Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SISWONO Yudohusodo sudah sepekan terakhir ini sibuk laksana ia dulu (dua kali) menjadi menteri di kabinet Presiden Soeharto. Usianya yang tidak lagi muda?4 Juli mendatang genap 61 tahun?tidak kuasa menahan kegiatannya yang berlipat-lipat belakangan ini.
Meskipun bukan aktivis partai peserta pemilu, tiba-tiba tokoh nasionalis lulusan ITB Bandung ini hadir di panggung calon pemimpin negeri hasil Pemilu 2004. Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia ini diusung sebagai calon presiden oleh 10 partai nasionalis yang bila ditotal-total jumlah suaranya melebihi tiga persen. Jumlah itu, sesuai dengan undang-undang pemilu, sudah cukup bagi gabungan partai untuk mencalonkan kandidat presiden. Pendaftaran akan dibuka pada 6-12 Mei ini.
Bagi politisi yang 10 tahun berada di kabinet dan 20 tahun "bersilat" di MPR ini, tentu Siswono tahu benar kalkulasi politik yang harus dilakukannya. Ia tidak "gampangan" menerima pinangan partai mana saja. "Saya masih harus menilai dan mengkaji situasi agar bisa memutuskan dengan cepat," katanya. Termasuk mempertimbangkan apakah ia akan maju sebagai kandidat presiden atau wakil presiden.
Tentu yang paling memikat adalah pinangan dari Amien Rais, calon presiden dari Partai Amanat Nasional. Meskipun suara PAN tidak sampai tujuh persen dalam pemilu legislatif lalu, Amien didukung luas kalangan Muhammadiyah dan juga para aktivis prodemokrasi yang menentang hadirnya figur militer sebagai kandidat Presiden RI. Amien juga ditempatkan berbagai hasil jajak pendapat di tempat yang tinggi, bersama Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono. Lagi pula, Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu tergolong yang paling serius meminang Siswono. "Kepastiannya hampir 90 persen. Tinggal menunggu pengumuman hasil pemilu legislatif," kata Amien.
Dalam pandangan Ichlasul Amal, bekas Rektor UGM Yogyakarta dan kawan dekat Amien Rais, citra politik Amien Rais sebagai tokoh Islam justru akan menyulitkan Amien jika ia berpasangan dengan tokoh Islam. Karena itu, pilihan kepada tokoh nasionalis yang agamis, dan punya cara pandang yang sama, sangatlah penting untuk menaikkan pamor. "Duet Amien-Siswono bisa mengalahkan SBY-Kalla," Ichlasul meramal.
Siswono tidak mudah menerima pinangan Amien. Penyebabnya, tak semua partai yang mendukungnya menjadi calon presiden sepakat jika ia bergabung dengan Amien sebagai wakil presiden.
"Kontrak politik Siswono dengan kami adalah sebagai calon presiden, bukan sebagai calon wakil presiden," kata Dimmy Haryanto, Ketua Umum Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), salah satu pendukung Siswono.
Dimmy menolak menjelaskan langkah apa yang akan dilakukan jika pilihan Siswono jatuh kepada Amien. Namun sejumlah politisi partai yang mendukung Siswono menyebut bahwa dukungan mereka terhadap Siswono bisa dicabut jika Siswono ke Amien. "Amien dianggap bukan lingkungan yang cocok dengan Siswono," kata politisi itu.
PPDI memang satu di antara tiga partai yang terikat kontrak pencalonan presiden dengan Siswono. Dua partai lainnya adalah PNI Marhaenisme dan Partai Serikat Indonesia. Sulitnya, perolehan suara mereka tak mencukupi batas minimal suara untuk ikut pemilu presiden. Gerilya pun dilakukan untuk mengumpulkan suara dari partai kecil yang lain. Akhirnya, kabarnya terkumpul 6,5 persen suara, jumlah yang cukup untuk mengajukan calon presiden.
Masalahnya tentu bukan sekadar lolos persyaratan, tapi bagaimana harus menang dalam pemilu presiden. "Jelas kami butuh dukungan besar untuk menang," kata Dimmy. Koalisi akhirnya menjadi pilihan. Siswono menghitung, jika "klub"-nya ini bisa menggaet Partai Kebangkitan Bangsa, mungkin peluang menang muncul. Suara PKB sekarang 11,7 persen. Gabungan partai pendukung Sis punya 6,5 persen. Totalnya lebih dari 18 persen. Jika Abdurrahman Wahid menyokong, Siswono berharap terjadi kejutan dalam pemilu presiden nanti.
Harapan itu besar lantaran Siswono belum lama ini sempat bersafari dengan Gus Dur ke sejumlah pesantren NU dari Lasem hingga Buntet.
Komentar Abdurrahman? "Saya tak pernah janji apa-apa. Saya juga sering runtang-runtung dengan siapa pun, tapi saya tak mendukung siapa pun," kata Gus Dur kepada TEMPO. Ketua Dewan Syuro PKB ini juga memastikan tak akan menyokong siapa pun dan dari partai mana pun.
Dengan jawaban Gus Dur yang jauh "di awan" itu, rasanya kalkulasi politik Siswono tentang ke mana ia harus bergabung menjadi semakin gamblang.
Widiarsi Agustina, Istiqomatul Hayati (TNR)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo