INILAH seri kedua balada Lestari, 23 tahun, sebuah kisah duka yang hampir lestari. Bermuka manis, perempuan semampai dengan rambut pendek bergelombang ini sudah nyelip di ruang kuliah Fakultas Kedokteran UNS (Universitas Negeri Sebelas Maret) Solo, sejak Maret lalu. Dengan nama alias Tari E. Nasution, ia ikut hampir semua mata kuliah, sampai praktek di rumah sakit. Dalam tasnya selalu berisi stetoskop dan pakaian praktek di laboratorium. Di pondokannya, tak jauh dari kampus, sekali tempo ada diskusi medis dengan teman-temannya. Lalu, waktu kuliah tentang jantung awal Juni silam, ada yang ganjil pada Tari. Beberapa mahasiswa curiga. Lalu, mereka mengecek ke Slamet Aby, Kepala Tata Usaha Fakultas Kedokteran. Periksa punya periksa, Slamet mengerutkan dahi. Urusan lalu dilaporkan kepada Pembantu Rektor. Pemimpin fakultas bersidang. Hasilnya? "Dia mahasiswa palsu. Komputer menjawab, di fakultas kedokteran tak ada nama Lestari atau Tari Nasution," kata dr. Soecipto, Dekan FK UNS. Hari berikutnya, Tari tinggal ditangguk. Kepada satpam dan beberapa dosen, dengan gugup, ia menyerahkan kartu mahasiswa yang bertuliskan nama orang lain. Dan di kartu fotokopi itu menempel foto dirinya. "Saya pusing. Saya sangat bingung," Tari mengaku sambil terisak. Di depan polisi, ia kembali mengulang pengakuannya itu. Dan selebihnya, hanya menangis serta mogok makan. Kemudian muncul Aida Fitri, mahasiswi kedokteran (bukan palsu), asal Nganjuk, membujuknya. Kepada Aida, ia bercerita mengapa berlagak jadi mahasiswa kedokteran. "Karena ia telanjur dikenal suaminya sebagai calon dokter," kata Aida kepada Kastoyo Ramelan dari TEMPO. Di kampungnya, Desa Jonggrang, Magetan, Jawa Timur, Lestari mengaku mahasiswa kedokteran. Sampai ada lurah muda di Nganjuk mengajaknya kawin November tahun lalu. Pestanya meriah. Maklum, nyonya lurah itu calon dokter. Sempat pula beberapa anggota keluarga yang demam diberi suntikan. Sembuh pula. Jadi, siapa yang tak yakin pada Lestari? Usai pesta, ia pamit pada suaminya untuk kuliah di Solo. Dan ia minta tak diganggu. Tapi suaminya kecewa mendapatkan sandiwara istrinya berakhir bukan dengan happy end. Namun, ia bersedia mengganti utang istrinya atau siapa pun yang merasa dirugikan di Solo. Ini menarik karena tahun 1987- jauh sebelum disunting Pak Lurah- Lestari jadi berita karena lakonnya yang serupa di Universitas Airlangga, Surabaya. Bahkan, ia sempat mengundang iba seorang profesor, yang lalu menjadikannya anak angkat ( Indonesiana, TEMPO, 18 Juni 1988). Ketika kedoknya terbongkar, Lestari raib. Eh, tahu-tahu muncul di Solo dalam lakon itu lagi. "Hidup sengsara. Ayah ternyata juga eyang. Itu yang mengecewakan," kata Aida, mengutip cerita Lestari. Jadi, ia lahir karena ibunya dibuahi oleh kakeknya sendiri. Itu versi Lestari, dan ini bisa benar bisa pula tidak. Sebab, menurut pengamatan Aida, Lestari mengidap gangguan jiwa, tetapi bukan gila. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini