Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Hamdan, 40 tahun, sepanjang hari berjibaku membantu membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan rumah yang ambruk akibat gempa Cianjur, Jawa Barat, bermagnitudo 5,6 tersebut. Sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT) 04 di Desa Cibeureum, Cianjur, Jawa Barat, Hamdan merasa bertanggung jawab terhadap warga-warganya yang masih hilang tertimbun tanah dan belum mendapat pertolongan. “Kami temukan 13 jenazah tertimbun dan diperkirakan masih banyak lagi,” kata dia ketika ditemui pada Selasa, 22 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hamdan menceritakan, gempa yang berlangsung siang bolong pada Senin lalu itu merobohkan sedikitnya 50 rumah di kampungnya. Dari jumlah tersebut, terdapat enam titik kawasan terparah. Disinyalir banyak rumah ambruk seketika saat dihantam lindu. Para penghuni rumah yang terperangkap diduga meninggal tertimbun dan belum dapat dievakuasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hamdan menunjukkan kepada Tempo sederet rumah di RT 04 yang ambruk bersamaan. Terhitung, sedikitnya ada sembilan rumah roboh dengan kondisi tiang dan dinding yang hancur akibat gempa. Lalu atap yang sudah hampir menyentuh tanah. Para penghuni yang tak menyelamatkan diri disinyalir masih tertimbun bangunan. “Satu di antaranya rumah dua tingkat. Di sana, ada dua orang yang belum dievakuasi,” ujar dia.
Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 itu mengguncang Kabupaten Cianjur pada pukul 13.21 WIB, Senin lalu. Bencana ini mengakibatkan ratusan orang meninggal dan ribuan bangunan rusak parah. Lindu berdampak luas karena berpusat di dataran Cianjur, tepatnya pada koordinat 6,84 lintang selatan-107,05 bujur timur dan terletak di kedalaman 10 kilometer.
Tanpa Bantuan dan Sulit Akses
Ketika gempa berlangsung, masyarakat mendengar deru dan dentuman keras, diiringi bumi yang bergoyang. Lalu ribuan bangunan runtuh seketika. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terdapat 6.570 rumah rusak berat dan mengakibatkan 58.362 warga mengungsi. Jumlah korban jiwa juga terus bertambah, dari 162 jiwa kini menjadi 268 jiwa.
Menurut Hamdan, jumlah tersebut termasuk 13 korban jiwa dari kampungnya, Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang. Dia memperkirakan masih banyak korban yang tertimbun dan belum dievakuasi. Apalagi tidak ada bantuan dari BNPB ataupun pasukan TNI-Polri. Hanya Hamdan dan warga lain dibantu relawan yang berjibaku menyingkirkan sisa-sisa puing reruntuhan bangunan.
Dari puluhan rumah yang ambruk di kampungnya, belum semua bisa diakses melalui jalan dan peralatan evakuasi. Warga dan relawan membiarkannya teronggok karena keterbatasan tenaga dan alat. Mereka saat ini mengevakuasi para korban yang tertimbun dengan alat seadanya secara bertahap dari satu rumah ke rumah lain. Hamdan juga turut membantu meruntuhkan sisa-sisa dinding menggunakan alat pembelah batu. Dia heran karena belum ada bantuan yang datang ke kampungnya.
Tidak hanya bantuan evakuasi, pengungsi di Desa Cibeureum juga belum mendapat bantuan logistik dari BNPB ataupun pemerintah daerah. Terutama bantuan tenda darurat, dapur umum, alas dan selimut, serta fasilitas sanitasi. Praktis kebutuhan itu mereka penuhi secara mandiri. Bahkan warga harus bahu-membahu secara patungan agar dapat membeli mi instan.
Hingga kemarin, warga masih menunggu uluran tangan pemerintah yang telah mendata mereka sebagai korban. "Kalau memang logistik makanan belum ada, setidaknya bantuan tenda, matras, dan selimut. Biar tidak tidur beralaskan karung. Kasihan banyak anak-anak dan balita," ujar Hamdan.
Warga yang terkena dampak gempa berada di posko pengungsian di Desa Sarampad, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 22 November 2022. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.
Tak jauh dari rumah Hamdan, terdapat Uyung Yulianti, 39 tahun, warga RT 04 yang kesulitan makan karena belum mendapat bantuan logistik. Uyung dan anaknya yang berusia 8 tahun terpaksa tinggal di tenda darurat yang beratapkan terpal tanpa dinding dan beralaskan karung.
"Itu rumah saya yang di pinggir SD, yang roboh dan rata dengan tanah. Tidak ada yang bisa saya ambil, boro-boro mikirin barang apa saja yang mau dibawa, sudah selamat saja sudah anugerah bagi saya," kata Uyung di pengungsian.
Saat gempa terjadi, Uyung sedang duduk di teras tetangganya dan anaknya sedang bermain di halaman rumahnya. Tetiba dia mendengar teriakan 'lini-lini, kalaluar tong di imah' (gempa-gempa, keluar semua jangan di rumah). Mendengar itu, Uyung pun spontan bergegas menggendong anaknya dan lari ke arah lapangan sekolah dasar.
Di depan matanya, Uyung melihat tiang depan rumahnya bagian kanan roboh. Disusul atapnya ambruk dan rumah peninggalan suaminya itu pun ambruk rata dengan tanah. Awalnya, dia bersama warga lain hendak tinggal di salah satu ruangan di SD itu. Namun gempa susulan, yang terjadi sekira pukul 15.20, juga merobohkan bangunan sekolah tersebut.
Persediaan Tenda Terbatas
Sejumlah lokasi pengungsian yang belum terjangkau untuk pendistribusian bantuan antara lain berada di Kecamatan Pacet dan Cugenang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama pemerintah daerah menyatakan bakal secepatnya mendistribusikan bantuan setelah akses jalan kembali terbuka.
Pranata Humas Ahli Muda BPBD Provinsi Jawa Barat, Andrie Setiawan, menuturkan hampir seluruh wilayah meminta tenda untuk tempat pengungsian. Sebagian warga belum berani tinggal di rumah dan tidak sedikit yang kehilangan tempat tinggal sehingga lebih memilih tinggal di posko pengungsian yang hanya beratapkan terpal. "Posko dengan atap terpal tidak aman saat musim hujan seperti ini. Tapi persediaan tenda dari pemerintah juga saat ini masih terbatas," ujarnya.
Anggota Badan SAR Nasional melakukan pencarian korban yang tertimbun bangunan beton di Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, 22 November 2022. TEMPO/Prima Mulia
Berdasarkan pantauan Tempo, wilayah Kecamatan Cugenang, Pacet, dan Cipanas menjadi pusat gempa dengan banyak korban jiwa. Di sana, banyak warga mendirikan tenda darurat dari terpal dan plastik. Ada yang mendirikannya di pelataran perkantoran, lapangan, kebun, bahkan di antara sawah yang masih tergenang. Balita dan anak-anak terlihat mengalami demam dan belum mendapat bantuan medis.
Camat Cipanas Firman Edi mengatakan, dari tujuh desa yang berada di wilayahnya, hanya satu desa yang mengalami guncangan hebat. “Itu pun dari beberapa bangunan dan rumah yang roboh, yang paling hebat itu di Cugenang dan Pacet,” ujar dia. Saat ini BPBD masih melakukan asesmen untuk mendapatkan data dan informasi terbaru dari para korban gempa. “Asesmen oleh BPBD dan stakeholder lainnya," kata Firman.
Presiden Joko Widodo serta Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meninjau lokasi yang terkena dampak gempa di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, 22 November 2022. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Bantuan Ada di Pengungsian Terpusat di Kecamatan
Adapun pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan lembaganya sudah menyisir seluruh wilayah di Cianjur, termasuk Cugenang dan Cibeureum, yang terkena dampak gempa. Dia menjamin tak ada pengungsi yang belum mendapat bantuan logistik dan personel untuk evakuasi. “Kalau masyarakat mengungsi di depan rumah masing-masing, silakan datang ke pengungsian terpusat di kecamatan,” kata dia.
Pembenahan akses jalan dianggap mendesak untuk membantu para korban yang membutuhkan perawatan. Muhari mengatakan belum bisa mengirim bantuan ke setiap rumah warga, terutama mereka yang mendirikan tenda pengungsian mandiri di depan rumah masing-masing. Adapun 155 korban yang hilang masih terus dicari. Pemerintah tengah mengerahkan seluruh sumber daya untuk berupaya mengevakuasi para korban.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Dudung Abdurrahman, mengatakan sudah menerjunkan 12 ribu personel TNI AD yang disebar di semua wilayah Cianjur yang terkena dampak gempa. Tentara diperintahkan membantu membuka akses dan mendata korban. “Fokus kami tetap menjalankan tugas menolong dan siap siaga dalam keadaan darurat. Adapun waktu sampai kapan tanggap darurat ini, nanti tunggu arahan dan instruksi dari Panglima TNI," kata Dudung.
Presiden Joko Widodo meminta Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy segera memastikan jumlah korban bencana yang sudah ditangani, termasuk menjamin pemenuhan hak dasar bagi pengungsi. Pemerintah memastikan para korban diberi dana bantuan. Untuk korban dengan rumah yang hancur berat akan diberi bantuan Rp 50 juta, yang sedang Rp 25 juta, dan yang ringan Rp 10 juta. “Nanti bangun rumahnya yang kuat, yang tahan akan gempa," kata Presiden Jokowi saat berkunjung ke lokasi pengungsian.
Deputi Penanganan Darurat BNPB, Fajar Setyawan, menjelaskan bahwa BNPB berkewajiban memberikan bantuan kepada semua korban gempa Cianjur. Namun, kata dia, biasanya terdapat warga yang masih enggan beranjak dari rumah masing-masing. Dia berujar, “Tapi, kalau di pusat pengungsian, pasti sudah mendapat bantuan.”
Fajar menyatakan akan mengevaluasi lokasi yang belum tersentuh bantuan. Evaluasi tersebut termasuk proses distribusi bantuan, pencarian, penyelamatan, dan evakuasi para korban. Bantuan bagi korban gempa Cianjur saat ini terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti air bersih, layanan kesehatan, makanan, dan tempat tinggal.
AVIT HIDAYAT | M.A. MURTADHO | MIRZA BAGASKARA | HELMALIA PUTRI (MAGANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo