Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tancap Gas Investigasi

Rubrik Investigasi lahir setelah Tempo terbit kembali pada 1998. Semangat investigasi sudah tumbuh jauh sebelumnya.

6 Maret 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pelatihan Investigasi Bersama Tempo di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, April 2018. tempoinstitute.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Rubrik investigasi lahir setelah Tempo terbit kembali pada 1998

  • Tempo telah memiliki tradisi jurnalisme investigasi sejak awal berdiri.

  • Tempo kini mengembangkan jurnalisme investigasi berkolaborasi dengan media lain.

REFORMASI 1998, yang menumbangkan rezim Orde Baru, membuka kembali peluang kebebasan pers. Departemen Penerangan tak lagi mensyaratkan surat izin usaha penerbitan bagi siapa saja yang ingin mendirikan perusahaan media. Tempo, yang dibredel pemerintah Soeharto pada 1994, pun punya peluang hidup kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski ada perdebatan apakah Tempo perlu hidup kembali atau dibiarkan mati sebagai legenda pers, suara yang menginginkannya terbit lagi lebih banyak. Akhirnya, pada pertengahan 1998, Tempo membentuk PT Tempo Inti Media yang menjadi penerbit majalah Tempo. Namun Tempo baru praktis berangkat dari nol.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak semua awak Tempo lama bergabung, antara lain karena ada yang sudah bekerja di Gatra, majalah yang didanai pengusaha kayu Bob Hasan. Maka manajemen Tempo baru merekrut orang-orang baru, baik wartawan gres maupun dari media lain. Salah satunya Hermien Y. Kleden, wartawan Matra, majalah gaya hidup.

Sebagai media baru, Tempo melesat dengan semangat menggebu. Rubrik yang belum pernah ada pun didirikan: Investigasi. Tema utama edisi perdana adalah simpang-siur isu pemerkosaan massal warga etnis Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998. “Sebetulnya kami bingung bagaimana mengelola rubrik baru ini,” kata Hermien, Sabtu, 6 Maret lalu. Hermien pensiun dari Tempo dua tahun lalu.

Pemerkosaan: Cerita & Fakta

Di rubrik Investigasi, ada empat wartawan selain Hermien, yakni Andari Karina Anom, Mardiyah Chamim, Hardi R. Hermawan, dan Karaniya Dharmasaputra. Semuanya orang baru—mereka yang tak bekerja di Tempo sebelum dibredel. Pemimpin Redaksi Tempo Goenawan Mohamad meminta tim ini membuktikan desas-desus pemerkosaan.

Selama dua bulan, pada Agustus-September 1998, tim investigasi bergerak menelusuri informasi itu. Mereka wira-wiri di kalangan aktivis, mendatangi komunitas dokter dan warga etnis Tionghoa, serta menemui puluhan orang yang diduga mengetahui peristiwa pemerkosaan. Namun, sampai tenggat, tak satu pun korban pemerkosaan mereka temukan. Seorang dokter yang mengaku pernah merawat tujuh korban tutup mulut.

Pemerintah, sementara itu, gencar membantah isu tersebut. Walhasil, jangankan korban, saksi yang “berani” bercerita saja tidak mereka dapatkan. Tapi selalu ada keberuntungan dalam kerja yang ulet. Hermien terhubung dengan seseorang yang mengaku merawat satu korban pemerkosaan. Perempuan itu diberi nama samaran Mona.

Mona tinggal berpindah-pindah. Hermien menelusuri lokasi pengungsian Mona, bahkan sampai menemukan rumah yang menjadi tempat pemerkosaan. “Rumahnya sudah tidak dihuni. Saya memanjat jendela untuk bisa masuk,” tutur Hermien. Dari Mona, Hermien mendapat cerita detail bagaimana peristiwa traumatis itu terjadi.

Cerita tentang Mona muncul dalam artikel “Mona, di Balik Seprai Kembang”. Investigasi tentang pemerkosaan itu menjadi cerita sampul edisi pertama Tempo pada awal Oktober 1998 dengan gambar mata menangis yang dibuat desainer S. Malela Mahargasarie.

Meski Investigasi secara nama rubrik baru ada setelah 1998, investigasi sebagai metode liputan sudah lama ada di tubuh Tempo. Karena itu, di Tempo, penyebutan “investigasi” selalu mengandung dua makna: nama rubrik dan semangat meliput. Pembredelan pada 1994 terjadi akibat ketersinggungan Soeharto lantaran liputan pertentangan para menteri mengenai impor kapal perang bekas dari Jerman.

Pembelian kapal itu meruapkan bau korupsi. Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad salah satu yang menentangnya. Dari situ, Mar’ie dikenal sebagai “Mr Clean”. Biaya pembelian kapal itu diduga digelembungkan. Belakangan, satu kapal tenggelam di Laut Spanyol ketika hendak dilayarkan ke Indonesia.

Upaya mengusung jurnalisme investigasi tak hanya berujung pada pembredelan. Dampak paling terasa adalah berkurangnya pendapatan, bahkan sirkulasi. Mantan Direktur Keuangan Tempo Inti Media, Harjoko Trisnadi, mengungkapkan, Tempo pernah memuat berita tentang dugaan pelanggaran di Garuda Indonesia yang ketika itu dipimpin Wiweko Soepono. Wiweko marah dan mencabut semua iklan. “Yang merepotkan, Wiweko melarang seluruh pesawat Garuda mengangkut Tempo,” ujar Harjoko.

Tim sirkulasi kemudian menitipkan majalah ke ekspeditor daging yang menjadi rekanan Garuda. Berhasil. Majalah Tempo tetap terkirim ke pelbagai daerah.

Pada masa setelah pembredelan, cara memotong iklan oleh perusahaan yang tersinggung oleh liputan Tempo berlanjut. Bahkan mereka menggugat Tempo ratusan miliar rupiah ke pengadilan. Sewaktu Tempo menulis dugaan transaksi fiktif pembangunan gedung Bank Jabar Banten, bank tersebut memindahkan iklan setahun ke media lain. Direksi Tempo baru menginformasikan pencabutan iklan itu kepada redaksi setahun kemudian.

Pada awalnya, kompartemen investigasi Tempo dirancang untuk menghasilkan liputan investigasi setiap pekan. Namun, karena keterbatasan sumber daya, penerbitan dilonggarkan menjadi per dua-tiga bulan. “Kami harus realistis, sangat berat menghasilkan laporan investigasi setiap pekan dan bisa berdampak pada kualitas berita,” ucap Toriq Hadad, Pemimpin Redaksi Tempo 2006-2010. 

Goenawan Mohamad hanya menjabat pemimpin redaksi kurang dari setahun. Pada 1999, ia mendelegasikan jabatan itu kepada Bambang Harymurti. Toriq menggantikannya pada 2006. “Tim investigasi melakukan peliputan-peliputan khusus yang tidak memungkinkan dikerjakan oleh kompartemen lain,” Toriq mengenang. 

Sejak itu, jurnalisme investigasi menjadi salah satu kekhasan Tempo. Majalah ini rutin menyajikan laporan investigasi setiap bulan. Bahkan, pada suatu ketika, setelah tahun 2000, rubrik Investigasi muncul setiap dua pekan karena rubrik ini memiliki dua tim.

Liputan investigasi dengan karakteristik berorientasi membongkar kasus besar dan sistematik itu tidak mudah dikerjakan. Faktor yang membedakan liputan investigasi dengan tulisan rubrik lain adalah karakter kasus yang diungkap. Sementara rubrik Nasional atau Hukum atau rubrik reguler lain mengungkap isu-isu yang sedang terjadi, rubrik Investigasi membongkar kasus yang tak terungkap dan cenderung ditutupi.

Dihadang Ombak dan Biaya Besar

Rubrik Investigasi ingin mengembalikan marwah investigasi ke makna sebenarnya, yakni to investigate, mengungkap. Di Tempo, makna itu ditambahi: “mengungkap kejahatan yang sengaja ditutupi”. Karena itu, liputan dalam rubrik ini acap mengulik aktor yang menutupi penyelewengan tersebut. Sementara liputan desk lain lebih berat pada unsur “how”, bagaimana, Investigasi lebih banyak mengungkap “who”, baru “how” sebuah korupsi terjadi. 

Wahyu Dhyatmika, Pemimpin Redaksi Tempo sekarang, bertekad mempertahankan jurnalisme investigasi. “Tempo dan investigasi adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan,” katanya. “Liputan investigasi adalah napas setiap jurnalis Tempo.”

Wahyu, 43 tahun, penerima beasiswa Nieman dari Harvard University, Amerika Serikat, punya jaringan luas ke wartawan internasional. Karena itu, di eranya, kolaborasi liputan dengan lembaga internasional dan media luar negeri lumayan gencar. Salah satunya melalui program Investigasi Bersama Tempo.

Habibie dan Kapal Itu

Program ini, melalui Tempo Institute yang dipimpin Mardiyah Chamim, mendapat dukungan pendanaan dari Free Press Unlimited. Metodenya pun unik, yakni melibatkan wartawan daerah yang menyajikan liputan di wilayahnya. Beritanya, selain dimuat di media si wartawan, dipublikasikan di Tempo. Cara ini bertujuan menambah dampak liputan investigasi, selain mendorong profesionalisme serta kompetensi wartawan daerah dalam investigasi.

Program terbaru adalah kolaborasi liputan dengan wartawan di 13 negara, setelah Tempo juga turut dalam aliansi global membongkar Panama Papers. Kolaborasi itu berada di bawah Pulitzer Center, lembaga jurnalisme prestisius di Amerika. Bersama 13 media dunia, Tempo terlibat dalam reportase isu deforestasi yang menjadi tantangan berat penanganan krisis iklim.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus