ali mengkampanyekan KB di Jakarta pada 1967 lantas diikuti pemerintah pusat. Presiden Soeharto memerintahkan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Idham Chalid—juga Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama saat itu—mempersiapkan program KB nasional.
Pada 1968, terbentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional. Dua tahun berselang, lembaga ini berubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN. Haryono Suyono membenarkan terbentuknya BKKBN tak lepas dari kiprah Ali Sadikin.
Menurut dia, Soeharto melihat program KB Ali di DKI tak ditentang publik. Selain itu, Idham selaku ketua umum organisasi kemasyarakatan Islam terbesar turut mendukung. "Ini menjadi stimulan keberanian pemerintah pusat," tutur Haryono, yang kemudian berkarier di BKKBN hingga ditunjuk mengepalai lembaga itu pada 1983.
Haryono menyebutkan cara Ali diterima lantaran tak cuma membicarakan perlunya pembatasan jumlah anak. Ali, ketika mensosialisasi program Keluarga Berencana di depan warga Jakarta, juga mengaitkan masalah kependudukan itu dengan persoalan lain. Misalnya kesemrawutan lalu lintas Jakarta dan kekurangan lapangan kerja.
Dalam memoarnya, Ali Sadikin bercerita pernah didatangi Kepala BKKBN Suwardjono Surjaningrat–menjabat 1970-1983—di Balai Kota DKI Jakarta. Menurut Ali, Suwardjono meminta dia memperlihatkan alat-alat kontrasepsi, seperti kondom dan intrauterine device atau KB spiral, di depan warga serta menjelaskan kegunaannya.
Demi menyukseskan program Keluarga Berencana, Ali menyanggupi. “Tidak porno, lho! Saya uraikan, selain menjarangkan kehamilan, alat-alat itu untuk mencegah penyakit. Orang-orang tertawa dan pers meliputnya,” kata Ali.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di Edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kampanye Kondom Antimacet"