Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
IA orang Pekalongan yang terpesona kepada polisi keturunan bangsawan Sumedang bertubuh tinggi, menunggang Harley-Davidson, dan menyelipkan pistol di pinggang. Sebelum memutuskan masuk sekolah polisi, Hoegeng Iman Santoso menempuh studi hukum. Tugasnya pada awal kemerdekaan adalah mengumpulkan informasi untuk menjaga Republik tetap utuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengenakan seragam cokelat, Hoegeng tak pernah melupakan pesan ayahnya untuk selalu menjaga nama baik. Ia menyingkirkan barang mewah pemberian cukong dan menghardik pengusaha yang berniat menyuapnya. Dekat dengan Sukarno—bahkan berani mengejeknya meski ia baru lulus dari sekolah kepolisian—Hoegeng tak gentar melawan keinginan presiden yang tak sesuai dengan aturan. Sikap yang sama ditunjukkannya ketika berhadapan dengan Soeharto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Loyalitas kepada sumpah jabatan membuat Hoegeng tergeser sebelum usia pensiun tiba. Hidupnya tak lagi mudah setelah dia mengusut kasus seorang pengusaha yang dekat dengan penguasa. Masa senjanya pun diwarnai berbagai sensor dan pencekalan. Berpulang pada usia 82 tahun, Hoegeng memilih tak “berkumpul” dengan para penjahat yang mendahuluinya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo