Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TRAGEDI Kanjuruhan 1 Oktober 2022 mengingatkan kita pada invasi lapangan suporter sepak bola ketika Manchester City menjadi kampiun Liga Primer Inggris pada 13 Mei 2012. Waktu itu pendukung City yang sudah 44 tahun menunggu piala berhamburan ketika Sergio Aguero menutup laga melawan Queens Park Rangers di Stadion Etihad dengan skor 3-2 pada menit terakhir pertandingan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para suporter City meluapkan kegembiraan. Tak ada yang cedera, apalagi terbunuh oleh letupan gas air mata yang dilepaskan polisi penjaga pertandingan. Pendukung City yang larut dalam ekstasi kemenangan tak menghiraukan Football Offences Act 1991. Soalnya, meski Undang-Undang Pelanggaran Sepak Bola ini masih berlaku, pelanggarnya tidak selalu dituntut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Invasi suporter ke lapangan sepak bola untuk meluapkan kegembiraan terus berulang. Misalnya dalam laga akhir musim antara City dan Aston Villa di Stadion Etihad pada 22 Mei 2022. Kemenangan City yang menjuarai Liga Primer 2021-2022 itu tercoreng ulah suporternya. Setelah wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir, ratusan suporter City masuk ke lapangan. Beberapa di antaranya mendorong dan menyerang kiper Aston Villa, Robin Olsen, saat ia dengan polos berjalan keluar dari lapangan.
Invasi lapangan yang berbuntut penyerangan pemain juga menular ke liga kasta kedua Inggris, Liga Championship. Dalam pertandingan semifinal yang mempertemukan Nottingham Forest dengan Sheffield United pada 17 Mei 2022, seorang pendukung Forest masuk ke lapangan dan menyambangi Billy Sharp, lalu menandukkan kepalanya ke tubuh kapten dan penyerang Sheffield itu. Suporter yang bernama Robert Bigg, 30 tahun, tersebut telah ditangkap dan dibui selama 24 pekan.
Pelanggaran-pelanggaran oleh suporter sepak bola cukup menjadi alasan bagi penyelenggara Liga Primer dan Football Association (FA) untuk membuat aturan baru yang memberi sanksi lebih berat dari klub. Menurut aturan baru itu, suporter yang menginvasi lapangan otomatis mendapat pencekalan dari klubnya. Begitu pula suporter yang ketahuan membawa suar dan bom asap. Pelanggar yang teridentifikasi akan dilaporkan ke polisi.
Liga Primer dan FA akan bekerja sama dengan klub meningkatkan pencarian pelaku pelanggaran invasi lapangan. Selain itu, penyelenggara Liga Primer akan meningkatkan penggunaan anjing pelacak di stadion. FA juga bekerja sama dengan platform media sosial akan menghapus dengan cepat video perilaku ilegal yang dibuat oleh pendukung klub. Orang tua atau pendamping anak-anak yang terlibat pelanggaran ada kemungkinan juga tak akan diizinkan masuk stadion.
Kematian massal pendukung Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu, 1 Oktober lalu, mendorong Presiden Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) Gianni Infantino mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo pada 5 Oktober lalu. Ia menyarankan perbaikan tata kelola sepak bola Indonesia.
Infantino menulis perlu upaya kolaboratif antara FIFA, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), pemerintah Indonesia, dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dalam memperbaiki tata kelola sepak bola. Perbaikan itu di antaranya tentang standar keamanan stadion serta protokol dan prosedur operasi standar pengamanan kepolisian.
Perbaikan juga diarahkan pada sosialisasi kepada klub dan suporter tentang pencegahan kekerasan serta penjadwalan pertandingan dengan tujuan menghindari waktu pertandingan yang dapat meningkatkan risiko tertentu. Selain itu, pembentukan tim pendamping dari kumpulan ahli yang memberikan saran langsung dalam berbagai tindakan dan program yang dilakukan sebagai bagian dari reformasi yang lebih luas.
Dengan begitu, FIFA tak memberikan sanksi meski ratusan nyawa melayang akibat kelalaian polisi memakai gas air mata di dalam stadion, yang terlarang dalam aturan federasi sepak bola seluruh dunia itu. Merespons surat FIFA tentang invasi suporter sepak bola, Presiden Joko Widodo merasa lega. “Alhamdulillah, sepak bola Indonesia tak mendapat sanksi,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo