BARANG yang kelihatan buruk belum tentu tidak laku. Sebaliknya
barang yang dibikin indah, dengan disain bagus, kadang juga
sulit dipasarkan.
Bukan hal baru sebetulnya, pendapat yang menyatakan disain
barang industri erat hubungannya dengan angka penjualan.
Menghadapi tahun 1982 tempo hari, pemerintah Inggris bahkan
tampak ada memikirkan masalah tersebut.
Akhir Januari misalnya, Perdana Menteri Margaret Thateher
sengaja meluangkan waktu berbicara dengan sejumlah industrialis
terkemuka negerinya. Thatcher yakin, disain yang elok dapat
menolong dunia perusahaan Inggris mengaut keuntungan lebih
besar. Tapi betulkah?
"Jawaban untuk pertanyaan itu adalah sebuah 'ya' yang tak begitu
pasti," tulis The Economist 6 Februari. Majalah itu sendiri
memberikan contoh barang yang didisain bagus namun tak
beruntung di pasaran. Umpamanya dua peralatan ilmiah, yang
bahkan sempat memenangkan penghargaan Dewan Disain Inggris pada
penghujung 1970-an.
Yang pertama sebuah alat bernama mikrometer, yang bisa digunakan
para ahli untuk mengukur diameter. Pendisain Inggris, Moore dan
Wright, telah memperkenalkan sebuah versi yang cantik dengan
sistem digital dan disply yang mudah dibaca. Setelah dilempar
ke pasar, ternyata tak seberapa laku.
Nasib lebih buruk menimpa mikroskop Stereo Three buatan Ealing
Beck. Ini malahan disebut "korban kesia-siaan teknologi."
Sampai-sampai harus ditarik dari peredaran. Padahal dua tahun
sebelumnya mikroskop tersebut juga menggondol penghargaan Dewan
Disain.
Sebaliknya, disain "tak sedap" yang membawa sukses bisa diberi
contoh pertama kali-dengan setrika listrik Morphy Richards
Senior. Sepintas lalu setrika itu seperti muncul dari katalogus
alat rumah tangga tahun 1950-an. Pun harganya relatif mahal,
sedang pemanasannya makan watu lama. Namun dalam catatan pasar,
ia nomor satu dari angka penjualan setrika yang di Inggris
mencapai Å“ 25 juta setahun.
BEGITU pula alat penggering rambut Moulinex's Number One.
Tampak tak begitu kuat, tak pula cukup elok, namun ia menjadi
saingan keras barang sejenis merk lain di kedai-kedai di seluruh
Iggris.
Tapi di luar contoh-contoh ini memang masih cukup banyak yang
membuktikan disain industri ikut mempengaruhi angka penjualan.
Pada 1980, orang Inggris membeli sepeda dua kali lebih banyak
ketimbang sepuluh tahun sebelumnya. Penerapan disain baru turut
menaikkan pasaran.
Para perancang sepeda menggunakan bahan yang lebih ringan, tapi
lebih kuat. Sepeda menjadi mudah dipindah-pindahkan dan enak
ditunggang. Pelbagai embel-embel tambahan membuat kendaraan roda
dua bebas polusi itu tampak menarik, jauh dari citra ketinggalan
zaman.
Disain malah tidak cuma bertugas membuat barang tampak
gemerlapan. Ia mengawinkan engineering dasar dengan kepekaan
yang menyangkut kebutuhan pemakai. Kan setiap pasar membutuhkan
variasi?
Prinsip itulah yang dipertahankan Robin Roy dari Open
University, Inggris, tatkala ia mempelajari pemasaran sepeda.
Pada tingkat pertama, faktor harga menuntut pertimbangan utama.
Kemudian menyusul faktor estetis. Lalu yang terakhir, kekhususan
teknis.
Pemasaran sepeda anak-anak menuntut "kiat" tersendiri. Di sini
disain menjadi lebih penting--termasuk hiasan tetek-bengek yang
membuat kendaraan itu tampak meriah.
Disain bisa pula diajak membuat barang kelihatan lebih mahal.
Maklum, cukup banyak pembeli yang ingin dipandang lebih mampu
dari tetangganya. Sebaliknya, disain juga bisa menurunkan biaya
produksi.
Ambillah umpamanya mesin tulis listrik portable Olivetti yang
baru, Praxis 35. Sekali pandang mesin ini tampak "lebih pintar",
tanpa hatus mempersulit pemakainya. Dan pada waktu bersamaan,
jumlah onderdilnya berkurang dari 1.200 menjadi hanya 500.
Bayangkan.
Mobil Ponda keluaran Fiat juga dirancang sekaligus untuk dua
tujuan: murah dan tampan. Kaca depannya rata, bukan melengkung
seperti biasa. Tempat duduknya dilapisi permadani dalam gaya
Spartan. Ternyata, meski tak dibalut pelbagai hiasan, kendaraan
ini memberi kesan mewah.
Walkman juga contoh yang tepat. Dari segi elektronik sebenarnya
tak ada yang "revolusioner" pada cassette recorder mini itu.
Tapi ia ringan, mungil, sangat merangsang, bersuara bagus, dan
tak seberapa mahal.
Ia melayani 'perasaan ingin diperhatikan' yang biasanya
meresahkan hati para remaja. Mereka bangga memilikinya. Demikian
pula kesan yang ditimbulkan pesawat komputer ZX81 rancangan
Sinclair Research, Inggris.
Memang, salah satu tujuan disain sangat bersifat ekonomis. Dan
itu juga berhubungan dengan misalnya kegunaan mengurangi
pengurasan tenaga mesin, material dan tenaga manusia dalam
proses produksi. Juga mengurangi ongkos angkutan dan
penggudangan.
Lebih-lebih akhir-akhir ini, ketika faktor energi menjadi aspek
penting ekonomi. Dalam kaitannya dengan disain mobil, faktor itu
menyangkut sistem aerodynamics yang lebih baik, dan bahan baku
yang lebih ringan-yang juga diperlukan untuk produksi mesin
cuci. Penggunaan bak plastik pada mesin cuci banyak menghemat
energi.
Di sini, bahkan, peranan disain dalam menghemat energi kerap
membuat teknologi baru menjadi lebih menarik bagi konsumen.
Pabrik Thorn dan Philips misalnya sengaja memilih pendisain
industri untuk membuat lampu neon produksi mereka lebih
disenangi para pemakai.
Apalagi bila produk itu merupakan jenis baru yang harus
diusahakan merebut kepercayaan konsumen. "Sonymeraih suksesnya
sebagai pembaru barang-barang elektronik terutama melalui
disain," tulis The Economist.
Tujuan disain selanjutnya ialah kemudahan dan kejelasan. Banyak
hasil produksi merupakan teka-teki bagi pemakainya untuk pertama
kali. Memasang sistem video, atau menangani mesin hitung untuk
pertama kalinya, bisa membuat orang naik pitam. Kini, untuk
mengatasi kemungkinan itu, para pendisain industri bekerja sama
dengan psikolog dan ahli pemasaran.
Contoh paling sederhana usaha disain memberi kejelasan ini
tampak pada peta angkutan bis kota London yang baru terbit.
Dalam peta tersebut, tujuan dari satu ke lain tempat dibuat
sederhana, di tengah "anyaman" jalan raya London yang bagai
sarang laba-laba.
Para produsen alat kantor belakangan ini pun lebih menekankan
barang buatannya pada faktor "mudah ditangani". Memang tidak
jarang penggunaan alat baru membuat panik karyawan yang
mengurusnya pertama kali. Maka kini, umpamanya, mesin
pemroses-kata Nexos 2200 dilengkapi dengan mekanisme penggerak
terbuat dari karet, yang memungkinkannya dimiringkan menurut
selera pemakainya. Jerman Barat dalam pada itu menambahkan
bantalan khusus pada keyboard video hasil produksinya, tempat
para pemakai boleh meletakkan tangan.
Faktor sampingan disain industri juga membuat barang produksi
lebih mudah dirawat. Di Amerika Serikat, setiap pemilik lemari
es Whirlpool boleh menelepon perusahaan tersebu untuk keperluan
perbaikan. Pelayanan macam begini tentu bisa diterapkan atas
banyak barang produksi lain. Kini banyak barang yang
mencantumkan peringatan bagi para pemakainya, agar tidak
menggunakan tukang reparasi amatir. Cara ini tampak "fair".
Ada pula jenis disain yzng mempermudah pemakai mengatasi
kerusakan ringan. Beberapa alat elektronik menggunakan sistem
tertentu, yang memberitahu pemakai onderdil mana yang mengalami
kerusakan. Berpedoman pada sinyal tersebut, pemakai awam
langsung mampu membuang onderdil yang rusak, dan menggantinya
dengan onderdil baru.
Di lain pihak, para produsen bukannya tak paham akan keadaan
keuangan konsumen di tengah dunia yang nyaris bangkrut ini.
Karena itu mereka memproduksikan barang yang terdiri dari
berbagai komponen, yang bisa dibeli belakangan dan ditambahkan
kepada barang yang lama bcgitu keadaan keuangan mengizinkan.
Demikianlah Sony membuat Profeel, televisi terakhir ciptaan
mereka, yang terdiri dari beberapa bagian dan bisa
ditambah-tambah sesuai dengan perkembangan keuangan.
Disain juga menjangkau faktor keselamatan. Bis Metro buatan BL,
Inggris, misalnya, memberi pengemudi kemungkinan 88% menguasai
pemandangan, di samping kemudahan lain yang bersangkutan dengan
pekerjaan mesin.
Dalam pada itu, konsumen yang aneka ragam turut menentukan sudut
pandangan para pendisain. Kaum muda tentulah lebih suka membeli
barang yang cocok dengan gaya hidup mereka, dan membantu
membangun identitas mereka. Ibu rumahtangga pasti memilih
barang yang lebih irit dan tahan lama.
Bahkan mesin dan produk medis menuntut disain yang elok. Sebua
studi yang dilakukan di Polyteknik Birmingham, Inggris,
membuktikan di sembilan perusahaan betapa faktor estetis
merupakan kunci penting yang menentukan pilihan seorang pembeli.
Memang, penilaian estetis sangat bersifat subjektif. Selera
berbagai kelompok dan zaman sudah tentu tak sama. Misalnya
gantungan baju yang gambarnya tercantum dalam tulisan ini. Bagi
paman dan nenek kita di kampung, agaknya gantungan baju ini bisa
jadi bahan olok-olok.
Dalam seluk-beluk menjual barang produksi inilah, peranan disain
dan pendisain terasa penting. Mereka turut menentukan naik
turunnya suhu persaingan. Sehingga, meski para pendisain
sekarang ini lebih menitikberatkan pertimbangan pada faktor
nonestetis, masalah keindahan tetap mendapat porsi penting.
Dengan prinsip itulah Fiat merancang Panda, mobil kecil yang
dalam banyak hal berbeda dengan barang sejenisnya.
Anehnya, sementara Inggris merasa ketinggalan dalam masalah
disain, banyak perusahaan asing justru datang ke Inggris untuk
mencari dan menyewa tenaga pendisain. Sony menggaet pendisain
Terence Conran, Yamaha memakai tenaga Dick Powell, Audi
mempekerjakan Martin Smith. Semuanya orang Inggris.
Toh, sebegitu jauh, sebenarnya tetap sulit menghitung keuntungan
komersial yang diakibatkan disain industri. Menurut riset dr.
Roy dan beberapa pengamat lain, disain akan baru berarti bila
dikombinasikan dengan keahlian pemasaran. Dan, jangan dilupakan,
manajemen produksi yang jitu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini