TERSIKSA pemberitaan "miring" media massa dan kritik anggota DPR, anggota KPU Anas Urbaningrum mengembalikan dua mobil dinasnya—baik yang lama, Toyota Soluna, maupun jatah barunya, Toyota Kijang Krista. Padahal, ia dan koleganya layak menerimanya. Pengembalian itu terhitung Senin 12 Januari lalu.
"Teman-teman (pers) bisa melihat (beban) pekerjaan KPU," kata Anas dalam konferensi pers di kantor KPU, Jumat pekan lalu. Ia menganggap pers tidak fair bila membandingkan KPU dengan lembaga lain. Ia menunjuk persetujuan Departemen Keuangan sebagai prosedur pembagian yang sudah dipenuhi.
"Prosedur" lainnya, mungkin: harga mobil yang di bawah plafon Rp 350 juta. Maka, Ketua KPU Nazaruddin Syamsudin dan dua anggota KPU, Daan Damara dan Mulyana W. Kusumah, memilih Nissan X-Trail. Wakil Ketua Ramlan Surbakti mendapat Toyota Camry, bersama anggota KPU Rusadi Kantaprawira. Sedangkan tiga anggota lain, Valkina Sangka Subekti, Chusnul Ma'riyah, dan Hamid Awaluddin, masing-masing memilih Toyota New Corolla Altis, Nissan Super Salon, dan Honda CRV.
Pembelian mobil baru, kebebasan memilih jenis dan merek mobil, disepakati dalam pertemuan anggota KPU dengan pejabat Sekretariat Jenderal KPU, sebulan lalu. Dananya diambil dari anggaran Pemilu 2003 dengan persetujuan Menteri Keuangan. Sebab, KPU dianggap berhasil menghemat Rp 13 miliar saat mengadakan ratusan kendaraan (mobil dan motor) operasional KPU daerah se-Indonesia, tahun lalu.
Sejumlah LSM dan anggota DPR pun langsung mengecam anggota KPU tidak peka dengan kondisi keuangan negara. Jika KPU bisa membawa Pemilu 2004 berjalan sukses, kata Luky Djani dari ICW, baru mereka pantas meminta fasilitas. "Tunjukkan kerjanya dulu, baru mikir yang lain," katanya.
Kepada satu stasiun televisi, Anas mengatakan ia mengembalikan mobil-mobil dinasnya karena ingin bekerja dengan tenang, tidak ingin keluarganya terganggu, dan ingin menunjukkan bahwa tanpa fasilitas kendaraan pun pekerjaannya sebagai anggota KPU tidak akan terganggu. Tapi, kepada rekan-rekan KPU-nya, ia meminta agar mereka tidak mengikuti jejaknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini