SAMPAI medio 1970-an, "anak manis" itu masih hidup berlehaleha
Seraya menuntut ilmu di Oxford, ia tak lalai menghabiskan sisa
waktu di berbagai sirkuit disko Kota London. Pusing apa?
Ayahnya, Zulfikar Ali Bhutto) masih menikmati masa keemasan
sebagai perdana menteri Pakistan.
Tapi keadaan cepat berubah. Perdana menteri itu digulingkan. Dan
April 1979, rezim militer yang mengambil alih kekuasaan mengirim
Bhutto ke tiang gantungan.
Sejak itu pula Murtaza (Murtadho), kini 27 tahun, tidak lagi
hanya dikenal sebagai mahasiswa Oxford yang flamboyan dan
pengunjung disko yang ngebet. Namanya dimasukkan ke dalam daftar
panjang barisan teroris. Bersama adiknya, Shahnawaz, 23 tahun,
Murtaza memimpin sebuah serikat gelap teroris yang dikenal
dengan nama Al Zulfikar -- 'Kelewang'. Entah bahasa apa itu:
dalam bahasa Arab maupun Urdu bentuk yang memakai kata sandang
zul tidak bisa lagi di beri al. Tidak pula berarti kelewang.
Tak perlu disangsikan, latar belakang utama serikat ini adalah
itikad membalas dendam. Menggulingkan tokoh yang telah mendepak
dan membunuh Bhutto: Mohammad Zia ul-Haq, jenderal yang kini
menjadi presiden dan mengepalai pemerintahan militer negerinya.
"Taktik mereka sama saja dengan organisasi teroris di manamana,"
tulis Tyler Marshall dalam International Herald Tribune, 25
Februari. Al Zulfikar (biarkan sajalah nama ini) "bermain dengan
bahan peledak, pernbunuhan dan aneka tindakan kekerasan lain.
Sampai sekarang baru kelompok ini yang diketahui terang-terangan
berniat menggulingkan Zia, sebuah rezim yang ditunjang
administrasi Reagan dengan dana US$ 3,2 milyar. Al Zulfikar
dibentuk segera setelah kematian Bhutta. Basisnya konon ada di
Kabul, Afghanistan.
Anggotanya terdiri dari sejumlah mahasiswa kiri pembangkang,
serta beberapa tokoh dan bekas perwira Dinas Rahasia Federal --
polisi rahasia Bhutto semasa berkuasa. Sebagian besar pendukung
ini berasal dari Provinsi Sind, kampung halaman Bhutto di
sebelah tenggara Pakistan.
Menurut sumber yang mengikuti perkembangan Al Zulfikar, serikat
ini "ada main" dengan pemimpin Libya Kolonel Mu 'ammarKhadafi.
Adalah Khadafi, konon, yang menunjang Al Zulfikar dengan
sejumlah dana. "Dan itulah yang dipercaya sebagai penyebab
dinginnya hubungan Pakistan-Libya," tulis Tyler.
Dalam dunia terorisme yang serba samar, sudah tentu sulit
mencari bukti autentik. Tapi tahun lalu seorang wartawan majalah
India berhasil mewawancarai Shahnawaz Bhutto di Kabul. Menurut
Shahnawaz--kata sang wartawan--kakaknya baru saja berangkat ke
Tripoli untuk berjumpa dengan Khadafi.
Al Zulfikar juga diduga menerima bantuan dari pemerintah
Afghanistan. Karena setiap orang tahu pemerintah ini cecunguk
Soviet, dengan sendirinya disimpulkan secara tak langsung
gerombolan Murtaza menerima "sumbangan"dari Kremlin.
Menurut Murtaza sendiri, terdapat beberapa ribu orang Pakistan
dalam serikatnya. Tapi menurut beberapa diplomat Pakistan, dan
tokoh-tokoh yang agak mengenal serikat teror tersebut, anggota
Al Zulfikar hana sekedar beberapa ratus.
Sebagian anggota itu--sekali lagi menurut dugaan--pernah dilatih
dalam kamp-kamp PLO di Timur Tengah. Tapi ada pula yang
membantah. Menurut mereka, Al Zulfikar tak lebih dari "sekawanan
anak muda yang sulit diatur".
Kesimpulan terakhir ini didukung oleh wartawan India tadi, yang
pernah berkunjung ke "markas besar" Al Zul fikar di Kabul.
"Meski dilengkapi senjata," katanya, "mereka tetap menampilkan
tampang amatir. Sangat jauh berbeda dengan profesionalisme dan
fanatisme PLO."
Meski demikian, pemerintah Pakistan konon tak berani pandang
enteng kawasan ini. Soalnya, dalam beberapa tahun terakhir
mereka sudah beberapa kali unjuk kebolehan.
Pemerintah Pakistan percaya, Al Zulfikor bertanggungjawab atas
peledakan bom di stadion Karachi, Februari tahun lalu. Peristiwa
itu terjadi sesaat sebelum Paus Yohannes Paulus 11 tiba di
stadion tersebut untuk memimpin misa. Dua orang gugur sebagai
korban.
Sebulan kemudian Al Zulfikar kembali unjuk gigi Mereka membajak
sebuah pesawat terbang Pakistan International Airlines, dan
berhasil memaksa Zia ul-Haq melepaskan 54 tahanan
politik.Sebagian besar tapol itu bekas pemuka Partai Rakyat
Pakistan pimpinan Bhutto.
Bahkan di Lahore Al Zulfikar berani melancarkan aksi. Misalnya
25 September tahun kemarin, tatkala tim pembunuh mereka yang
terdiri dari empat orang menembaki Choudhary Zahur Elahi di
dalam mobilnya. Choudhary (Hudori) bekas anggota kabinet Zia
ul-Haq. Ia konon dioleh-olehi Zia sebuah pena, yang digunakan
sang jenderal menandatangani hukuman mati Bhutto.
Dalam mobil itu turut pula bekas kepala Pengadilan Tinggi
Lahore, yang mengadili Bhutto dengan tuduhan pembunuhan.
Choudhary tewas oleh peluru para teroris, bekas ketua pengadilan
tadMeruntung selamat.
Di luar catatan tersebut, penguasa Pakistan masih
menyangkut-pautkan Al Zulfikar dengan sejumlah insiden. Termasuk
dalam peristiwa penggulingan kereta api, yang mengambil hampir
100 korban.
Lalu sampai di mana pemerintahan Zia mengambil tindakan balasan?
"Setelah pembunuhan 25 September," tulis Tyler Marshall,
"pemerintah Pakistan mengumumkan telah menahan lebih 100 orang
yang dicurigai sebagai anggota Al Zulfikar." Itu hanya di
Lahore. Di Karachi dan Rawalpindi dilancarkan pula serangkaian
operasi.
Dalam pada itu, "kabar baik" datang dari Menteri Dalam Negeri
Pakistan, Mahmoud Haroon. Berbicara di depan Dewan Federal
Pakistan, dalam sebuah debat mengenai keamanan dalam negeri,
Mahmoud mengungkapkan sudah 481 orang yang dicurigai sehagai
anggota Al Zulrikar merinkukdalam tahanan. "Ancaman gerombolan
itu sudah bisa dikendalikan," katanya dengan sedikit bangga.
Sumber independen memang mengakui bahwa pemerintah Pakistan
berhasil menyusup ke dalam organisasi teror itu, dan melumpuhkan
kekuatan mereka melalui serangkaian penahanan, beberapa bulan
terakhir ini. Seorang anggota "tim pembunuh" peristiwa Lahore
diringkus hanya dalam waktu enam hari setelah insiden pecah.
Seorang lagi terbunuh dalam tembak-menembak dengan polisi
Karachi dua bulan kemudian. Sarang Al Zulfikar di Lahore dan
Rawalpindi diobrak-abrik. Banyak anggota mereka diciduk begitu
menyeberangi perbatasan dari Afghanistan.
"Namun rezim Zia tidak kehilangan kewaspadaan," kata Tyler dalam
tulisannya. Penjagaan keamanan di Ibukota Islamabad tampak lebih
ketat ketimbang setahun lalu. Begitu pula di beberapa kota besar
provinsi. Para penjabat pemerintahan militer mendapat pengawalan
istimewa. "Tampak lebih banyak penjaga di rumah tokoh-tokoh
penting," kata seorang penduduk Lahore yang dijumpai Tyler.
Toh teror Al Zulfikar menggulingkan Zia makin kehilangan
harapan. Tatkala mereka membunuh seorang diplomat muda Pakistan
dalam peristiwa pembajakan tahun lalu, perasaan umum terhadap
mereka turut terguncang. Melihat keterikatan mereka kepada
partai politik yang beroposisi terhadap Zia--partai yang
dipimpin janda dan putri almarhum Bhutto-masyarakat menilai
gerombolan ini sekedar pasukan alas dendam. Dan balas dendam
semata-mata tak akan pernah menggerakkan hati rakyat banyak.
Sebaliknya, Zia seperti membiarkan partai oposan itu bergerak ke
sana ke mari. Sikap ini menguntungkan dia dalam menghapus kesan
buruk rakyat terhadap pemerintah militer yang tampaknya
berlarut-larut.
Al Zulfikar memang akhirnya terperosok ke dalam aksi teror yang
sulit dibenarkan perasaan khalayak, apalagi bila ditanya
perasaan keagamaan mereka. Sedang Zia, yang tidak populer itu,
justru muncul dengan memenangkan simbol-simbol agama--yang
sebelumnya di sepelekan oleh Bhutto yang sebenarnya populer.
Pembajakan pesawat terbang yang dilakukan gerombolan anak kaya
itu, tahun lalu, menempatkan mereka dalam peta kegiatan
terorisme internasional. Akhirnya makin banyak orang yang
percaya bahwa mereka main mata dengan Libya. Dan Libya,
betapapun, adalah tukang bikin rusuh.
Toh penguasa Pakistan sendiri konon tak berhasil menghilangkan
perasaan merinding dalam dirinya. "Seorang perwira senior
kepolisian di sini mengatakan, mereka sudah meremukkan
tulangpunggung Al Zulfikar," ujar seorang diplomat Barat yang
diwawancarai Tyler. "Tapi saya tidak yakin ucapan itu dapat
menenangkan mereka sendiri," kata si orang Barat
Setidak-tidaknya, rezim yang berkuasa hampir semata-mata lewat,
kekuatan memang cenderung takut pada bayangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini